c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

04 Agustus 2025

10:06 WIB

PHRI Minta Dilibatkan Bahas KTR

PHRI minta ikut bahas KTR agar penerapannya bisa efektif dan tidak ada kendala.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>PHRI Minta Dilibatkan Bahas KTR</p>
<p>PHRI Minta Dilibatkan Bahas KTR</p>

Ilustrasi-Peringatan Kawasan Tanpa Rokok. surabaya.go.id.

JAKARTA - Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono berharap, pelaku usaha diajak bersama-sama untuk melakukan pembahasan tentang materi dan muatan dari Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

“Karena pada dasarnya nanti yang akan melaksanakan pelaku usaha. Jangan sampai nanti peraturan itu keluar, tetapi tidak bisa dilaksanakan karena memang tidak memungkinkan,” ujar Sutrisno di Jakarta, Senin (4/8)

Menurut Sutrisno, berbagai pelarangan dalam pasal-pasal Raperda KTR ini, salah satunya larangan total untuk merokok di tempat hiburan malam akan semakin menekan pelaku usaha pariwisata, terutama hotel, resto, kafe, live music, bar, dan sejenisnya.

Apalagi, saat ini sebanyak 96,7% hotel melaporkan terjadinya penurunan tingkat hunian sepanjang Kuartal I Tahun 2025.

Industri hotel dan restoran menyerap lebih dari 603.000 tenaga kerja di Jakarta dan menyumbang sekitar 13% Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI.

“Kami mendukung upaya preventif yang dilakukan pemerintah. Yang perlu diperhatikan adalah studi akademiknya harus komprehensif, dilihat dari berbagai aspek ekonomi secara luas,” lanjut dia dikutip dari Antara.

Baca juga: Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di Daerah Belum Optimal

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, tempat hiburan seperti karaoke, kelab, dan lainnya tidak diperbolehkan merokok di tempat umum.

Akan tetapi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengupayakan penerapan ruang khusus merokok di tempat hiburan malam (THM), sehingga pengunjung tetap bisa merokok di ruang tersebut.

“Jangan dihilangkan sama sekali. Haruslah ada alternatif. Penyediaan ruang khusus merokok itu memang harus ada,” kata Sutrisno.

Dia menilai, apabila bentuknya pelarangan total, maka hal ini akan berdampak ke operasional industri tersebut yang akan kehilangan pengunjung.

“Kalau operasional industri ini tertekan, PHK yang terjadi bukan cuma soal hotel, tapi juga akan memukul UMKM, logistik, hingga pelaku seni yang selama ini bergantung pada industri pariwisata perkotaan,” papar dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar