c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

28 Oktober 2023

09:16 WIB

Arus Keluar Saham Rp2,57 T Pimpin Outflow Portofolio Asing Pekan Ini

Berbeda dari pekan sebelumnya, jual neto portofolio asing selama 23-26 Oktober 2023 berasal dari portofolio saham.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Arus Keluar Saham Rp2,57 T Pimpin Outflow Portofolio Asing Pekan Ini
Arus Keluar Saham Rp2,57 T Pimpin Outflow Portofolio Asing Pekan Ini
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta I nti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Antara Foto/Muhammad Adimaja

JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan, selama 23-26 Oktober 2023, investor asing nonresiden terpantau mengakumulasi instrumen investasi pasar keuangan domestik sebesar Rp1,04 triliun.

“Nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp1,04 triliun, terdiri dari beli neto Rp2,18 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,57 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,44 triliun di SRBI,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (20/10).

Secara umum, investor asing di pekan lalu (16-19 Oktober) juga terpantau menjual neto SBN dan portofolio saham, masing-masing sejumlah Rp3,45 triliun dan Rp3,01 triliun. Adapun pembelian neto portofolio terjadi pada instrumen SRBI sebesar Rp1,10 triliun.

Baca Juga: Melesu, Sepekan Terakhir Asing Lepas Aset Dana Rp2,5 Triliun

Berbeda dari pekan sebelumnya, jual neto selama 23-26 Oktober 2023 berasal dari portofolio saham. Mengacu data setelmen hingga 26 Oktober 2023, nonresiden terpantau masih beli neto Rp47,14 triliun di pasar SBN, jual neto Rp11,11 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp11,80 triliun di SRBI.

Sebagai tambahan, APBN seri Oktober melaporkan, meningkatnya dinamika pasar global seiring kenaikan ekspektasi higher for longer dan meluasnva konflik geopolitik membuat kinerja portofolio Indonesia mengalami gejolak outflow, terutama seiak September 2023.

Kemenkeu mencatat, terjadi outflow investasi portofolio dari Indonesia berupa SBN sebesar Rp23,3 triliun pada September dan Rp10,3 triliun pada Oktober. Dalam periode yang sama, ouflow juga terjadi pada instrumen saham yang secara berurutan turun Rp4,1 triliun dan Rp1,7 triliun.

Secara khusus, pasar SBN diidentifikasi mengalami tekanan, ditandai dengan yield SUN 10 tahun naik dari 6,38% pada 31 Agustus menjadi 6,91% pada 29 September, dan 7,24% pada 24 Oktober.

“(Sementara itu), premi credit default swap/CDS Indonesia lima tahun per 26 Oktober 2023 sebesar 100,71 basis poin (bps), turun dibandingkan per 20 Oktober 2023 sebesar 101,97 bps,” sebut Erwin.

Selain itu, dirinya melaporkan nilai tukar rupiah juga terpantau bergerak stabil melemah menuju akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.915 per dolar AS pada akhir Kamis (26/10) dan dibuka level (bid) sama sebesar Rp15.915 per dolar AS pada jumat pagi (27/10).

Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak naik tipis 1 bps ke level 7,18% pada jumat pagi (27/10), atau naik sedikit dibandingkan sehari sebelumnya yang sudah naik ke level 7,17%. Yield SBN saat ini terhitung lebih kompetitif ketimbang Jumat pagi pekan lalu (20/10), yang bertengger di level 7,07%.

Per akhir Kamis (19/10), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY menguat ke level 106,60 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.

Baca Juga: BI: SRBI Jadi Alternatif, Tidak Saingi SBN Pemerintah

Selanjutnya, Erwin juga menginformasikan, bahwa imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau menurun pada Kamis (26/10). “Yield US Treasury Note 10 tahun turun ke level 4,845%,” paparnya.

Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar