19 Februari 2025
17:16 WIB
Pelibatan Gen Z Dalam Kebijakan Iklim Hanya Tokenisme
Hasil penelitian Climate Rangers Jakarta mendapati masih ada kesenjangan pemahaman mengenai penyebab utama perubahan iklim di kalangan generasi Z
Editor: Nofanolo Zagoto
Seorang aktivis memakai topi payung aspirasi saat mengikuti aksi Darurat Iklim di Jakarta, Jumat (27/9/2024). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc.
JAKARTA - Hasil penelitian Climate Rangers Jakarta mendapati pelibatan Generasi Z (Gen Z) oleh pemerintah dalam kebijakan iklim hanya tokenisme, atau tanpa pengaruh nyata pada pengambilan keputusan.
"Sebanyak 62,4% responden melihat bahwa pelibatan orang muda dalam kebijakan iklim masih bersifat tokenisme," kata Kepala Divisi Riset Climate Rangers Jakarta Dwi Tamara dalam keterangannya, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (19/2).
Tokenisme sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu kelompok atau komunitas yang terpinggirkan dan hanya sebagai simbol "keadilan" tanpa ada peran yang nyata.
Menurut dia, berdasarkan penelitian yang melibatkan 382 responden Generasi Z di Jakarta, ditemukan bahwa 98,4% dari mereka telah mendengar istilah perubahan iklim.
Namun, masih terdapat kesenjangan pemahaman mengenai penyebab utama krisis ini. Sebanyak 37,7% responden, kata dia, masih percaya bahwa perubahan iklim disebabkan oleh siklus alam. Hanya 48,4% yang memahami bahwa faktor manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil, menjadi penyebab utama.
"Laporan ini juga mengungkap bahwa 99,5% responden telah merasakan dampak perubahan iklim, terutama dalam bentuk cuaca ekstrem," ujarnya.
Dari hasil penelitian, lanjut Dwi, juga didapati bahwa sebagian besar Generasi Z menilai upaya pemerintah dalam menangani perubahan iklim masih belum cukup.
Mereka juga memandang bahwa keterlibatan mereka dalam kebijakan iklim masih bersifat tokenisme, tanpa pengaruh nyata dalam pengambilan keputusan.
Padahal partisipasi orang muda dalam pengambilan keputusan dibutuhkan, karena mereka adalah kelompok rentan dari krisis iklim.
Baca juga: Menghadapi Perubahan Iklim Bersenjata Dana Desa
"Hasil studi menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menegaskan pentingnya aspek keadilan dalam upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim," katanya.
Mereka juga menilai pemerintah masih belum berupaya melaksanakan aksi iklim yang ambisius dan berkeadilan.
"Padahal, dampak akibat perubahan iklim semakin nyata dirasakan oleh orang muda. Sebagai contoh, orang muda pesisir kehilangan waktu belajar karena banjir yang sering melanda wilayah mereka atau orang muda dengan penyandang disabilitas sering kali tidak dilibatkan dalam kebijakan dan aksi iklim yang dilaksanakan oleh pemerintah," katanya.