c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

06 Mei 2023

15:05 WIB

Bapanas Tinjau Harga Acuan Gula

Bapanas menjelaskan, peninjauan harga acuan gula bertujuan untuk menjaga keseimbangan harga gula di tingkat hulu (produsen) hingga hilir (konsumen)

Editor: Fin Harini

Bapanas Tinjau Harga Acuan Gula
Bapanas Tinjau Harga Acuan Gula
Petugas menggunakan alat berat untuk memindahkan gula pasir dalam karung untuk diimpor. Shutterstock /Mr. Kosal

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) meninjau harga acuan dan membahas strategi penguatan industri gula bersama stakeholder pergulaan nasional.

“Kita mengumpulkan seluruh stakeholder gula nasional di Malang untuk duduk bersama membahas sejumlah agenda penting. Salah satunya terkait review Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) gula konsumsi,” kata Kepala Bapanas Prasetyo Adi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Arief menuturkan peninjauan HAP bertujuan untuk menjaga keseimbangan harga gula di tingkat hulu (produsen) hingga hilir (konsumen) sesuai dengan harga keekonomian saat ini. Diharapkan melalui penyesuaian yang dilakukan, produsen dan pedagang bisa mendapatkan keuntungan yang wajar. Di sisi lain konsumen juga bisa membeli gula dengan harga yang wajar.

Saat ini NFA sudah memiliki instrumen regulasi tentang HAP gula konsumsi yang tertuang dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022. Dalam Perbadan tersebut ditetapkan HAP gula konsumsi di tingkat produsen Rp 11.500 per kg, dan di tingkat konsumen Rp 13.500 per kg untuk ritel modern serta Rp 14.500 per kg di Indonesia Timur.

“Ini yang sedang kita review," sebutnya, dilansir dari Antara.

Baca Juga: Bapanas Mulai Distribusikan Bantuan Pangan Beras Tahap Kedua

Selain melakukan review HAP, NFA bersama Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan stakeholder gula lainnya sedang melakukan peninjauan Biaya Pokok Produksi (BPP) gula.

Penyesuaian yang tengah dibahas itu mempertimbangkan dan menghitung besaran struktur ongkos gula petani yang dihitung dan diusulkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, asosiasi, dan pelaku usaha. Selain mempertimbangkan aspek harga keekonomian dan keuntungan yang wajar, rencana penyesuaian juga mempertimbangkan pengaruh terhadap inflasi, serta daya dukung dan keberlanjutan industri gula ke depan.

“Karena, yang terpenting itu, industrinya harus terus kita jaga dan bangun. Untuk itu, agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat dalam pembahasannya kita libatkan semua unsur pergulaan nasional,” ujar Arief.

Arief berharap, melalui pembahasan yang komprehensif dan presisi ke depannya akan dihasilkan besaran HAP dan BPP gula yang seimbang dan wajar, sehingga bisa meningkatkan semangat para petani dan masyarakat menanam tebu.

“Dengan harga yang wajar dan seimbang, para petani tebu akan semakin semangat menanam dan meningkatkan produktivitasnya, bahan baku tebu akan bertambah, dan iklim industri gula bisa semakin baik secara bertahap,” tuturnya.

Adapun berdasarkan Prognosa Neraca Pangan yang disusun NFA, kebutuhan gula konsumsi nasional saat ini sebesar 3,4 juta ton per tahun. Diperkirakan produksi gula konsumsi nasional tahun 2023 sebesar 2,7 juta ton. Untuk kondisi harga gula konsumsi, berdasarkan Panel Harga Pangan NFA, kondisi harga rata-rata nasional gula konsumsi di tingkat konsumen per 4 Mei 2023 berada di harga Rp14.616 per kg.

Optimistis Capaian Rendemen Tebu Meningkat
Arief optimistis sektor gula nasional pada musim giling tebu 2023 akan lebih baik dengan capaian rendemen yang ditargetkan lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

“Kita memulai giling pertama di PG Krebet Baru Malang. Diharapkan rendemennya lebih tinggi dari tahun lalu dan bisa di atas 8%, serta masa gilingnya bisa panjang," katanya.

Menurut Arief, rencana produksi gula konsumsi pada musim giling tahun ini sebesar 2,6 juta ton dengan kebutuhan gula nasional di angka 3,4 juta ton setahun.

Baca Juga: ID FOOD: Impor Gula Tidak Berbenturan Dengan Masa Giling Tebu

"Untuk memenuhi kebutuhan nasional sebesar 3,4 juta ton memang masih diperlukan pengadaan dari luar. Namun perlu kita apresiasi bahwa tahun ini rencana impor lebih kecil dari tahun lalu yang berada di posisi lebih dari 1 juta ton. Ini merupakan langkah awal yang baik dalam mewujudkan swasembada gula," ucapnya.

Ia juga mengapresiasi Kabupaten Malang sebagai salah satu produsen gula tebu terbesar di Jawa Timur. Menurut data Kementerian Pertanian, pada 2022 produksi gula di Jawa Timur mencapai 49,55% atau sebanyak 1,19 juta ton dari total produksi gula nasional yang berada di angka 2,4 juta ton.

"Seperti kita ketahui pabrik gula di Indonesia 60% berada di Pulau Jawa, dari jumlah tersebut 73% berada di Jawa Timur. Jadi Jawa Timur ini sangat spesial karena merupakan produsen gula konsumsi terbesar di Indonesia," ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar