07 Desember 2023
15:17 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menjelaskan, investasi terkait Environmental, Social and Governance (ESG) kini telah dipersepsikan sebagai faktor utama dalam keberlanjutan bisnis, baik saat ini maupun masa depan.
Berdasarkan hasil riset dan penelitian teranyar Bank Mandiri melalui Mandiri Institute yang bertajuk "Sustainable Acts: Why Now, What’s Next?", menunjukkan data penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab atau Principles for Responsible Investment (PRI) meningkat signifikan.
"Hingga November 2023, terdapat 5.374 penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab," kata Andry di Jakarta, Kamis (7/12).
Selain itu, lanjut dia, penerbitan surat utang global terkait ESG juga mencapai angka yang besar, yakni US$1,5 triliun pada 2022. Angka ini meningkat hampir 15 kali dibandingkan tahun 2015.
Dia menambahkan, hasil riset tersebut turut menyediakan perspektif baru tentang pandangan bisnis, investor, dan pengelola dana tentang ESG yang dapat menjadi masukan penting untuk perbaikan ke depan.
Meski persepsi akan pentingnya ESG telah meningkat, hasil riset Mandiri Institute menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan ESG terutama di pasar keuangan.
Baca Juga: Bappenas: ESG Bantu Capai Target NDC
Tercermin dari masih minimnya diferensiasi produk ESG dan gaya pendanaan. Ini terjadi, karena masih rendahnya kesadaran terkait ESG, termasuk masih banyak yang belum percaya bahwa ESG sebagai prioritas.
Merujuk hasil survei tersebut, ditemukan sebanyak 71% perusahaan terbuka meyakini praktik bisnis dengan prinsip ESG akan menjadi prioritas di masa depan.
Meski demikian, hanya 57% baru sadar akan target Nationally Determined Contributions (NDC) atau penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga tahun 2030.
“Untungnya, hampir seluruh responden telah mempertimbangkan untuk melakukan praktik bisnis ESG ke depannya. Artinya, potensi bisnis berkelanjutan masih sangat terbuka dan Bank Mandiri berkomitmen kuat untuk mengoptimalkan potensi tersebut,” tutur Andry.
Selain itu, laporan ini menekankan agar regulator dan pemangku kebijakan semakin aktif mengkomunikasikan standarisasi pelaporan penerapan ESG di Tanah Air.
Lantaran, laporan berkelanjutan menjadi sangat penting tidak hanya untuk perusahaan, namun juga bagi investor. Sekaligus menjadi acuan perbandingan kinerja berkelanjutan di seluruh perusahaan pada berbagai sektor.
MSF 2023
Bank Mandiri kembali menggelar event Mandiri Sustainability Forum (MSF) 2023 dengan mengusung tema "Sustainable Acts: Why Now, What’s Next?".
Selain itu, Bank Mandiri melalui Mandiri Institute juga merilis hasil riset dan penelitian teranyar bertajuk sama dengan tema forum, yaitu "Sustainable Acts: Why Now, What’s Next?".
Gelaran ini disebut sebagai kontribusi Bank Pelat Merah ini untuk mendorong implementasi prinsip ESG, guna mewujudkan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi.
MSF 2023 dihadiri oleh para pengambil keputusan dari regulator, korporasi, asosiasi, lembaga internasional, nasabah, serta pemangku kepentingan terkait secara hybrid.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan, riset ini diharapkan dapat menjadi acuan terkait gambaran implementasi ESG di Indonesia sekaligus mengajak seluruh pihak untuk menggencarkan aksi nyata untuk ekonomi berkelanjutan.
Sebab, menurutnya, penelitian ini dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari korporasi baik listed maupun non-listed, investor, hingga fund manager.
Baca Juga: Menimbang Investasi Dengan ESG
“Event MSF kami selenggarakan untuk kedua kalinya karena telah menjadi wadah diskusi yang tepat bagi para pebisnis, pemerintah, dan pelaku usaha lainnya terkait potensi dan tantangan ESG ke depan, baik di tingkat global maupun nasional, tentunya dalam konteks mendukung agenda nasional pencapaian NZE 2060,” kata Darmawan saat membuka MSF 2023 di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (7/12).
Dalam kesempatan tersebut, Mandiri Institute mengundang pembicara yang memiliki kompetensi dan berpengalaman di bidangnya. Antara lain, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar.
Termasuk para pakar di bidang ESG, seperti Chairman of the Board, U.S. Soybean Export Council (USSEC) Stan Born, Co-Founder and Chief Executive Officer, Climate Bonds Initiative Sean Kidney, Chief Executive Officer Assentoft Aqua Asia Pte Ltd MAtthew Tan, dan Country Manager Global Reporting Initiative (GRI) Indonesia Dewi Suyenti Tio.
Lebih lanjut, Darmawan mengungkapkan, kehadiran para pembicara tersebut diyakini dapat menginspirasi seluruh pemangku kepentingan ESG di Tanah Air untuk terus berkomitmen mengeksekusi berbagai kebijakan dan inisiatif mendorong prinsip-prinsip keberlangsungan.