08 Desember 2023
14:19 WIB
Editor: Fin Harini
SEMARANG - PT Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, menggandeng pembudidaya maggot untuk mengelola dan mengurai sampah organik di bandara yang menerapkan konsep Eco Airport dan Green Airport tersebut.
Pemanfaatan maggot untuk mengurai sampah merupakan bantuan tanggung jawab sosial Angkasa Pura Ahmad Yani.
Bantuan diberikan kepada Puhon Indonesia Lestari senilai Rp111.750.000, yang akan digunakan untuk penyediaan peralatan budidaya maggot, alat pengolah sampah, dan alat transportasi pengambilan sampah organik di Kantor Administrasi Jenderal Ahmad Yani Semarang
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Fajar Purwawidada, Jumat (8/12) mengatakan bahwa saat ini diperlukan penanganan serius terhadap sampah agar tidak berdampak buruk pada lingkungan.
Baca Juga: Mengajak Orang Beternak Lalat
Menurut dia, Puhon Indonesia Lestari dapat mengajak masyarakat lain untuk dapat mengelola sampah dengan baik dan memilah sampah organik dan non-organik sehingga bisa menghasilkan nilai dan mengurangi sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah akhir.
Maggot atau belatung, atau larva lalat pekerja merupakan salah satu pengurai sampah. Selain itu, maggot juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Sebagai informasi, hasil kajian OJK melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi DKI Jakarta menunjukkan potensi budidaya maggot (larva dari jenis lalat BSF) hidup secara keseluruhan mencapai Rp6,39 triliun per tahun dan dapat menyerap SDM sebanyak 1,53 juta orang.
Seluruh hasil produksi dan produk sampingan yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan hewan (unggas, ikan, dan burung) dan pupuk organik. Implementasi program biokonversi sampah organik sangat mudah dan murah serta tidak menularkan bakteri pada manusia.

Fajar mengungkapkan, selain menerapkan pengelolaan sampah dengan budidaya maggot sebagai pengurai sampah organik, pihaknya juga menjual sampah non-organik yang mempunyai nilai ekonomi dijual. Hasilnya dipakai untuk pembiayaan operasional TPS di bandara setempat.
Baca Juga: Peneliti Luar Negeri Tertarik Pelajari Budi Daya Maggot Di RI
Penerapan konsep Eco Airport dan Green Airport di Bandara Internasional Ahmad Yani, lanjut dia, juga dilakukan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), penggunaan lampu hemat energi, pengelolaan sampah dan limbah, serta melakukan penghijauan penanaman 1.000 pohon di sekitar bandara.
”Melalui konsep eco airport, diharapkan operasional bandara dapat meminimalisasi dampak polusi, di antaranya polusi kebisingan (noise), getaran (vibration), udara (atmosphere), air (water), tanah (soil), sampah (solid waste), dan energi,” katanya.