19 Oktober 2024
11:43 WIB
Belum Usai, Asing Masih Jual Instrumen Investasi RI Rp1,09 T Pekan Ini
Di pekan ini, pembelian instrumen investasi tercatat positif untuk saham dan SBN, namun investor asing masih getol menjual SRBI seperti beberapa pekan terakhir.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, investor asing terpantau kembali menjual instrumen investasi RI sebesar Rp1,09 triliun di pekan ini. Capaian ini kembali melanjutkan rentetan negatif pelepasan instrumen domestik oleh asing di pekan lalu sebanyak Rp2,84 triliun.
Meski begitu, pembelian instrumen pekan ini tercatat positif untuk instrumen saham dan SBN meski nilainya masih cenderung minimal. Adapun, pemberat pergerakan instrumen investasi pekan ini datang dari SRBI yang masih cukup deras dijual seperti beberapa pekan terakhir.
“Berdasarkan data transaksi 14-17 Oktober 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp1,09 triliun; terdiri dari beli neto sebesar Rp0,93 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp3,30 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp5,31 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Jumat (18/10).
Baca Juga: Asing Jual Instrumen Investasi RI Rp2,84 T Pekan Ini
BI mencatat, sepanjang tahun berjalan mengacu data setelmen hingga 17 Oktober 2024 (year-to-date/ytd), asing tercatat masih dominan mengoleksi SRBI di pasar investasi RI. Di mana nonresiden monerahkan beli neto sebesar Rp193,88 triliun di SRBI, Rp47,28 triliun di pasar SBN dan Rp43,12 triliun di pasar saham.
Kendati, spesifik per semester II/2024 hingga 17 Oktober 2024, pembelian instrumen investasi lokal oleh asing cenderung lebih besar untuk SRBI dan SBN yang berkisar Rp60-80 triliunan. Nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp81,23 triliun di pasar SBN, Rp63,53 triliun di SRBI, dan Rp42,78 triliun di pasar saham.
“(Sementara itu), premi credit default swap atau CDS Indonesia lima tahun per 18 Oktober 2024 sebesar 66,78 basis poin (bps), turun dibandingkan 11 Oktober 2024 sebesar 68,03 bps,” sebutnya.
Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak naik ke level 6,69% pada Jumat pagi (18/10), setelah sehari sebelumnya juga sempat bergerak turun ke level 6,65%. Adapun range imbal hasil tersebut bergerak lebih tinggi ketimbang pekan lalu yang bergerak lebih rendah di kisaran 6,65-6,67% jelang libur akhir pekan lalu.
Per akhir Kamis (17/10), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY terpantau bergerak menguat menuju level 103,83 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Nilai Tukar Rupiah Sangat Menggembirakan
Hasilnya, Ramdan tuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat sebesar Rp25 jelang libur akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.490 per dolar AS pada akhir Kamis (17/10) dan dibuka level bid Rp15.515 per dolar AS pada Jumat pagi (18/10).
Selanjutnya, Ramdan juga menginformasikan, imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau mengalami penurunan per kamis (17/10). “Yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,091%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketahanan ekonomi eksternal RI yang tengah berlangsung saat kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ungkapnya.