18 Oktober 2024
20:10 WIB
Sri Mulyani Sebut Nilai Tukar Rupiah Sangat Menggembirakan
Nilai tukar rupiah pada akhir September 2024 mengalami apresiasi atau penguatan 2,08% month to month dibandingkan posisi akhir Agustus.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) dalam konferensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (18/10). ValidNewsID/ Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan nilai tukar rupiah Indonesia pada kuartal III/2024, yakni dari Juli hingga September menunjukkan suatu perkembangan yang sangat mengembirakan.
Dalam konferensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dia mengatakan nilai tukar rupiah pada akhir September 2024 mengalami penguatan hingga mencapai Rp15.140 per USD.
“Ini artinya rupiah pada akhir September 2024 mengalami apresiasi atau penguatan 2,08% month to month dari bulan sebelumnya, dibandingkan posisi akhir Agustus,” kata Sri Mulyani, Jumat (18/10).
Dia menilai, penguatan nilai tukar rupiah di Kuartal III/2024 ini didukung oleh konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia, juga adanya aliran masuk modal kembali ke dalam negeri.
Baca Juga: Rupiah Akhir Pekan Menguat ke Level Rp15.481
“Kalau kita bandingkan apresiasi atau penguatan rupiah ini, yaitu 2,08% month to month, itu lebih kuat kenaikannya atau lebih tinggi dibandingkan apresiasi dari beberapa mata uang regional seperti won Korea yang juga apresiasi di tingkat 2,02%, peso Filipina juga mengalami apresiasi 0,17% month to month, dan rupe India yang mengalami perkuatan 0,1%,” jelas dia.
Menkeu menambahkan, kinerja dari rupiah yang baik tersebut ditopang oleh komitmen Bank Indonesia untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil dari aset-aset keuangan Indonesia yang menarik termasuk Surat Berharga Negara (SBN).
“Ini meningkatkan fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat dengan growth yang positif, relatif tinggi, inflasi rendah sehingga menyebabkan confidence dan aliran modal masuk asing ke dalam negeri yang terjadi dan berlanjut,” imbuhnya.
Cadangan Devisa
Dengan perkembangan tersebut, Sri Mulyani mengatakan posisi cadangan devisa sampai dengan akhir Kuartal III/2024 tercatat sebesar US$149,9 miliar.
Ini, kata dia, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor ditambah pembayaran hutang luar negeri pemerintah.
“Angka 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor plus pembayaran hutang pemerintah adalah di atas standar kecukupan internasional yang biasanya diukurnya adalah 3 bulan impor,” katanya.
Memasuki Kuartal IV/2024, tepatnya hingga 15 Oktober 2024, nilai tukar rupiah mengalami perlemahan sebesar 2,82% point to point dari bulan sebelumnya.
“Perlemahan tersebut ini diakibatkan perkembangan selama dua minggu terakhir oleh ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yang menyebabkan spekulasi mengenai kenaikan harga minyak,” kata dia.
Baca Juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal III/2024 Terjaga
Bendahara Negara menjelaskan hal ini lantaran Timur Tengah merupakan produsen minyak.
Sementara itu, apabila dibandingkan dengan akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1,17% year to date.
“Jadi dari mulai akhir Desember hingga 15 Oktober perlemahan 1,17%. Ini juga masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa mata uang regional seperti peso Filipina, bahkan dolar Taiwan dan won Korea,” terang Sri Mulyani.
Kedepan, dia memperkirakan nilai tukar rupiah akan terus mengalami penguatan searah dengan menariknya imbal hasil, inflasi di Indonesia yang rendah, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik.