11 November 2023
09:47 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan, selama 6-9 November 2023, investor asing nonresiden terpantau melepas instrumen investasi pasar keuangan domestik sebesar Rp1,27 triliun.
Aliran keluar portofolio tersebut didominasi oleh pelepasan aset Surat Berharga Negara (SBN) dan saham. Dengan demikian, kondisi pasar keuangan domestik ini kembali kehilangan momen inflow, setelah sempat membaik dengan masuknya beli neto non-residen sebesar Rp2,83 triliun di pekan lalu.
“Nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp1,27 triliun, terdiri dari jual neto Rp1,59 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,66 triliun di SRBI,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Sabtu (11/11).
Baca Juga: BI: Sepekan Terakhir, Aliran Modal Asing Masuk Rp1,67 T
Meski begitu, BI mencatat, sepanjang tahun berjalan mengacu data setelmen hingga 9 November 2023, perkembangan nonresiden terpantau masih positif dengan torehan beli neto Rp53,43 triliun di pasar SBN, jual neto Rp15,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp14,59 triliun di SRBI.
“(Sementara itu), premi credit default swap/CDS Indonesia lima tahun per 9 November 2023 sebesar 83,78 basis poin (bps), relatif stabil dibandingkan per 3 November 2023 sebesar 83,83 bps,” sebutnya.
Selain itu, dirinya melaporkan nilai tukar rupiah juga terpantau melemah tipis menuju akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.650 per dolar AS pada akhir Kamis (9/11) dan dibuka level (bid) sebesar Rp15.670 per dolar AS pada jumat pagi (10/11).
Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak naik tipis 1 bps ke level 6,81% pada jumat pagi (10/11), atau naik dibandingkan sehari sebelumnya yang turun ke level 6,80%. Dibandingkan pekan lalu, yield SBN saat ini terhitung lebih kompetitif ketimbang Jumat pagi pekan lalu (3/11) yang bertengger di level 6,94%.
Per akhir Kamis (9/11), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY menguat ke level 105,91 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Baca Juga: Bursa Sepekan: IHSG Naik Tipis 0,30%
Selanjutnya, Erwin juga menginformasikan, bahwa imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau meningkat pada Kamis (9/11). “Yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,624%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.