07 November 2024
20:09 WIB
Antam Dan Freeport Sepakati Perjanjian Jual-Beli Emas
Nilai kontrak jual beli emas antara Antam dan Freeport sentuh US$12,5 miliar untuk 30 ton emas per tahun.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Penandatanganan kontrak jual-beli emas antara Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dengan Direktur Utama Antam Nico D. Kanter di Jakarta, Kamis (7/11). Validnews/Yoseph Krishna
JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) bakal menyerap emas batangan yang diproduksi di Precious Metal Refinery (PMR), yakni salah satu fasilitas pemurnian logam mulia milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Emiten pelat merah berkode saham ANTM itu sepakat untuk membeli emas batangan dari PMR milik Freeport sebesar 30 ton per tahun. Adapun fasilitas PMR yang terletak di Manyar, Gresik, Jawa Timur itu punya kapasitas pengolahan sekitar 50-60 ton emas per tahunnya.
Kerja sama antardua anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID itu berlaku selama lima tahun dengan total nilai kontrak sebesar US$12,5 miliar atau jika dirupiahkan mencapai sekitar Rp200 triliun.
Baca Juga: Kamis (7/11) Harga Emas Antam Anjlok Rp30.000 Per Gram
"Kontraknya untuk tahap ini lima tahun, kalau dihitung nilainya sekitar US$12,5 miiliar, tetapi tergantung harga emas. Itu sekitar Rp200 triliun," ucap Presiden Direktur PTFI Tony Wenas di Jakarta, Kamis (7/11).
Tony menjelaskan PMR milik PT Freeport Indonesia sudah selesai dibangun dan mulai memproduksi emas pada pekan kedua bulan Desember 2024 mendatang.
"Total yang bisa diproduksi dari PMR tersebut 50-60 ton, tergantung dari kadar bijih yang ada di tambang. Semakin tinggi kadar bijihnya, semakin banyak emas yang bisa diproduksi, di samping juga perak lebih dari 200 ton per tahun," terang dia.
Sementara itu, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menerangkan PT Antam biasanya mengimpor bahan baku emas berupa ingot dalam jumlah yang amat besar sebelum PT Freeport Indonesia memiliki fasilitas PMR.
Baca Juga: Imbas Kebakaran, Target Produksi Smelter Freeport Terkoreksi
Karena itu dengan adanya sinergi PTFI dan Antam, dirinya optimis devisa negara bisa dihemat karena Antam tak perlu lagi mengimpor bahan baku untuk bisnis logam mulia mereka.
"Rakyat Indonesia akan menikmati hasil dari bumi sendiri, dari bahan baku sampai ke bahan jadinya nanti yang berbentuk mulai dari 0,5 gram, 1 gram, sampai 1 kg," sebut Hendi.
Lebih lanjut, Tony Wenas mengungkapkan pihaknya siap mengakomodir Antam ke depannya apabila kebutuhan meningkat menjadi lebih dari yang telah disepakati. Tetapi untuk tahap awal, pihaknya bakal menyalurkan sesuai perjanjian, yakni 30 ton per tahun.
"Diskusinya tidak terlalu alot. Agak panjang tapi tidak alot karena keduanya punya kepentingan. Ruang lingkupnya adalah 30 ton yang akan di-offtake oleh Antam. Kalau Antam butuh lebih, kami siap," kata dia.