14 Juli 2025
18:34 WIB
BI Diramal Masih Tahan Suku Bunga Di Juli 2025
Meskipun ruang penurunan suku bunga sebenarnya terbuka, namun sejumlah perkembangan eksternal menuntut BI untuk bersikap hati-hati.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Gubernur BI Perry Warjiyo didampingi Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dan Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/12/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A
JAKARTA - Sejumlah ekonom memproyeksikan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan BI-Rate Bulan Juli 2025 di level 5,50%. Hal itu dengan mempertimbangkan beberapa hal.
"Kami memperkirakan BI akan mempertimbangkan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI-Rate di level 5,5% dalam RDG BI bulan ini," ujar Chief Economist Permata Bank Josua Pardede kepada Validnews, Senin (14/7).
BI Rate adalah suku bunga acuan yang ditetapkan BI, salah satunya untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Meskipun ruang penurunan suku bunga sebenarnya terbuka mengingat tren apresiasi rupiah yang terjadi belakangan ini, kata Josua, namun sejumlah perkembangan eksternal menuntut Bank Indonesia untuk bersikap hati-hati.
Salah satu pertimbangan utama datang dari memanasnya kembali ketegangan perdagangan global, terutama setelah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump yang kembali memberlakukan tarif balasan sebesar 32% terhadap sejumlah mitra dagang utama, termasuk Indonesia.
"Langkah ini langsung memicu kembali sentimen risk-off di pasar keuangan global, yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek," jelas dia.
Oleh karena itu, dalam kondisi ini, Bank Indonesia cenderung memilih sikap konservatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi dengan menahan suku bunga acuan terlebih dahulu, sambil terus memantau perkembangan situasi perdagangan global.
Meski demikian, menurutnya, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% masih cukup terbuka. Permata Institute for Economic Research (PIER) mematok hal ini akan terealisasi pada RDG September 2025.
Keputusan pemangkasan tersebut didasarkan pada prospek semakin jelasnya arah kebijakan perdagangan AS, terutama dengan adanya tenggat waktu perundingan yang jatuh pada 1 Agustus 2025.
Baca Juga: BI Masih Tahan Suku Bunga Di Level 5,50% Pada Juni 2025
Sementara itu, pernyataan terbaru dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengonfirmasi kebijakan tarif 32% yang diterapkan AS terhadap produk ekspor Indonesia ditunda sementara, dengan harapan kesepakatan final dapat tercapai dalam tiga minggu ke depan.
"Jika kesepakatan ini berhasil dicapai, maka tekanan pada rupiah dapat berkurang secara signifikan, membuka jalan bagi BI untuk memangkas suku bunga mengikuti tren pelonggaran moneter global yang juga diperkirakan akan dilakukan The Fed pada pertemuan FOMC September 2025," terang Josua.
Di sisi lain, Josua kembali mengingatkan bahwa kebijakan tarif balasan AS ini tidak dapat diabaikan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meski skala dampaknya relatif terbatas, dengan AS berkontribusi sekitar 9–10% dari total ekspor nasional, pengenaan tarif sebesar 32% tetap berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi sekitar 0,3 hingga 0,5 poin persentase.
Untuk itu, pemerintah perlu secara aktif mengambil langkah-langkah antisipatif dan negosiasi efektif dengan AS untuk meminimalisasi dampak tersebut.
Selain itu, lanjutnya, prospek penerapan cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) pada semester II/2025 juga akan menambah pertimbangan baru bagi BI dalam menjaga inflasi inti.
Kebijakan cukai ini berpotensi mendorong kenaikan inflasi secara bertahap, sehingga BI akan cermat mengkaji dampak kebijakan tersebut terhadap stabilitas harga sebelum memutuskan pelonggaran moneter lebih lanjut.
"Dengan mempertimbangkan berbagai aspek tersebut, keputusan Bank Indonesia dalam RDG bulan ini untuk mempertahankan suku bunga di 5,50% merupakan langkah bijak dan hati-hati dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global yang meningkat," tutur Josua.
Baca Juga: Usai Pangkas Dua Kali, BI Tetap Buka Peluang Penurunan BI-Rate
Inflasi Makanan
Senada, Center of Economic and Law Studies (Celios) juga memproyeksikan bahwa suku bunga BI pada Juli 2025 masih ditahan di level 5,50%.
"BI masih tahan bunga (suku bunga BI pada Juli 2025)," kata Direktur Celios Bhima Yudhistira singkat kepada Validnews, Senin (14/7).
Menurutnya, keputusan BI menahan suku bunga ini karena adanya ketidakpastian dari tarif 32% yang dikenakan AS ke Indonesia masih tinggi dan menciptakan tekanan ke kurs rupiah.
Selain itu, ada inflasi bahan makanan dari beras yang akan mendorong BI hati-hati dalam menurunkan suku bunga acuan, meski ruang penurunan masih ada.
Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate Juni 2025 di level 5,50%. BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility di level 4,75% dan suku bunga Lending Facility tetap di 6,25%.