13 Mei 2023
11:22 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JEDDAH – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, rata-rata investasi yang masuk dari negara-negara Islam selama lima tahun terakhir hanya 5,5% dari total investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) yang masuk Indonesia. Dirinya pun menyayangkan situasi ini dari banyaknya investasi yang telah masuk ke Indonesia.
“Terdapat fakta yang kontraproduktif bapak-ibu sekalian. Di satu sisi, kita berbicara tentang bagaimana kekompakan negara-negara muslim, tapi di sisi lain sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia justru dibanjiri investasi bukan dari negara Islam,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Sabtu (13/5).
Hal ini disampaikan dalam Annual Meetings Islamic Development Bank Group (IsDB), pada sesi The Islamic Corporation for the Insurance of Investment and Export Credit (ICIEC) Outlook on Food Security, Green Economy, Tourism and FDIs in Member Countries.
Ia melanjutkan, Indonesia merupakan negara dengan potensi yang sangat besar. Di kesempatan ini, Bahlil juga mengatakan, Indonesia akan membangun ekosistem baterai mobil listrik di Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Apalagi, Indonesia memiliki sekitar 25% cadangan nikel dunia dan tengah berupaya keras terus mendorong hilirisasi sebagai langkah untuk menjadi negara maju. arah kebijakan investasi Indonesia berfokus pada hilirisasi yang berorientasi pada green energy dan green industry.
Baca Juga: Indonesia-Arab Bahas Kerja Sama Investasi Rumah Sakit dan EBT
Saat ini, Indonesia telah melakukan penghentian ekspor di beberapa komoditas bahan mentah seperti nikel. Di 2023, Indonesia akan kembali melakukan pengehentian ekspor timah dan bauksit. Penghentian ekspor bahan mentah ini menjadi wujud komitmen pemerintah Indonesia dalam merealisasikan hilirisasi industri.
“Kami sekarang lebih fokus untuk melakukan hilirisasi terhadap komoditas sumber daya alam kami. Sebelum dilakukan penghentian ekspor nikel, dulu pendapatan kami hanya US$3,3 miliar. Tapi begitu ekspor nikel disetop dan dilakukan hilirisasi, pendapatan kami dari nikel mencapai US$30 miliar,” ungkapnya.
Ia mengingatkan, bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara negara-negara G20, yakni sebesar 5,31% dengan angka inflasi yang masih dapat ditekan di bawah 6%.
Angka pertumbuhan ekonomi ini masih berpeluang untuk terus ditingkatkan seiring konsistennya dilakukan hilirisasi di Indonesia.
“Maka dari itu, saya menawarkan kepada bapak-ibu semua agar bisa ikut mengambil bagian dan sampai dengan 2040 menuju Indonesia emas, masterplan desain pengelolaan investasi yang mengarah kepada hilirisasi pada delapan sektor komoditas unggulan yang potensi nilainya mencapai US$545,3 miliar,” jelasnya.
Sekadar tahu, IsDB Group Private Sector Forum merupakan salah satu pilar utama dalam rangkaian kegiatan IsDB Group Annual Meeting, yang diselenggarakan untuk menyediakan platform jaringan yang unik bagi para mitra dan pemangku kepentingan terkemuka, khususnya dalam sektor privat atau swasta.
Selain itu, IsDB juga menjadi wadah untuk mempromosikan peluang investasi dan perdagangan yang ditawarkan oleh negara-negara anggotanya.
Baca Juga: Tumbuh 16,5%, Indonesia Berhasil Raup Investasi Rp328,9 T
BKPM mencatat, realisasi investasi Arab Saudi dalam periode 2018 hingga kuartal I/2023 mencapai US$26,5 juta. Realisasi ini tidak termasuk investasi pada sektor keuangan dan hulu migas.
Sektor tersier mendominasi dengan total senilai US$24,78 juta atau 94% dengan capaian tertinggi oleh sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran senilai US$16,93 juta atau sebanyak 64% dari total nilai investasi Arab Saudi di Indonesia.
Provinsi Bali menjadi lokasi utama realisasi investasi Arab Saudi dengan capaian sebesar US$10,3 juta (39%), diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, dan Kalimantan Timur dalam periode lima tahun terakhir.
Berdasarkan data Kemendag, produk ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi di antaranya mobil/otomotif, minyak sawit, ikan olahan/diawetkan, saos, dan kayu lapis (plywood). Sedangkan impor utama Indonesia dari Arab Saudi di antaranya minyak bumi, minyak mentah, gas minyak bumi, alkohol asiklik, dan polimer etilena.