07 Oktober 2023
11:56 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan, investor asing nonresiden terpantau melepas atau jual neto instrumen investasi pasar keuangan domestik sebesar Rp2,5 triliun selama 2-5 Oktober 2023. Aliran keluar tersebut didominasi oleh pelepasan aset Surat Berharga Negara (SBN).
“Nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,50 triliun, terdiri dari jual neto Rp2,92 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (7/10).
Dengan perkembangan yang ada, berdasarkan data setelmen hingga 5 Oktober 2023, nonresiden terpantau masih beli neto Rp57,64 triliun di pasar SBN, jual neto Rp6,43 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp7,65 triliun di SRBI.
“(Sementara itu), premi credit default swap/CDS Indonesia lima tahun per 5 September 2023 sebesar 100,31 basis poin (bps), naik dibandingkan per 29 September 2023 sebesar 92,41 bps,” sebutnya.
Selain itu, dirinya melaporkan nilai tukar rupiah juga terpantau bergerak melemah menuju akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.610 per dolar AS pada akhir Kamis (5/10) dan dibuka level (bid) Rp15.615 per dolar AS pada jumat pagi (6/10).
Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak turun tipis 2 bps ke level 7,01% pada jumat pagi (22/9), atau relatif lebih rendah dibandingkan sehari sebelumnya di level 7,03%. Secara umum, meski yield SBN tersebut menurun, jumlahnya masih tetap lebih tinggi dibanding Jumat pagi pekan lalu (22/9), yang bertengger di level 6,79%.
Per akhir Kamis (21/9), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY menguat ke level 106,33 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Erwin juga menginformasikan, bahwa imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau naik pada Kamis (5/10). “Yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,719%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.