c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

25 April 2025

08:00 WIB

BI: Modal Asing Lari Dari RI Rp47,02 T Gara-Gara Tarif Trump

Derasnya modal asing yang keluar disebabkan oleh investor global yang memindahkan investasi portfolio ke negara dan aset yang dianggap lebih aman atau safe haven.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p>BI: Modal Asing Lari Dari RI Rp47,02 T Gara-Gara Tarif Trump</p>
<p>BI: Modal Asing Lari Dari RI Rp47,02 T Gara-Gara Tarif Trump</p>

Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (20/11/2024). Antara Foto/Dhemas Reviyanto/tom.

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo blak-blakan mengungkap, Indonesia telah kehilangan modal dari investor asing mencapai US$2,8 miliar atau setara Rp47,02 triliun (kurs Rp16.793 per dolar AS), pasca diumumkannya kebijakan tarif resiprokal Trump.

"Sejak diumumkan kebijakan tarif 2 April hingga 21 April (2025), investasi portofolio mencatat net outflow US$2,8 miliar," ungkap Perry dalam konferensi pers KSSK, Jakarta, Kamis (24/4).

Baca Juga: Masih Negatif, Asing Lepas Instrumen Investasi RI Rp11,96 T

Padahal, jika melihat data investasi portfolio sejak awal tahun hingga akhir Maret 2025, aliran masuk modal asing atau net inflow baru mencapai US$1,6 miliar atau Rp26,87 triliun, yang didominasi dari instrumen SBN dan sekuritas rupiah.

Sehingga, Perry menegaskan, derasnya modal asing yang keluar bukan disebabkan oleh imbal hasil yang kurang menarik ataupun perbedaan antara nilai suku bunga dalam negeri maupun luar negeri yang kurang kompetitif.

Karena itu, dia menggarisbawahi, investor global yang menarik dananya di Indonesia akibat terpapar risk appetite yang sangat tinggi. Gubernur BI juga menyampaikan kondisi ini tidak hanya berlaku buat Indonesia, namun juga negara berkembang lainnya.

"Para pelaku investor global memindahkan investasi portofolionya (dari Indonesia) ke negara dan aset yang dianggap aman, safe haven asset and countries," imbuh Perry.

Spesifik, aliran modal yang keluar dari emerging market termasuk Indonesia ke negara-negara yang dianggap aman antara lain terdiri dari Eropa dan Jepang, juga terhadap aset-aset yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah dari Eropa, Jepang, serta emas.

Secara langsung, Perry juga mengungkap, kondisi yang sama turut berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah yang menghadapi tekanan tinggi saat momen libur lebaran ketika pasar valas dalam negeri sedang tutup. Sedangkan, pasar valas luar negeri terus aktif sehingga memberikan tekanan tinggi bagi rupiah di pasar offshore.

"Pada tanggal 7 April 2025 itu Non-Delivery Forward atau NDF di offshore Hong Kong atau Asia itu pernah mencapai Rp17.300 dan bahkan di Eropa pernah mencapai Rp17.400 (per dolar AS). Oleh karena itu, Bank Indonesia dalam Rapat Dewan (Gubernur BI) per 7 April 2025 memutuskan melakukan intervensi di pasar NDF," jelasnya.

Baca Juga: Waduh! Rupiah Tembus Rp17.000, Ada Apa?

Terkait kunjungan ke AS yang berlangsung sepekan terakhir, Perry juga menginformasikan, pihaknya telah memberikan penjelasan atas kondisi yang terjadi di Indonesia. Otoritas moneter memastikan, secara umum para investor global tetap optimis terhadap ekonomi di tanah air.

Sebab itu, Perry meyakini modal investor asing akan kembali ke Indonesia seiring kondisi ekonomi yang kondisi membaik, termasuk adanya kejelasan hasil negosiasi perjanjian dagang antara Indonesia dengan AS.

"Kami meyakini dengan kejelasan-kejelasan dari kebijakan tarif dan juga dampaknya terhadap ekonomi baik Amerika, China maupun negara-negara lain, risk appetite akan menurun sehingga investor global juga akan kembali ke Indonesia dengan imbal hasil yang menarik dan juga prospek ekonomi Indonesia yang cukup baik," paparnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar