c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

19 Agustus 2025

15:18 WIB

Pemerintah Urai Sebab Numerasi Pelajar Indonesia Rendah

Numerasi pelajar Indonesia jauh dari harapan dengan PISA di bawah negara-negara OECD.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Pemerintah Urai Sebab Numerasi Pelajar Indonesia Rendah</p>
<p>Pemerintah Urai Sebab Numerasi Pelajar Indonesia Rendah</p>

Matematika atau sebelumnya disebut ilmu hisab adalah ilmu yang mempelajari besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Shutterstock/dok.

JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti memaparkan beberapa sebab yang mengakibatkan kemampuan numerasi pelajar Indonesia jauh dari harapan. Hasil Program for International Student Assessment (PISA) 2022 menunjukkan skor numerasi Indonesia hanya mencapai 366 di bawah rata-rata negara-negara OECD sebesar 472.

“Kita semua memahami bahwa kemampuan numerasi anak-anak kita kalau diukur dari skor PISA memang masih jauh dari harapan kita,” ujar Mu'ti dalam acara Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional di SDN Meruya 04 Pagi, Jakarta Barat, Selasa (19/8).

Dia menjelaskan, rendahnya kemampuan numerasi disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, guru mengajarkan matematika dengan cara yang sulit dipahami murid, sehingga murid justru takut belajar matematika.

Kedua, pembelajaran matematika tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Ketiga, banyak soal matematika menggunakan narasi cerita, padahal skor literasi Indonesia juga masih rendah.

Menurut Mu'ti, hal itu bisa diatasi dengan membangun cara belajar matematika yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan tanpa menghilangkan aspek saintifik matematika. Misalnya, mengajarkan anak cara membaca jam analog.

Sementara itu, Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Dirjen GTKPG) Kemendikdasmen, Nunuk Suryani menambahkan, pemerintah telah merancang Gerakan Numerasi Nasional untuk meningkatkan kemampuan numerasi anak. Gerakan ini didesain untuk tumbuh dari akar rumput.

Nunuk menjelaskan, melalui gerakan ini menterinya melakukan beberapa hal. Pertama, merancang pengembangan kompetensi guru matematika. Kedua, membekali keluarga dengan buku saku numerasi untuk membangun budaya belajar matematika dari rumah.

Ketiga, pemerintah membangun Taman Numerasi di 140 sekolah yang tersebar di 16 provinsi. Taman ini menyediakan beragam aktivitas bermain yang membantu anak memahami konsep matematika.

“Gerakan ini diharapkan tidak menjadi gerakan yang setelah diluncurkan berhenti, tapi jadi gerakan massal,” tutup Nunuk.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar