06 Mei 2025
20:13 WIB
BI: Harga Rumah Kuartal I/2025 Tumbuh Terbatas 1,07%
Kondisi peningkatan harga rumah tecermin dari pertumbuhan IHPR pada kuartal I/2025 sebesar 1,07% (yoy). Capaian ini melambat dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal IV/2024 sebesar 1,39% (yoy).
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Warga berjalan melintas di antara deretan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) bantuan pemerintah melalui Kementerian PUPR untuk Nelayan di Desa Kedungmalang, Jepara, Jawa Tengah. Antara Foto/Yusuf Nugroho/kye/aa.
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer pada kuartal I/2025 meningkat terbatas.
Kondisi tersebut tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal I/2025 yang secara tahunan tumbuh sebesar 1,07% (yoy). Capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 1,39% (yoy).
"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan kenaikan harga rumah kecil dan menengah," jelasnya dalam siaran resmi, Jakarta, Selasa (6/5).
Baca Juga: BI: Harga Properti Residensial Kuartal IV 2024 Tumbuh Terbatas
Perlambatan harga terutama terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing tumbuh sebesar 1,39% dan 1,14% (yoy), capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan 1,84% dan 1,31% (yoy) pada kuartal IV/2024. Sementara itu, harga rumah besar tumbuh relatif stabil sebesar 0,96% (yoy).
Secara spasial, sebanyak 12 dari 18 kota yang disurvei mengalami perlambatan IHPR secara tahunan pada kuartal I/2025.
"Perlambatan terbesar tercatat di Kota Samarinda dan Denpasar dari masing-masing sebesar 2,36% dan 1,79% (yoy) pada kuartal IV/2024, menjadi 0,18% dan 0,90% (yoy) pada kuartal I/2025," tulis laporan SHPR BI kuartal I/2025.
Sementara itu, harga rumah di enam kota sisanya tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama di Kota Banjarmasin yang pertumbuhannya meningkat dari 1,29% (yoy) menjadi 2,18% (yoy). Akselerasi harga juga terjadi di Kota Semarang dan Palembang, dari masing-masing tumbuh sebesar 0,62% dan 1,29% (yoy) menjadi 0,85% dan 1,43% (yoy).
Selanjutnya, secara kuartalan, IHPR di pasar primer pada kuartal I/2025 menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,25% (qtq), lebih tinggi dari 0,19% (qtq) pada kuartal sebelumnya.
"Peningkatan harga rumah ini didorong oleh kenaikan harga tipe rumah menengah dan besar pada kuartal I/2025 masing-masing sebesar 0,23% dan 0,27% (qtq), lebih tinggi dari 0,17% dan 0,18% (qtq) pada kuartal IV/2024," ucapnya.
Di sisi lain, harga rumah tipe kecil tumbuh sebesar 0,21% (qtq), relatif stabil dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 0,23%.
Secara spasial, IHPR di seluruh kota tumbuh positif secara kuartalan, di mana delapan kota di antaranta mengalami akselerasi pertumbuhan.
Peningkatan pertumbuhan terbesar terpantau di Kota Banjarmasin dan Pontianak dari tumbuh masing-masing sebesar 0,16% (qta) dan 0,41% (qtq) pada kuartal IV/2024 menjadi 1,19% (qtq) dan 1,03% (qtq) pada kuartal I/2025.
Baca Juga: Pemerintah Perluas Sewa Beli Hunian Bagi Warga Berpendapatan Tak Tetap
Sementara itu, sembilan kota mengalami perlambatan pertumbuhan, terbesar terpantau di Kota Palembang dari pertumbuhan 0,59% (qtq) pada kuartal IV/2024 menjadi 0,25% (qtq) pada kuartal I/2025, diikuti oleh Kota Balikpapan dari 0,37% (qtq) menjadi 0,07% (qtq), dan Kota Padang dari 0,32% (qtq) menjadi 0,04%(qtq).
Adapun uraian perkembangan harga properti pada pasar primer di atas, menurut Ramdan, dipengaruhi oleh penjualan unit properti residensial di pasar primer pada kuartal I/2025 yang meningkat, terutama rumah tipe kecil, di tengah penurunan penjualan rumah tipe menengah dan besar.
"Secara keseluruhan, penjualan unit properti residensial tercatat tumbuh sebesar 0,73% (yoy), meningkat dari kuartal sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar 15,09% (yoy)," imbuhnya.
Sementara dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 77,28%. Adapun bagi konsumen, sebagian besar pembelian rumah masih mengandalkan skema kredit KPR.
"Dari sisi konsumen, sebagian besar pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 70,68% dari total pembiayaan," tutupnya.