01 Agustus 2024
19:26 WIB
Airlangga Klaim Indonesia Peringkat Ke-2 Investasi Sektor Digital
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, saat ini Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara tujuan utama investasi digital di dunia.
Penulis: Khairul Kahfi
Sejumlah warga mengamati aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021). Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, saat ini Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara tujuan utama investasi digital di dunia. Indonesia hanya kalah dari Singapura yang notabene jadi negara tujuan investasi sebagai hub.
Catatannya menunjukkan, investasi digital yang masuk ke Singapura tahun lalu menyentuh US$144 miliar.
Indonesia berada di atas Vietnam US$18 miliar, Malaysia US$17 miliar, Thailand US$10 miliar, Filipina US$9 miliar, Kamboja US$4 miliar, Myanmar US$1 miliar, dan Laos US$530 juta.
“Tujuan investasi digital kita terbesar kedua (dunia) mendekati US$22 miliar sesudah Singapura. Singapura (investasi digital besar) jadi hub karena dia membagi, kalau kita betul-betul masuk (investasi digital) di 2023,” katanya saat membuka KKI dan FEKDI BI 2024, Jakarta, Kamis (1/8).
Dia juga menyampaikan bahwa tren positif adopsi teknologi digital di ASEAN selama 2022 telah berhasil mendorong nilai ekonomi digital kawasan mencapai US$194 miliar.
Adapun porsi Indonesia dalam ekonomi digital tersebut mencapai 40%. Dengan sektor e-commerce tetap menjadi sektor utama penopang ekonomi digital Indonesia.
“E-commerce (Indonesia) menyumbang 40% pangsa (ekonomi digital) di ASEAN tahun 2023 sebesar US$77 miliar. Tentu bonus demografi yang punya kemampuan teknologi ini jumlahnya 53%,” sebut Airlangga.
Secara umum, ekonomi digital telah menunjukkan kemajuan pesat bagi ekosistem keuangan digital. Tecermin dari World Digital Competitiveness Ranking 2024, peringkat daya saing global Indonesia meningkat dari peringkat ke-56 pada 2019 menjadi peringkat ke-45 di 2023.
“Jadi (peringkat ekonomi digital RI) naik 11 tingkat,” ujarnya.
Baca Juga: Jokowi: Potensi Ekonomi Digital Indonesia Bisa Sentuh Rp5.800 T Pada 2030
Sementara Indonesia juga memegang peringkat ke-6 sebagai negara perusahaan rintisan terbanyak di dunia. Indonesia berada di atas Jerman yang berada di peringkat ke-7 dunia dan Singapura di peringkat ke-11, serta jadi yang teratas di ASEAN.
“Kita juga punya 15 unicorn dan 2 decacorn, yang sudah (beroperasi) global adalah GoTo di Thailand, Vietnam, Filipina, dan Tiongkok, serta J&T Express (startup) pengiriman logistik di 13 negara,” sebutnya.
Pemerintah juga mengidentifikasi sejumlah hal yang bakal jadi tantangan bagi ekonomi digital nasional ke depan. Pertama, infrastruktur digital yang merata. Airlangga menyampaikan, pihaknya sudah memetakan keberadaan infrastruktur ini per daerah.
“Jawa masih tingkat teratas daya saing digital, tapi Sulawesi Tenggara masuk dalam 8 besar DCI (Indeks Daya Saing Digital East Venture), karena lokasi infrastruktur digital dan Palapa Ring di paket tengah. Pemerataan infrastruktur harus terus kita dorong,” jelasnya.
Kedua, talenta digital yang unggul dan adaptif. Skor talenta digital Provinsi Gorontalo naik tinggi dari peringkat 10 ke peringkat 20, “Didukung program lokal, seperti Remaja Cakap Digital oleh Diskominfo setempat, jadi ini luar biasa,” jelasnya.
Baca Juga: Kemendag: e-Commerce Jadi Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia
Ketiga, mendukung penuh perkembangan startup dan UMKM. Provinsi Riau naik 7 peringkat ke posisi 14, “Didukung sektor kewirausahaan, produktivitas latihan kewirausahaan, dan aplikasi UMKM oleh pemda,” terangnya.
Keempat, regulasi adaptif dan melindungi. Airlangga menekankan, pemerintah terus meningkatkan tingkat inklusi keuangan via QR Code yang didukung Dewan Keuangan Inklusif.
“Dan kolaborasi dengan pihak ketiga seperti Strive dengan Mastercard, Promise to Impact dengan ILO, dan berbagai program yang disampaikan Gubernur BI bekerja sama dengan industri,” paparnya.
Kantongi Pembiayaan Investasi Semikonduktor AS
Pemerintah pun berencana mengakselerasi langkah digital Indonesia dengan inovasi dan investasi dengan dua hal. Yakni hilirisasi semikonduktor dan ekosistem kecerdasan buatan atau AI.
Dia menyampaikan, Indonesia sudah dipilih AS dalam Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) sebagai salah satu dari tujuh negara prioritas yang akan mendapat dana penempatan (placement fund) khusus industri semikonduktor.
“Lalu, ekosistem AI ini untuk meningkatkan R&D, tentu jadi masuk dalam beberapa kabupaten zona inovasi yang juga mengembangkan futuristik teknologi,” paparnya.
Pemerintah berharap, ekonomi digital bisa berkontribusi dalam meningkatkan sektor digital 20% dari PDB dalam 10 tahun mendatang. Indonesia sudah menjadi pemimpin ASEAN dalam Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
“Ini satu-satunya kerja sama ekonomi digital dari seluruh region di dunia. Ini menjadi percontohan dalam minisiterial meeting OECD dan (DEFA) ini diakui di tingkat global,” paparnya.
Lewat DEFA juga, pemerintah memproyeksi ekonomi ASEAN yang biasa-biasa saja hanya berkisar US$1 triliun naik menjadi US$2 triliun. Jadi ekonomi digital Indonesia 2030 mencapai US$360 miliar dan naik US$600 miliar.
“Karena itu, beberapa syarat yang disiapkan seperti cross border e-commerce dan digital trade, Digital id, mobilitas talenta digital, dan e-payment yang BI sudah jauh lebih depan dari semua region di dunia, e-invoicing dan cyber yang aman. Jadi LCS telah jadi contoh berbagai negara lain,” jabarnya.