c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

03 Mei 2025

11:22 WIB

SPI 2024 Alarm Bagi Dunia Pendidikan 

SPI 2024 menunjukkan praktik tak sehat mewarnai sektor pendidikan yang diharapkan mencetak SDM berkualitas.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>SPI 2024 Alarm Bagi Dunia Pendidikan&nbsp;</p>
<p>SPI 2024 Alarm Bagi Dunia Pendidikan&nbsp;</p>

Ilustrasi Pendidikan. Shutterstock/EduLife Photos.

JAKARTA - Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM), Dede Puji Setiono menyatakan, indeks integritas pendidikan sebesar 69,50 merupakan peringatan bagi pemerintah dan tenaga pengajar. 

Indeks yang didapat dari Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 itu menunjukkan gratifikasi dan konflik kepentingan masih terjadi di ruang kelas, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

“Jika kita mau jujur ini bukan sekadar masalah angka, melainkan pertanda bahwa nilai-nilai integritas masih kalah saing dengan budaya yang penting kelar," urai Dede dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (3/5).

Dia menjelaskan, kondisi itu mencerminkan sistem pendidikan yang masih terjebak antara idealisme dan realitas pragmatis dalam membentuk SDM yang berkualitas dan berintegritas.

Baca juga: KPK Beri Saran Perbaikan SPI Pendidikan

Meski begitu, Dede juga melihat hal ini sebagai kesempatan untuk merevitalisasi sistem. Salah satu hal yang dapat diubah adalah narasi yang tidak tepat tentang kejujuran. Misalnya, di sekolah siswa yang jujur dianggap naif, sedangkan siswa yang curang dianggap pintar mencari celah.

Menurut dia, anggapan ini adalah akibat dari sistem evaluasi yang terlalu kaku. Khususnya, evaluasi berdasarkan ujian nasional atau ujian sejenis yang sifatnya menguji hafalan tanpa kemampuan berpikir kritis. Hal ini memaksa siswa mencari jalan pintas dengan berlaku curang.

Tak hanya itu, Dede menyebut praktik gratifikasi dan nepotisme juga kerap ditemukan di lingkungan kampus. Praktik ini perlu diatasi dengan cara yang lebih radikal, misalnya pihak kampus mempublikasikan rincian anggaran secara real-time di platform daring agar masyarakat tahu biaya di setiap layanan.

Dia menilai sekolah dan kampus di Indonesia bisa menjadi laboratorium integritas jika mereka membuat kebijakan-kebijakan yang radikal. Nantinya, siswa SD berani menegur temannya yang menyontek, sedangkan dosen tegas menolak hadiah dari mahasiswa.

"Kurikulum harus diperbaiki, kurangi jam hafalan, tambahkan proyek sosial yang melatih empati dan kejujuran, dan yang utama jadikan integritas sebagai investasi, bukan beban,” tutup Dede.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar