30 Desember 2023
11:54 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA - Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana menilai, pada tahun 2024, lanskap industri startup teknologi Asia Tenggara, termasuk pendanaan tetap berkembang ke arah yang positif.
Meski begitu, ia melihat perekonomian global dan ketegangan geopolitik tetap menghadirkan ketidakpastian. Apalagi lanskap investasi tahun 2023 juga tidak sebergairah tahun 2021-2022.
Menurutnya, hal yang membedakan kondisi startup di Asia Tenggara dan Amerika Serikat (AS) adalah titik acuan (baseline) yang menjadi faktor penggerak sektor ini.
Roderick menuturkan, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki PDB per kapita, daya beli konsumen, industri teknologi, dan penetrasi internet yang masih rendah jika dibandingkan dengan AS.
"Meskipun valuasi startup, baik di AS dan Indonesia menurun, pendapatan startup di Indonesia bertumbuh karena ekonomi negara meningkat," kata dia kepada Validnews, dikutip Jumat (28/12).
Ia menjelaskan, jika sebuah startup yang berbasis di AS sebelumnya memiliki pendapatan sebesar US$100 juta dan valuasi lima kali lipat sebesar US$500 juta. Kini, startup tersebut mungkin pendapatannya menurun menjadi US$80 juta dengan valuasi dua kali lipat.
Baca Juga: Kiat Bangun Perusahaan Startup Sukses
Sementara, pendapatan startup di Indonesia mungkin meningkat dari US$20 juta menjadi US$30 juta, meski valuasinya menurun serupa dengan startup di AS.
"Ini berarti bisnis startup Indonesia masih terus berkembang. Pertumbuhan di kedua pasar ini berbeda, karena sifat bisnis di tiap negara, kematangan ekosistem, fokus pasar di tiap negara yang berbeda," jelasnya.
Lebih lanjut, Roderick mengatakan, dalam menghadapi ketidakstabilan kondisi global, kemampuan adaptasi sangat krusial. Pihaknya dalam hal ini tetap memegang visi jangka panjang dan menyesuaikan diri sesuai keadaan namun tetap berpendirian teguh pada prinsip yang telah dipegang.
Ketidakpastian global, termasuk kenaikan suku bunga, berdampak pada bisnis Asia Tenggara dalam jangka pendek, sehingga investor akan condong ke perusahaan yang berfokus pada arus kas lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang berfokus pertumbuhan cepat (growth-oriented).
"Ketidakpastian ini juga menyebabkan reorientasi jangka pendek dan mempengaruhi fundamental perusahaan teknologi, baik di tingkat lokal maupun global. Bagi para founder, investor, dan semua pihak terlibat, kuncinya adalah kembali fokus pada aspek esensial, untuk meraih peluang yang ada," tuturnya.
Momok Tech Winter
Sepanjang tahun 2023 perusahaan teknologi seringkali dihadapi pada momok tech winter, namun Roderick percaya tahun 2024 akan dipenuhi tanda positif meski masih dipenuhi dengan ketidakpastian.
Hal ini ditandai dengan sinyal The Fed yang akan penurunan suku bunga, didukung oleh kuatnya perekonomian Amerika Serikat (AS). Indikator-indikator ini menurutnya dapat menjadi pendorong bagi industri teknologi, dan tentunya berpengaruh ke pergerakan industri teknologi di Indonesia.
"Terlepas dari segala ketidakpastian eksternal, pesan kami tetap sama, untuk terus fokus, prudent, dan mawas diri. Kami tetap optimistis terhadap peluang investasi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, karena kita telah membangun fundamental yang kuat," tegasnya.
Ia memberi saran, dalam situasi dimana investor sedang menghindari risiko tinggi (risk-averse), penting bagi para founder untuk memiliki keyakinan dan pemahaman yang kuat mengenai perusahaan dan pasar mereka.
Baca Juga: Pemerintah Bangun Ekosistem Dukung Perkembangan Startup
Oleh karena itu, menurut Roderick para founder harus merancang strategi yang menyeimbangkan fokus dan sumber daya mereka. Khususnya untuk founder tahap awal, sebaiknya tidak berusaha menyelesaikan semuanya sekaligus, tapi fokus pada keahlian tim mereka, agar menemukan produk yang cocok untuk pasar.
"Mereka juga perlu cerdas dan hemat dalam mengatur pengeluaran mereka, jangan sampai uang habis sementara perusahaan belum menunjukkan perkembangan yang baik," sarannya.
Meski tidak semua model bisnis dapat mencapai profitabilitas sejak awal, Roderick menuturkan perusahaan yang telah menghasilkan keuntungan atau memiliki rencana jelas menuju profitabilitas dapat menonjol di antara yang lain.
"Karena itu, para founder perlu merancang strategi secara kreatif tentang bagaimana mencapai profitabilitas," imbuhnya.