17 Juli 2025
11:28 WIB
BI Angkat Suara Soal Kredit Macet KPR Terus Naik
Kredit macet KPR terpantau menanjak dalam setahun terakhir. Lantas, apa kata Bank Indonesia?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Calon pembeli berjalan di dekat rumah subsidi untuk program rumah bagi tenaga kesehatan Indonesia di Puri Delta Asri 9, Sawah Darupono, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Senin (28/4/2025). Antara Foto/Aprillio Akbar
JAKARTA - Belakangan, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berada dalam tren pemburukan kualitas kredit. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) untuk segmen KPR terpantau menanjak dalam setahun terakhir.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Mei 2025, rasio NPL untuk segmen KPR berada di level 3,11%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi Mei 2024 dan Desember 2024, di mana masing-masing berada di level 2,60% dan 2,62%.
Selain itu, level NPL segmen KPR per Mei 2025 juga menjadi yang tertinggi sepanjang 2025 berjalan. Trennya dari bulan ke bulan terus meningkat dan tak pernah turun.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur BI Juda Agung mengakui adanya kenaikan untuk NPL di sektor perumahan ini. Bahkan, menurutnya, data terbaru yang BI miliki, NPL di sektor ini berada di level 3,17%.
Baca Juga: Pinhome: KPR Syariah Kian Digemari, Bahkan Bagi Non Muslim
Artinya, NPL di level terbaru ini lebih tinggi lagi dibandingkan posisi Mei 2025 yang sudah mencapai sebesar 3,11%.
Meski mengalami kenaikan, Juda menilai level tersebut masih relatif aman dan belum meningkat terlalu tajam.
"Kalau kita lihat NPL perumahan secara industri itu sebenarnya masih belum terlalu meningkat tajam, yaitu di level 3,17%," ujar Juda dalam konferensi pers secara daring, Rabu (16/7).
Lebih lanjut, Juda menyebut, saat ini NPL untuk sektor perumahan ini tertinggi adalah untuk kelompok pendapatan menengah. Adapun, NPL-nya berada di level 4,5%.
Baca Juga: OJK Ramal Penyaluran KPR Oleh Bank Masih Akan Tumbuh Positif
Sementara itu, NPL sektor perumahan di kelompok pendapatan rendah justru tercatat lebih baik. Tercatat, NPL untuk masyarakat dengan pendapatan rendah berada di level 2,7%.
"Kalau kita zooming lebih lanjut itu untuk NPL perumahan kelompok pendapatan rendah itu 2,7% dan NPL perumahan kelompok pendapatan menengah itu 4,5%," imbuhnya.
Ke depan, Juda menegaskan bahwa pihaknya akan terus memonitor perkembangan kredit di sektor ini. Tak terlepas juga selalu melihat tren dari kualitas kredit yang disalurkan.
"Tentu saja kami terus monitor perkembangan kredit ya termasuk juga NPL perumahan ini dan terus kami lakukan koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)," tutup Juda.