c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

31 Januari 2024

17:35 WIB

Antler Umumkan Pendanaan Pre-Seed Rp75 Miliar Pada 37 Startup

Pendanaan Antler ini merupakan transaksi investasi pre-seed tertinggi dalam satu putaran pendanaan di Asia Tenggara

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

Antler Umumkan Pendanaan <i>Pre-Seed</i> Rp75 Miliar Pada 37 Startup
Antler Umumkan Pendanaan <i>Pre-Seed</i> Rp75 Miliar Pada 37 Startup
Ilustrasi Start Up. Envato/Rawpixel

JAKARTA - Antler, perusahaan modal ventura tahap awal mengumumkan putaran investasi pre-seed terbesarnya hingga saat ini, dengan mengucurkan investasi total senilai US$5,1 juta (setara dengan Rp75 miliar) kepada 37 startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 

"Pendanaan ini merupakan transaksi investasi pre-seed tertinggi dalam satu putaran pendanaan di Asia Tenggara, menunjukkan komitmen Antler dalam mendukung generasi entrepreneur digital di kawasan ini," kata Co-founder dan Managing Partner Asia Antler, Jussi Salovaara dalam pernyataan resmi, Rabu (31/1).

Ia menjelaskan, portofolio binaan Antler mencakup 19 sektor yang beragam, mulai dari AI dan SaaS, B2B hingga fintech dan healthtech. Meski begitu, Jussi mengakui bahwa masih banyak startup tahap awal yang potensial di Asia Tenggara. 

Hal ini membuat Antler tetap berinvestasi pada pendanaan di tahap awal, terutama pada startup yang bergerak di bidang AI bervertikalisasi (verticalized AI) dan Industri 4.0.

“Melalui pendanaan ini, kami berupaya untuk membantu para founder membangun fondasi yang kuat untuk model bisnis berkelanjutan, dan mendorong inovasi jangka panjang dalam ekosistem teknologi global yang lebih luas,” ujar Jussi.

Sebagai pemodal startup tahap awal, Antler telah mengidentifikasi tren teknologi yang sedang berkembang. Berikut beberapa investasi Antler pada putaran ini yang didorong oleh beberapa tren terbaru.

Baca Juga: Ini Proyeksi East Ventures Soal Pendanaan Startup pada 2024

1. Perpindahan ke verticalized AI
Jussi mengtakan, perkembangan AI akan memasuki babak baru di tahun 2024, terutama karena solusi AI akan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di masing-masing industri. 

"Kita akan melihat pergeseran bisnis yang lebih besar ke arah verticalized AI, terutama di bidang media, manajemen pelanggan, dan integrasi Large Language Model (LLM)," kata dia.

Sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini telah memanfaatkan kekuatan verticalized AI, berikut daftarnya:

  • ReelBlend: Marketplace untuk periklanan produk secara virtual, memanfaatkan AI dan Computer Vision untuk menyisipkan iklan secara akurat di berbagai media.
  • EigenAI: Platform AI/ML tanpa coding yang dapat menganalisis pola perilaku pelanggan dan membangun model Customer Lifestyle Management (CLM) yang komprehensif.
  • RapidaAI: Router LLM dan platform rekayasa cepat bagi bisnis untuk bereksperimen, menguji, dan menerapkan aplikasi berbasis LLM dengan cepat.
  • Emereg: Platform AI pertama yang berfokus pada otomatisasi manajemen risiko yang dirancang khusus untuk sektor fintech.
  • CapGo: Platform yang menggunakan agen berbasis AI untuk mengumpulkan data secara cepat, yang dirancang khusus untuk riset pasar.
  • Buildas: Platform AI yang memadukan kecerdasan manusia untuk membantu pelaku bisnis dalam merancang software tertentu tanpa membutuhkan keahlian teknis mendalam.
  • Lunash: Solusi berbasis AI untuk meningkatkan kinerja penagihan hutang dari hulu ke hilir, mulai dari sebelum kredit macet hingga pemulihan.
  • ZOLO: Asisten AI bagi pelaku bisnis makanan, yang bisa menyederhanakan detail manajemen pesanan dan mengkonversi pesanan dari aplikasi perpesanan ke sistem back office.
  • SmartViz: Menyediakan modul bertenaga AI untuk inspeksi visual otomatis di bidang manufaktur, yang bertujuan untuk menghilangkan cacat dan meningkatkan efisiensi produksi.
  • Levit8: Platform analisis SDM yang menggunakan data untuk memantau pengalaman karyawan dan mendeteksi tanda-tanda awal potensi kemunduran.
  • PingMi: Kopilot AI dan platform manajemen produk yang dirancang untuk mempercepat pengembangan dan peluncuran ide-ide yang mendorong pendapatan.
  • Cleve: Tool AI yang membantu content creator dan figur publik untuk memperkuat persona online mereka dengan membuat konten yang dipersonalisasi dan dioptimalkan untuk berbagai platform.

Baca Juga: Ekonom Sebut Tren Pendanaan Startup Di 2024 Masih Seret

2. Kebangkitan Industri 4.0 di Asia Tenggara
Walaupun era Industri 3.0 awalnya didorong oleh sektor manufaktur, pihaknya melihat teknologi peninggalannya kini memiliki potensi besar untuk mentransformasi perubahan di semua sektor industri. 

Prinsip-prinsip utamanya, seperti keterhubungan, pembuatan keputusan berbasis data, dan otomasi, kini banyak digunakan di sektor non-digital seperti konstruksi, transportasi, dan layanan kesehatan. 

Sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini bergerak di Industri 4.0, antara lain:

  • COEX: Platform yang dirancang untuk memaksimalkan efisiensi modal dan operasional dalam industri konstruksi, serta mendigitalisasi klaim proyek dan manajemen jumlah.
  • DASH: Solusi logistik ramah-lingkungan untuk pelaku bisnis, menawarkan penyewaan kendaraan listrik untuk membangun armada kendaraan listrik terbesar di Indonesia untuk layanan pengiriman on-demand.
  • glorious: Platform Care Operations untuk pemasok perawatan, yang bertujuan untuk mendigitalisasi operasi dan meningkatkan pekerjaan perawatan dengan alat tenaga kerja yang inovatif.
  • OmiConvo: Rangkaian bisnis omnichannel komprehensif yang mengintegrasikan berbagai aplikasi pesan dengan layanan backend, sehingga dapat meningkatkan manajemen social commerce untuk pemilik bisnis tradisional.
  • AssetFindr: Ekosistem pemeliharaan aset menyeluruh yang menyediakan real-time insight, manajemen risiko tingkat lanjut, dan pengambilan keputusan berdasarkan data.
  • UniiD: Solusi akses cerdas untuk gedung dan kota, memudahkan cara pengelolaan pintu masuk dan keamanan melalui platform berbasis seluler.
  • Konstruksi.AI: Solusi SaaS bagi perusahaan konstruksi dan kontraktor untuk membuat sistem alur kerja dokumen yang efisien dan quality control secara real-time.
  • XFLO: Solusi SaaS B2B untuk meningkatkan produktivitas bisnis melalui alur kerja otomatis.
  • Barely Skin: Menyediakan rekomendasi perawatan kulit yang sesuai kebutuhan pelanggan, menawarkan konsultasi online dan produk perawatan kulit berkualitas tinggi.
  • Ternakin: Solusi IoT bagi petani ikan untuk meningkatkan produktivitas dengan mengoptimalkan pemanfaatan kolam dan meningkatkan efisiensi pengadaan stok.
  • Seafoody: Penyedia rantai pasok makanan laut langsung ke pelaku bisnis.
  • YOBO: Solusi CRM Penjualan dan otomatisasi penjualan yang dapat mengidentifikasi pelanggan bernilai tinggi.

Baca Juga: Awal 2024 Banyak Startup Tutup dan PHK, Ini Penyebabnya

3. Startup di Asia Tenggara membangun solusi hiperlokal dengan skalabilitas global
Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi digital global mencapai US$17,5 triliun pada tahun 2025, gelombang baru startup mulai bermunculan di Asia Tenggara. 

Jussi menilai, berbagai startup ini mengembangkan produk digital yang memenuhi kebutuhan hiperlokal di Asia Tenggara – sambil tetap mempertahankan potensi untuk berekspansi ke pasar global. 

"Ada banyak peluang pertumbuhan di sektor seperti fintech, komunikasi, operasional bisnis, dan sebagainya. Berbagai solusi yang relevan dengan keadaan lokal namun dapat diekspansi ke masyarakat global pun sedang dikembangkan," ungkapnya.

Berikut daftarnya:

  • BorderDollar: Menyediakan pembiayaan perdagangan internasional yang mudah diakses oleh UKM, menawarkan invoice financing sebagai aset alternatif bagi investor swasta.
  • Mailpass: Menawarkan pengelolaan login dengan membuat alamat email yang unik dan anonim bagi pengguna, guna meningkatkan keamanan dan privasi online.
  • flaex: Platform trading margin terdesentralisasi yang memanfaatkan likuiditas protokol pinjaman untuk menawarkan harga yang kompetitif bagi para trader.
  • Hybr1d: Platform manajemen IT menyeluruh bagi pelaku bisnis untuk mendigitalisasi dan menyederhanakan operasional kerja.
  • Naki: Platform yang memungkinkan Generasi Z untuk menjalin pertemanan AI yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepribadian mereka, menawarkan pengalaman interaksi yang unik dan personal.
  • SPUN: Platform pembuatan dan pengelolaan izin untuk wisatawan non-wisata, memanfaatkan AI dan otomatisasi untuk menyederhanakan dan mempercepat proses perizinan untuk kebutuhan profesional di seluruh dunia.
  • MessengerCo:Platform pemberian hadiah, terutama untuk kebutuhan B2B, dengan solusi distribusi global.
  • Zappy: Menyediakan alat komunikasi bisnis yang terpadu dan terjangkau, mengintegrasikan berbagai percakapan kerja ke dalam satu inbox.
  • Upbrand: E-commerce enabler untuk brand fesyen lokal, untuk berkembang menjadi brand global dengan layanan profesional dan wawasan pasar yang luas.
  • Just Ping: Alat perekrutan berbasis percakapan omnichannel yang memanfaatkan pengalaman mobile-first untuk perekrutan sosial, berintegrasi dengan berbagai platform percakapan dan media sosial.
  • Finna: Platform end-to-end untuk solopreneur, menyederhanakan alur kerja mulai dari mengelola pelanggan dan membuat proposal hingga memproses pembayaran.

Dalam kesempatan yang sama, Partner Antler di Indonesia, Agung Bezharie menyatakan dinamika pasar Indonesia yang unik menawarkan peluang besar bagi para pelaku startup. Itulah mengapa pihaknya, yakni Antler berkomitmen untuk mengumpulkan talenta-talenta terbaik untuk membangun karya yang hebat. 

"Kami bekerja sama dengan para founder yang tidak hanya didorong oleh modal (capital), tetapi juga berambisi kuat untuk menjadi bagian dari komunitas inovator dan orang-orang dengan visi yang sama, yang akan menciptakan perbedaan nyata, baik secara lokal maupun global,” kata Agung.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar