c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

08 Desember 2023

14:19 WIB

Angkasa Pura Gandeng Pembudidaya Maggot Kelola Sampah Bandara Semarang

Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Internasional Ahmad Yani memberikan bantuan tanggung jawab sosial berupa peralatan budidaya maggot untuk pengelolaan sampah

Editor: Fin Harini

Angkasa Pura Gandeng Pembudidaya Maggot Kelola Sampah Bandara Semarang
Angkasa Pura Gandeng Pembudidaya Maggot Kelola Sampah Bandara Semarang
Maggot, Belatung Pemakan Sampah Organik. Shutterstock/dok

SEMARANG - PT Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, menggandeng pembudidaya maggot untuk mengelola dan mengurai sampah organik di bandara yang menerapkan konsep Eco Airport dan Green Airport tersebut.

Pemanfaatan maggot untuk mengurai sampah merupakan bantuan tanggung jawab sosial Angkasa Pura Ahmad Yani.

Bantuan diberikan kepada Puhon Indonesia Lestari senilai Rp111.750.000, yang  akan digunakan untuk penyediaan peralatan budidaya maggot, alat pengolah sampah, dan alat transportasi pengambilan sampah organik di Kantor Administrasi Jenderal Ahmad Yani Semarang

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Fajar Purwawidada, Jumat (8/12)  mengatakan bahwa saat ini diperlukan penanganan serius terhadap sampah agar tidak berdampak buruk pada lingkungan.

Baca Juga: Mengajak Orang Beternak Lalat

Menurut dia, Puhon Indonesia Lestari dapat mengajak masyarakat lain untuk dapat mengelola sampah dengan baik dan memilah sampah organik dan non-organik sehingga bisa menghasilkan nilai dan mengurangi sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah akhir.

Maggot atau belatung, atau larva lalat pekerja merupakan salah satu pengurai sampah. Selain itu, maggot juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Sebagai informasi, hasil kajian OJK melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi DKI Jakarta menunjukkan potensi budidaya maggot (larva dari jenis lalat BSF) hidup secara keseluruhan mencapai Rp6,39 triliun per tahun dan dapat menyerap SDM sebanyak 1,53 juta orang. 

Seluruh hasil produksi dan produk sampingan yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan hewan (unggas, ikan, dan burung) dan pupuk organik. Implementasi program biokonversi sampah organik sangat mudah dan murah serta tidak menularkan bakteri pada manusia.


Fajar mengungkapkan, selain menerapkan pengelolaan sampah dengan budidaya maggot sebagai pengurai sampah organik, pihaknya juga menjual sampah non-organik yang mempunyai nilai ekonomi dijual. Hasilnya dipakai untuk pembiayaan operasional TPS di bandara setempat.

Baca Juga: Peneliti Luar Negeri Tertarik Pelajari Budi Daya Maggot Di RI

Penerapan konsep Eco Airport dan Green Airport di Bandara Internasional Ahmad Yani, lanjut dia, juga dilakukan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), penggunaan lampu hemat energi, pengelolaan sampah dan limbah, serta melakukan penghijauan penanaman 1.000 pohon di sekitar bandara.

”Melalui konsep eco airport, diharapkan operasional bandara dapat meminimalisasi dampak polusi, di antaranya polusi kebisingan (noise), getaran (vibration), udara (atmosphere), air (water), tanah (soil), sampah (solid waste), dan energi,” katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar