26 Juni 2023
15:26 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Capital Market Analyst salah satu bank terkemuka di Indonesia, Lanjar Nafi memproyeksikan pasar saham menjelang libur Iduladha 2023 yang bertambah menjadi tiga hari pada 28 hingga 30 Juni 2023, akan tidak begitu agresif alias sepi.
Menurutnya, hal itu terjadi lantaran investor bersikap antisipasi secara psikologis menyambut libur cuti bersama yang lebih panjang.
"Iya, libur cuti bersama yang lebih panjang bisa membuat investor bersikap antisipasi secara psikologis. Libur ini juga bertepatan pada akhir bulan dan akhir kuartal," Lanjar Nafi kepada Validnews, Senin (26/6).
Dia menambahkan, pada saat Indonesia libur, nanti ada beberapa data yang dinanti oleh investor. Dari Amerika Serikat (AS) misalnya, yang akan rilis data GDP Price Index, Personal Consumptions, dan PCE Deflator. Hal ini dinanti oleh investor sebagai perhitungan inflasi dan masa depan tingkat suku bunga Amerika.
Kemudian, lanjut dia, dari Eropa akan rilis data tingkat inflasi, pengangguran, dan indeks keyakinan konsumen.
"Semua data ini menjadi penting setelah BOE dan ECB menaikkan suku bunga sebagai perhitungan dampak dari suku bunga tinggi," kata Lanjar Nafi.
Baca Juga: Bursa Sepekan Ini: IHSG Turun 0,88%, Transaksi Harian Anjlok 16,38%
Sementara di Asia, sambungnya, akan rilis data Indeks PMI Manufaktur dan Jasa di China yang sangat dinanti investor guna melihat seberapa pengaruhnya pelonggaran yang dilakukan PBoC guna mendorong pertumbuhan yang lebih merata di China.
Dalam kesempatan tersebut, Lanjar Nafi juga memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkonsolidasi cenderung melemah.
"IHSG diperkirakan terkonsolidasi cenderung melemah dengan support 6.605-6.632 dan resistance 6.653-6.675 berdasarkan retracement fibonacci ratio dari short term trend terakhir," pungkasnya.
Untuk rekomendasi saham, Lanjar Nafi merekomendasikan saham sektor keuangan dan konsumer.
"Sektor keuangan dan consumer yang lebih defensive aja," imbuh dia.
Proyeksi IHSG Melemah
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (26/6) pagi, dibuka melemah 0,21 poin ke posisi 6.639,52. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,01 poin atau 0,00% ke posisi 942,71.
IHSG pada hari ini, diperkirakan bakal melemah. Hal ini mengikuti sentimen beragam dari global dan regional.
"Kami memperkirakan IHSG berpotensi melemah pada hari ini, seiring dengan sentimen beragam dari pergerakan bursa global dan bursa regional," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin (26/6).
Pagi ini, Nikkei melemah 1,45% dan KOSPI juga ikut melemah 0,91%.
Pada penutupan Jumat lalu (23/6), pasar AS bergerak melemah. Dow Jones melemah 0,65%, S&P 500 turun 0,77%, dan Nasdaq berkurang 1,01%.
Pasar Asia-Pasifik diperkirakan akan dibuka dengan lemah pada akhir Juni ini setelah pasar AS mengakhiri tren kemenangan. Kekhawatiran ekonomi meningkat karena lonjakan suku bunga di Eropa dan Amerika Serikat.
Di Eropa, terjadi pemberontakan singkat oleh kelompok militer swasta Wagner di Rusia, yang dapat membuat pasar tegang. Yield UST tenor 10 tahun melemah 1,58% pada level 3,737%, dan USD index menguat 0,5% ke level 102,90.
Pasar komoditas terpantau sideways pada Jumat (23/6) kemarin. Minyak WTI melemah 0,46% ke level US$69,16/bbl, Brent turun 0,39% ke level US$73,9/bbl, harga batubara berkurang 1,31% di level US$139,15/ton, nikel melemah 1,06% ke level US$21.400 dan CPO menguat 1,54% ke level MYR 3.624. Harga emas terpantau menguat 0,33% ke level US$1.929/toz).
Bursa Asia bergerak melemah pada Jumat (23/6) kemarin. Kospi melemah 0,91%, Nikkei melemah 1,45%, dan Hang Seng melemah 1,71%. Sementara itu, Shanghai tutup.
Baca Juga: Sentimen Global Mereda, Analis Ramal IHSG Juni Bergerak Positif
IHSG ditutup melemah 0,19% ke level 6.639,7. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menguat 0,16% ke level 199,3. Investor asing pada Jumat kemarin mencatatkan keseluruhan net sell sebesar Rp693,5 miliar.
Pada pasar reguler, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp536,4 miliar, dan pasar negosiasi mencatatkan net sell asing sebesar Rp157,1 miliar.
Net sell asing tertinggi di pasar reguler didominasi oleh BBRI Rp213,1 miliar. Kemudian disusul BMRI Rp67,9 miliar dan PTBA Rp40 miliar.
Net buy asing tertinggi di pasar reguler dicatat oleh ISAT Rp29,8 miliar. Selanjutnya diikuti ASII Rp25,3 miliar dan ANTM Rp20,5 miliar.
Selain itu, top sector gainer pada Jumat adalah sektor IDXBASIC. Di sisi lain, yang menjadi top sektor loser datang dari IDXTECH.
Adapun, top leading movers emiten adalah MDKA, BYAN, dan INKP. Sementara itu, top lagging movers emiten adalah BBRI, GOTO, dan ARTO.