24 September 2024
11:12 WIB
BCA Targetkan CASA Di Kisaran 6% Hingga Akhir Tahun
Tahun depan, BCA mengaku lebih optimistis bahwa pertumbuhan CASA akan semakin besar. Hal itu dengan berbagai syarat.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Menara Bank BCA yang berada di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Senin (3/6/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) menargetkan pertumbuhan current account savings account (CASA) atau dana murah hingga akhir tahun 2024 di kisaran 6%.
Dengan demikian, target yang dipatok tersebut tidak terlalu jauh dengan kenaikan yang terjadi pada semester I/2024.
Asal tahu saja, pada semester I/2024, dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi 82% lebih dari total DPK, tumbuh 5,8% mencapai Rp915 triliun.
"Target CASA sampai dengan akhir tahun kita harapkan mungkin masih sekitar 6%," kata Direktur BCA Santoso dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (23/9).
Tahun depan, BCA mengaku lebih optimistis bahwa pertumbuhan CASA akan semakin besar.
Baca Juga: BCA Akui Ada Fenomena Makan Tabungan Pada Nasabahnya
Kendati demikian, menurut Santoso, hal itu tergantung pada situasi makro dan situasi kurs (nilai tukar). Pasalnya, berbagai faktor tersebut dapat mempengaruhi CASA perseroan.
"Jadi, banyak faktor-faktor yang lainnya, seperti kita tahu kondisi di Amerika gimana, perang ini akan semakin banyak atau sudah mereda. Kemudian ekonomi, banyak negara yang struggle dan lain-lain. Jadi, kita akan menantikan," jelas Santoso.
Ke depan, BCA berharap agar semuanya dapat berjalan dengan baik dan pemerintah bisa lebih efektif untuk menggerakkan ekonomi bersama dengan rakyat Indonesia.
Likuiditas BCA
Masih dalam kesempatan yang sama, Santoso menyampaikan, likuiditas BCA sejauh ini tidak ada masalah. Lantaran, dana pihak ketiga (DPK) maupun CASA terus bertumbuh.
Tercatat, total dana pihak ketiga (DPK) pada semester I/2024 naik 5% secara tahunan (year on year/YoY) menyentuh Rp1.125 triliun. Begitu pula dengan CASA yang tumbuh 5,8% mencapai Rp915 triliun.
Sementara itu, BCA dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 15,5% YoY menjadi Rp850 triliun per Juni 2024.
Dia menjelaskan bahwa wajar pertumbuhan perbankan single digit, sedangkan untuk pertumbuhan kredit double digit.
Baca Juga: Uang Kelas Menengah Tergerus Buat Makan, Pemerintah Diminta Perhatian
"Kalau ini terus meningkat, memang challenge-nya berada di likuiditas. Namun demikian, masih cukup ample," tegas Santoso.
Dia berharap agar pada tahun-tahun berikutnya bisnis dapat kembali jalan, sehingga otomatis akan mendatangkan likuiditas.
Pemerintah pun juga terus berupaya untuk meningkatkan likuiditas perbankan. Salah satu caranya adalah dengan mendorong supaya investor luar datang ke Indonesia.
"Kenapa pemerintah mendorong supaya investor masuk? Itu salah satunya adalah supaya likuiditas bisa terbantu, kan ada fresh money," jelas dia.