07 Desember 2023
20:32 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengungkapkan sejumlah tantangan dalam menyalurkan kredit untuk sektor hijau. Pasalnya, permintaan terhadap kredit hijau hingga saat ini dinilai masih minim.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengatakan, di Indonesia masih cukup terbatas kesadaran (awareness) dari para pelaku usaha untuk kredit hijau.
Alhasil, permintaan (demand) terhadap pembiayaan hijau itu relatif masih cukup terbatas.
"Nah, tantangan yang memang saat ini mungkin masih perlu kita telaah adalah di Indonesia masih cukup terbatas awareness dari para pelaku usaha yang memang mengakibatkan adanya demand terhadap pembiayaan hijau itu relatif masih cukup terbatas," kata Eka dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/12).
Hal tersebut, menurutnya, mengakibatkan penyaluran atas pembiayaan hijau (green financing) yang dihimpun juga memiliki alternatif penyaluran yang tidak seluas di luar negeri.
"Namun, juga ada notion yang menyatakan tentunya apa yang bisa menjadi penyelesaian terhadap lemahnya demand ini. Penyelesaian ini bisa saja melalui peningkatan awareness dan adanya skema insentif yang cukup efektif," ujarnya.
Baca Juga: Bank Mandiri: Investasi Terkait ESG Jadi Penentu Keberlanjutan Bisnis
Dia menyebutkan, saat ini sudah banyak skema-skema insentif yang dihasilkan baik oleh regulator, pemerintah, maupun para pelaku usaha seperti Bank Mandiri sendiri.
Kendati demikian, dia menilai masih perlu dilakukan pendalaman terutama yang kaitannya dengan green financing.
Eka bilang, kalau berbicara soal berkelanjutan, tentunya ada beberapa aspek, seperti aspek sosial dan aspek hijau.
Oleh karena itu, di Indonesia, mungkin akan lebih didominasi oleh aspek sosialnya dibandingkan dengan aspek hijaunya.
"Hand in hand menurut saya bersama dengan pemerintah, kemudian inisiatif yang proaktif governance dari masing-masing institusi tentunya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat bisa memperluas pendalaman terhadap pembiayaan green financing di Indonesia," ujarnya.
Rencana Ke Depan
Terkait rencana ke depan, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar menuturkan, sebagai wholesale bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri telah menetapkan 10 tahun transformation plan. Salah satu aspeknya adalah keberlanjutan.
"Inisiatif-inisiatif ini termasuk inovasi dalam ESG, kemudian pengembangan produk berkelanjutan, serta implementasi green business mindset kepada 37 ribu Mandirian," katanya.
Bank Mandiri turut mendukung aspirasi pemerintah dalam menurunkan emisi. Oleh karena itu, Bank Mandiri berkomitmen mencapai NZE dari aktivitas operasional di tahun 2030 dan NZE di financing pada 2060.
Sementara itu, menurut Alexandra, dalam framework ESG yang telah Bank Mandiri susun, terdapat tiga pilar strategi.
Pilar pertama adalah sustainable banking. Dalam pilar ini, Bank Mandiri berkomitmen untuk mencapai Lead Indonesia's Transition to Low Carbon Economy,
Hingga September 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan sustainable portofolio sebesar Rp253 triliun atau 25% dari total kredit Bank Mandiri secara bank only. Dari Rp253 triliun yang dimaksud, terbagi dalam dua portfolio besar, yaitu sosial portofolio sebesar Rp131 triliun dan green portofolio sebesar Rp122 triliun.
Hasilnya, penyaluran green portofolio ini memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai market leader dengan share lebih dari 30%.
Sedangkan untuk dapat mendorong nasabah melakukan transisi bisnis yang ramah lingkungan, Bank Mandiri juga menyalurkan sustainability link loan dan transition loan sebesar Rp3,2 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana, Bank Mandiri telah menerbitkan sustainability bond sebesar US$300 juta di tahun 2021. Kemudian, ESG repo sebesar US$500 juta dolar di tahun 2022.
Pada tahun ini, Bank Mandiri telah menurunkan green bond tahap 1 sebesar Rp5 triliun, yang merupakan bagian dari rencana penawaran umum berkelanjutan (PUB) dengan dana sebesar Rp10 triliun.
Pada segmen ritel, Bank Mandiri adalah bank nasional pertama yang meluncurkan kartu recycle PVC untuk kartu debit dan prabayar serta cardless credit card.
Baca Juga: Bank Mandiri Salurkan Kredit Berkelanjutan Rp253 Triliun
Sementara pada pembiayaan ritel, Bank Mandiri terus mendukung pembiayaan untuk transportasi bersih serta solar panel.
Pilar kedua adalah sustainable operation. Bank Mandiri telah menargetkan untuk menerapkan NZE operasional di tahun 2030. Bank Mandiri telah melakukan langkah strategis dengan melakukan karbon netral inisiatif, antara lain melakukan restorasi dan konservasi lahan melalui penanaman pohon.
Kemudian, pemanfaatan 126 EV sebagai kendaraan operasional, 241 Smart branch yang full LED Lite, melakukan instalasi 556 solar panel dan Reverse Osmosis di tiga gedung, hingga restorasi dan konservasi lahan yang telah dimulai di tahun 2022 dengan penanaman 20 hektar hutan mangrove.
Ia melanjutkan, Bank Mandiri juga mengoptimalisasi digital platform dengan customer based yang luas, yaitu 32 juta pengunduh Livin' by Mandiri dan 158 ribu perusahaan korporasi yang sudah register di Kopra by Mandiri.
"Untuk menyukseskan komitmen Bank Mandiri untuk menuju NZE Operation 2030, saya juga meminta seluruh Mandirian untuk melaksanakan green bisnis mindset dalam setiap kegiatan atau event yang diselenggarakan," ungkapnya.
Pilar ketiga adalah sustainability beyond banking. Pada pilar ini, Bank Mandiri menargetkan untuk menjadi katalisator dalam hal social impact to achieve SDG, di mana aksi nyata yang dilakukan adalah dengan berbagai inisiatif inklusi keuangan melalui Mandiri Agent.
Lalu, rumah BUMN, penyaluran KUR kepada petani dan nelayan, penyaluran fasilitas pinjaman kepada wanita atau ibu rumah tangga, dan berikutnya memberikan pelatihan kepada petani dalam program rice milling unit (RMU).
Secara konsisten, bank pelat merah ini pun turun mengadakan kegiatan Wirausaha Mandiri yang dapat mencetak digitalpreneur dan memberikan pelatihan kepada para pekerja migran Indonesia melalui program Mandiri Sahabatku.