c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

22 Mei 2025

13:05 WIB

BI Pangkas Suku Bunga, Analis Rekomendasikan Saham Ini

Saham-saham yang paling diuntungkan dari langkah BI memangkas suku bunga acuan, antara lain berasal dari sektor perbankan, properti, hingga konsumer dan otomotif.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">BI Pangkas Suku Bunga, Analis Rekomendasikan Saham Ini</p>
<p id="isPasted">BI Pangkas Suku Bunga, Analis Rekomendasikan Saham Ini</p>

Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). AntaraFoto/Sulthony Hasanuddin

JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Rabu (21/5) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan BI atau BI-Rate menjadi 5,50% untuk periode Mei 2025.

Selain itu, BI juga melakukan penurunan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75%, sementara suku bunga Lending Facility tetap di level 6,25%.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengapresiasi langkah BI dalam melakukan pemangkasan suku bunga yang lebih dulu dibandingkan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.

"Saya memang appreciate banget langkah BI daripada misalnya menunggu The Fed, karena memang Powell dan Trump itu terjadi friction kalau Powell lebih cenderung hati-hati, lebih cenderung prudent dalam penerapan kebijakan pelonggaran monetary," kata Nafan di Jakarta, Kamis (22/5).

Padahal, Nafan menyebut, suku bunga The Fed diharapkan dapat mengalami pemangkasan sebanyak tiga kali pada tahun 2025 ini.

Lebih lanjut, Nafan menjelaskan, pemangkasan suku bunga BI merupakan momentum yang tepat untuk memperkuat kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada Kuartal I/2025 tercatat tumbuh 4,87%.

Baca Juga: Tok, BI Turunkan Suku Bunga di Level 5,50% Pada Mei 2025

"Penurunan suku bunga acuan ini merupakan momentum yang tepat untuk memperkuat kinerja pertumbuhan ekonomi kita ke depan. Apalagi kan kita ingin menjaga pertumbuhan ekonomi kita di atas 5,5% untuk di tahun 2026 ya," imbuhnya.

Sehingga, hal tersebut diharapkan mampu menggerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke arah yang positif. Pada perdagangan Rabu (21/5), IHSG kembali ditutup pada zona hijau ke posisi 7.142,46 dari pembukaan pada level 7.094,60, atau naik sebanyak 0,67%.

"Rally penguatan IHSG ini tentunya kalau secara psikologis ya, hemat saya, ini benar-benar dipengaruhi pula oleh tren kenaikan. Dari 11 IDX sectorals itu rata-rata mengalami rally penguatan yang secara progresif, jadi sebenarnya dampaknya sudah ter-priced in dari adanya penguatan IHSG," tutur dia.

Nafan menilai penurunan suku bunga BI tersebut dilakukan pada waktu yang tepat, yakni setelah nilai tukar rupiah mengalami penguatan dari Rp16.400 menjadi Rp16.100 per dolar AS.

Pendukung penguatan IHSG juga terjadi dari sisi perang dagang yang mulai mereda, hingga penurunan rating kredit AS yang dilakukan Moody's dari Aaa menjadi Aa1.

Rekomendasi Saham
Senada, kepada Validnews, Kamis (22/5), Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur 20–21 Mei 2025 menjadi kabar baik bagi pasar finansial, sekaligus sinyal kuat bahwa stabilitas makroekonomi Indonesia tetap terjaga.

"Penurunan ini mencerminkan kepercayaan BI terhadap prospek inflasi 2025–2026 yang terjaga di kisaran 2,5% ±1%, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran moneter," kata Hendra.

Menurutnya, langkah ini juga menandai dimulainya siklus pelonggaran suku bunga setelah periode pengetatan sejak 2023, memberikan dorongan besar bagi sektor-sektor sensitif suku bunga.

Adapun, saham-saham yang paling diuntungkan dari langkah ini, antara lain berasal dari sektor perbankan, properti, hingga konsumer dan otomotif.

"Saham perbankan seperti BBRI dan BBTN berpeluang mencetak pertumbuhan laba lebih tinggi karena penurunan suku bunga akan menurunkan biaya dana (cost of fund) dan mendorong permintaan kredit, terutama pada segmen mikro dan KPR," jelasnya.

Kemudian, BBRI direkomendasikan buy dengan target harga Rp4.530, sementara BBTN buy dengan target Rp1.400, didukung oleh potensi lonjakan penyaluran kredit perumahan.

Dari sektor properti, lanjut Hendra, emiten seperti SMRA dan ASRI akan diuntungkan oleh penurunan bunga KPR yang mendorong permintaan hunian.

"SMRA direkomendasikan buy dengan target Rp515, dan ASRI buy dengan target Rp189, mengingat keduanya memiliki portofolio township strategis yang sensitif terhadap insentif bunga rendah," tambah dia.

Baca Juga: BNI Dan BRI Semringah Sambut Penurunan BI-Rate Mei 5,5%

Di sisi lain, keputusan BI ini juga dinilai berpotensi menjadi magnet baru bagi investor asing. Dengan suku bunga riil Indonesia yang masih positif di kisaran 3% dan komitmen BI menjaga stabilitas rupiah, daya tarik pasar modal domestik meningkat.

"Investor global yang sebelumnya menahan diri akibat ketidakpastian global kini berpeluang masuk kembali, terutama ke saham-saham berfundamental kuat yang sempat undervalued," terang Hendra.

Pada Rabu (21/5), asing melakukan aksi net buy sebesar Rp993 miliar di pasar saham, mencerminkan respons positif terhadap kebijakan moneter BI.

Secara teknikal, penguatan IHSG yang menembus MA200 di level 7.140 menjadi konfirmasi bahwa tren naik jangka menengah tetap terjaga.

Hendra menuturkan, target IHSG selanjutnya berada di 7.324. Jika target tersebut tembus, maka membuka peluang menuju 7.530, meski koreksi sehat di kisaran 7.050–7.100 masih mungkin terjadi dalam jangka pendek sebelum tren bullish berlanjut.

"Secara keseluruhan, penurunan suku bunga ini menjadi titik balik penting bagi pasar saham Indonesia. Kebijakan ini bukan hanya memberi ruang pemulihan ekonomi melalui konsumsi dan investasi, namun juga memperbaiki sentimen pasar dan menyalakan kembali mesin pertumbuhan sektor riil," tegas dia.

Dalam konteks ini, sektor perbankan, properti, dan konsumer menjadi medan utama penguatan, sementara IHSG punya peluang besar untuk bergerak menuju area resistensi psikologis baru, ditopang oleh optimisme domestik dan aliran dana asing yang mulai mengalir deras kembali ke lantai bursa.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar