c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

19 Desember 2022

17:06 WIB

Peneliti Luar Negeri Tertarik Pelajari Budi Daya Maggot Di RI

Budi daya maggot, efektif mengurangi sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampai 5 ton per bulan.

Editor: Rikando Somba

Peneliti Luar Negeri Tertarik Pelajari Budi Daya Maggot Di RI
Peneliti Luar Negeri Tertarik Pelajari Budi Daya Maggot Di RI
Ilustrasi pekerja memanen maggot dengan pakan sampah organik di sebuah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST). ANTARAFOTO/Arif Firmansyah

MATARAM - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan pengembangan budi daya maggot, efektif mengurangi sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampai 5 ton per bulan. Budi daya ini dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo. Kini penggiat lingkungan hidup dari Negara Denmark melirik pengembangan tersebut. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Senin (19/12), mengatakan saat mereka datang pada akhir November 2022, mereka kagum. Mereka nilai, Pemerintah Kota Mataram satu-satunya yang mampu mengolah sampah rumah tangga melalui budi daya maggot. Keberadaan Mataram Maggot Center (MCC) di TPST Kebon Talo, menurutnya  selama ini juga sudah sering mendapat kunjungan kerja dari berbagai daerah. 

"Kalau yang dikelola pihak swasta banyak, tapi yang dikelola pemerintah secara langsung hanya Kota Mataram," katanya. 

Kedatangan sejumlah para Penggiat Lingkungan Hidup dari Denmark tersebut sengaja  bertujuan untuk belajar proses pengembangan maggot mulai dari induk, telur, pembibitan, hingga proses panen selama 14 hari.  Sebelumnya, sejumlah penggiat Lingkungan Hidup juga datang dari Kalimantan dan Sumatera yang ingin melihat langsung proses pengolahan sampah melalui budi daya maggot .

"Kedatangan mereka sekaligus melihat peluang investasi jangka panjang melalui budi daya maggot. Sekarang mereka masih melihat potensi investasi ke depan," katanya.



Multi guna
Di TPST itu, sampah rumah tangga yang menjadi pakan maggot seperti sisa makanan, buah dan sayur, melalui budi daya maggot dinilai efektif. Apalagi pangsa pasar maggot cukup menjanjikan terutama untuk pakan ikan dan unggas.
 
"Untuk sementara maggot kita jual ke peternak Rp6.000 per kilogram dengan sistem hutang atau dibayar setelah peternak ikan panen," kata Kemal.

Kemal Islam menguraikan, jumlah sampah rumah tangga yang menjadi pakan maggot ini sama dengan hasil maggot setiap bulan. Namun, produksi maggot basah di TPST Kebon Talo itu masih kurang dibandingkan dengan tingginya permintaan dari para peternak terutama perikanan yang digunakan sebagai pakan ikan.

"Insya Allah, 1 Januari 2021 kita sudah gunakan kandang maggot yang baru yang dibangun dengan anggaran Rp1,2 miliar. Jadi dalam sebulan kita bisa panen 5 ton sehingga sampah rumah tangga yang diurai maggot ini juga mencapai sekitar 5 ton," katanya.

Di TPST ini, Dalam seminggu satu kelompok perikanan meminta sampai tiga kali atau 300 kilogram karena sekali permintaan mereka minta 100 kilogram. Belum lagi peternak-peternak unggas, dan perikanan yang datang membeli dengan jumlah kecil mulai dari 1-5 kilogram per orang.

Ke depan, untuk memenuhi kebutuhan kelompok perikanan itu, tahun depan akan ditambah sekitar 500 rak. Penambahan ditujukan menyasar target dalam sebulan produksi maggot bisa mencapai 10 ton, dengan sampah yang diurai juga bisa mencapai 10 ton per bulan.

Artinya, lanjut Kemal, dalam hal ini pemerintah kota tidak semata memikirkan kepentingan bisnis semata, melainkan bagaimana program pengurangan sampah melalui budi daya maggot bisa berjalan efektif dan membantu peternak serta kelompok perikanan di kota ini.

Kini, ada 16 orang yang terlibat dalam pengembangan budi daya itu. Tetapi, dalam waktu dekat,  pihaknya juga akan melakukan penambahan petugas dengan jumlah ideal sekitar 25 orang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar