11 April 2025
15:00 WIB
Apa Itu Crossmatch Darah?
Crossmatch darah merupakan prosedur yang wajib dilakukan sebelum dilakukan transfusi darah kepada pasien, untuk menghindarkan pasien dari risiko ketidakcocokan darah yang dapat menyebabkan kematian.
Penulis: Ratna Pratiwi
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi crossmatch darah. Shutterstock/cawee
Belakangan ini, masyarakat digemparkan dengan kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh residen dokter anestesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung terhadap anggota keluarga salah satu pasien. Dalam menjalankan aksinya, tersangka memberikan bius total kepada korban dengan dalih untuk melakukan crossmatch darah.
Baca Juga: Dokter PPDS Diduga Perkosa Penunggu Pasien, Ini Tindakan Kemenkes
Bagi awam, istilah crossmatch darah mungkin masih asing. Banyak yang tidak tahu bagaimana prosedurnya yang sebenarnya. Padahal, prosedur ini sangat penting dilakukan sebelum melakukan transfusi darah kepada pasien yang membutuhkan.
Jadi, apa itu crossmatch darah dan bagaimana prosedurnya?
Mengenal Crossmatch Darah
Crossmatch atau pemeriksaan silang darah merupakan serangkaian uji laboratorium yang dilakukan untuk memeriksa kecocokan darah antara pendonor dan penerima sebelum transfusi darah. Prosedur ini penting dilakukan untuk memastikan darah yang akan ditransfusikan tidak menimbulkan reaksi penolakan dari sistem imun tubuh.
Ketidakcocokan darah bisa membahayakan penerima donor. Pasalnya, sistem imun penerima akan menganggap sel darah yang masuk sebagai ancaman. Tubuh kemudian akan membentuk antibodi untuk menyerang, yang kemudian memicu reaksi transfusi yang berbahaya bahkan menyebabkan kematian.
Baca Juga: Pentingnya Mengenali ‘Identitas’ Darah
Prosedur Crossmatch Darah
Di sebagian besar rumah sakit modern, hasil tes crossmatch darah bisa dianalisis dengan bantuan komputer untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi. Namun, secara garis besar, berikut ini beberapa tahap yang dilakukan dalam melakukan crossmatch darah.
1. Blood Typing
Blood typing atau penentuan golongan darah merupakan prosedur yang paling awal dilakukan untuk mengetahui golongan darah pasien. Dari prosedur ini, akan diketahui apakah pasien memiliki golongan darah A, B, AB, atau O, serta status rhesus-nya, apakah positif atau negatif.
2. Antibody Screen
Antibody screen atau pendeteksian antibodi dilakukan untuk mencari antibodi tertentu di dalam darah yang kemungkinan dapat memperlambat atau membahayakan proses transfusi.
3. Major Crossmatch
Major crossmatch dilakukan dengan mencampur sel darah merah pendonor dengan serum penerima. Langkah ini wajib dilakukan untuk mendeteksi apakah calon penerima darah memiliki antibodi yang dapat menyerang sel donor.
4. Minor Crossmatch
Prosedur yang satu ini tidak wajib dilakukan. Minor crossmatch dilakukan dengan cara mencampur serum pendonor dengan sel darah merah calon penerima darah. Langkah ini dilakukan untuk melihat reaksi antibodi pendonor.
Kenapa Crossmatch Darah Penting?
Melakukan transfusi darah tanpa uji crossmatch darah sebelumnya ibarat berjudi dengan nyawa sebagai taruhannya. Pasalnya, penolakan darah bisa menyebabkan reaksi transfusi akut. Beberapa reaksi yang terjadi, mulai dari demam, rasa nyeri di dada, penurunan tekanan darah, hingga menyebabkan gagal ginjal atau kematian. Oleh sebab itu, prosedur ini kini menjadi syarat wajib dilakukan sebelum darah dapat dikeluarkan dari bank darah.
Pengambilan darah untuk crossmatch pun tergolong aman.
Adapun beberapa risiko yang mungkin timbul, kemungkinan hanya berupa nyeri ringan, memar, atau infeksi di titik tempat jarum ditusukkan. Di samping itu, pemeriksaan crossmatch darah tidak memerlukan bius. Pemeriksaan ini hanya merupakan uji laboratorium sederhana yang melibatkan penggabungan serum darah pasien dan sel darah pendonor.
Referensi: