10 Mei 2023
19:50 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyampaikan, normalisasi kegiatan masyarakat berpengaruh pada kondisi penjualan eceran dalam beberapa waktu mendatang. Seperti diketahui, selama 23 Maret-22 April 2023, Indonesia menjalani HBKN Ramadan-Idulfitri 1444 Hijriah.
BI melaporkan, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) pada Juni atau tiga bulan mendatang akan cenderung lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, dari 149,6 poin menjadi 129,8 poin.
Sementara itu, IEP September 2023 atau enam bulan mendatang juga akan menurun, dari yang sempat menyentuh 152,7 poin menjadi 135,3 poin.
“Responden menginformasikan, penurunan penjualan pada Juni 2023 diprakirakan sejalan dengan kembali normalnya aktivitas masyarakat pasca HBKN Idulfitri,” jelas Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam laporan yang diterima, Jakarta, Rabu (10/5).
Secara spasial, BI mengidentifikasi, bahwa penurunan IEP Juni dan September 2023 terjadi di mayoritas kota. Penurunan ini terutama terjadi di Semarang termasuk Purwokerto, Bandung, dan Banjarmasin.
Baca Juga: BI: Ramadan dan Lebaran Dongkrak Penjualan Eceran April 2023
Lebih lanjut, Erwin menyampaikan, penurunan IEP dalam tiga dan enam bulan mendatang juga sejalan dengan perkiraan harga atau inflasi dalam kurun waktu yang sama.
Berdasarkan survei BI, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juni 2023 lebih rendah daripada periode sebelumnya, dari 130,3 poin menjadi 124,5 poin.
Hal yang sama juga terjadi pada IEH September 2023 yang mengalami penurunan, 128,1 poin menjadi 121,5 poin.
“Penurunan harga tersebut sejalan dengan ketersediaan pasokan barang untuk memenuhi permintaan,” terangnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, hingga kini tekanan inflasi terus menurun. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) turun menjadi 4,33% (yoy) pada April 2023 dari 5,51% (yoy) pada Desember 2022.
Sementara itu, inflasi inti terus melambat menjadi 2,83% (yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi dan imported inflation yang menurun, serta pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan. Sementara, inflasi volatile food tetap terkendali sebesar 3,74% (yoy).
“Ini menunjukkan dampak positif kebijakan moneter BI yang pre-emptive dan forward looking, serta sinergi yang erat dalam pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah (pusat dan daerah), antara lain melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” sebut Perry dalam KSSK, Senin (8/5).
Baca Juga: BI: Inflasi Tetap Terkendali Meski Ada Idulfitri
Selain itu, berbagai upaya stabilisasi harga pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Lebaran yang dilakukan pemerintah dengan BI, juga terbukti cukup efektif dalam menurunkan inflasi pangan.
Sementara, program tambahan bantuan pangan nasional juga mampu mengendalikan tekanan harga dan menjaga akses pangan pokok masyarakat, sehingga turut mampu menjaga daya beli.
“Ke depan, inflasi diprakirakan tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023,” terangnya.