c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

08 Juli 2025

18:32 WIB

BEI Sebut Dampak Tarif AS Kecil Ke Pasar Modal RI

BEI menggelar survei soal dampak tarif AS ke pasar modal RI. Sementara itu, hari ini IHSG ditutup menguat karena ruang negosiasi masih terbuka.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">BEI Sebut Dampak Tarif AS Kecil Ke Pasar Modal RI</p>
<p id="isPasted">BEI Sebut Dampak Tarif AS Kecil Ke Pasar Modal RI</p>

Pekerja membersihkan lantai di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (24/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak akan berdampak signifikan terhadap pasar modal Indonesia. Hal itu berdasarkan survei yang telah dilakukan BEI.

"Kami sudah melakukan survei, relatif tidak berdampak," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada media di Jakarta, Selasa (8/7).

Lebih lanjut, Nyoman menjelaskan, dampak tarif itu tergantung pada bidang usaha perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia. Dari survei tersebut, diketahui jumlah perusahaan yang memproduksi produk yang terkena tarif tidak besar.

Baca Juga: IHSG Diramal Menguat Usai RI Kena Tarif AS 32%

"Kami melakukan survei bahwa impact terhadap tarif tidak besar, karena kan tergantung dari sisi kontribusi dari perusahaan tercatat kita terhadap produk atau barang yang kena tarif," katanya.

Nyoman menambahkan, hingga saat ini hasil survei menunjukkan potensi gangguan terhadap kinerja perusahaan tercatat akibat kebijakan tersebut masih dalam batas wajar.

Penutupan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa sore (8/7) ditutup menguat seiring masih terbukanya negosiasi tarif resiprokal antara pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).

IHSG ditutup menguat 3,46 poin atau 0,05% ke posisi 6.904,39. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 5,14 poin atau 0,67% ke posisi 762,36.

“Hanya sedikit negara berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan AS dalam waktu singkat yang diberikan,” sebut Tim Riset Phillips Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Selasa (8/7), dikutip dari Antara.

Presiden AS Donald Trump telah menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) yang secara resmi memundurkan batas waktu (deadline) pemberlakuan tarif timbal balik (reciprocal tariff) menjadi tanggal 1 Agustus 2025, dari sebelumnya tanggal 9 Juli 2025.

Indonesia mendapatkan surat dari Trump yang menyatakan akan dikenakan tarif sebesar 32%. Apabila Indonesia memberlakukan tarif balasan kepada AS maka tarif akan dinaikkan. Sebaliknya, apabila Indonesia atau perusahaan dari Indonesia berinvestasi dan memproduksi produk di AS, maka tidak akan dikenakan tarif.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan bertolak ke AS pada Selasa, 8 Juli 2025 ini, guna melanjutkan proses negosiasi tarif resiprokal dengan AS.

Baca Juga: IHSG Juni Terkoreksi, Asing Bawa Kabur Rp53,57 T dari Pasar Modal

Airlangga bakal menghadiri pertemuan dengan perwakilan Pemerintah AS untuk mendiskusikan keputusan tarif 32% yang tetap diberlakukan per 1 Agustus mendatang. Pemerintah masih mengupayakan untuk proses negosiasi dengan AS.

“Karena masih tersedia ruang untuk merespons sebagaimana yang disampaikan oleh Pemerintah AS, Pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan kesempatan yang tersedia demi menjaga kepentingan nasional ke depan,” ujar Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto.

Di sisi lain, kebijakan tarif resiprokal Trump telah memicu kekhawatiran inflasi, sehingga semakin mempersulit jalan bagi bank sentral AS The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya.

Risalah rapat Federal Reserve (Fed Minutes) Juni 2025 dijadwalkan dirilis pada Rabu (9/7), seharusnya mampu memberikan lebih banyak petunjuk mengenai arah dan prospek kebijakan.

Para pelaku pasar melihat sekitar 95% probabilitas suku bunga tidak berubah pada Juli 2025, sementara peluang untuk penurunan suku bunga pada bulan September mendekati 60%.

Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG bergerak ke zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor menguat yaitu sektor infrastruktur naik sebesar 1,14%, diikuti oleh sektor energi dan sektor barang baku yang naik masing-masing sebesar 1,03% dan 0,63%.

Sedangkan tujuh sektor terkoreksi yaitu sektor keuangan paling dalam minus 0,71%, diikuti oleh sektor teknologi dan sektor barang konsumen non primer yang turun masing-masing sebesar 0,64% dan 0,38%.

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu ASPR, PSAT, NICE, TRJA, dan ARTA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni MFIN, ASDM, VINS, IOTF, dan GTBO.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.080.789 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,30 miliar lembar saham senilai Rp11,08 triliun. Sebanyak 276 saham naik, 308 saham turun, dan 209 tidak bergerak nilainya.

Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei menguat 140,82 poin atau 0,36% ke 39.728,50, indeks Hang Seng menguat 260,13 poin atau 1,09% ke 24.148,48, indeks Shanghai naik 24,35 poin atau 0,70% ke 3.497,78, dan indeks Strait Times menguat 16,58 poin atau 0,43% ke 4.078,64.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar