03 Juni 2025
08:44 WIB
PDIP Nilai Keakraban Prabowo-Megawati Wujud Kenegarawan
PDIP nilai, Prabowo dan Megawati sudah akrab sejak lama dalam urusan politik.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Presiden Prabowo Subianto berbincang dengan Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri jelang Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Kementerian Luar Negeri Jakarta, Senin (2/6/2025). ANTARA/HO-Biro Pers Setpres/am.
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menyatakan, keakraban Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri pada momen Upacara Hari Lahir Pancasila, Senin (2/6) merupakan wujud kenegarawanan kedua tokoh itu.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Said Abdullah mengatakan, Prabowo dan Megawati memang sudah bersahabat sejak lama.
"Hubungan keduanya terajut dengan baik sejak lama, baik dalam konteks politik, apalagi dalam urusan strategis menyangkut ideologi negara Pancasila," papar Said dikutip dari Antara di Jakarta, Senin (2/6).
Sebelumnya pada Senin (7/4) malam, lanjut Said, Presiden Prabowo telah berkunjung untuk melakukan silaturahmi ke rumah Megawati di Menteng, Jakarta.
PDIP apresiasi kunjungan tersebut, juga kunjungan ke tokoh lainnya, sebagai penghormatan yang diberikan Presiden kepada para tokoh bangsa.
Dengan begitu, ia menilai jiwa penghormatan Prabowo tersebut menjadi modal penting bagi pemerintah ke depan untuk membangun stabilitas politik dan melaksanakan pembangunan.
Said mengungkapkan dalam pidato sambutan pada Upacara Hari Lahir Pancasila, Presiden Prabowo menyebut nama Megawati paling awal sebelum para tokoh lainnya.
"Sangat terlihat Presiden Prabowo memberi tempat terhormat kepada Ibu Mega, baik selaku presiden kelima RI maupun sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP. Saya kira ini melampaui hubungan urusan pragmatis politik," papar anggota DPR itu.
Pidato Prabowo juga menegaskan pentingnya bangsa untuk bersatu agar menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan dan kenegaraan yang tidak mudah.
Menurut dia, Megawati tentunya menyambut baik gagasan dan pikiran Presiden Prabowo tersebut. Di sisi lain, Said berpendapat keakraban Megawati dan Prabowo juga melanjutkan tradisi dari para pemimpin bangsa sebelumnya.
Dahulu, disebutkan bahwa banyak para tokoh politik bangsa yang berbeda haluan politik dan berbeda dalam menempuh jalan kebijakan, namun tetap bisa berhubungan baik, menjaga silaturahim, bahkan saling tunjuk untuk menjadi imam shalat berjamaah bersama.
"Kita juga teringat bagaimana Buya Hamka menjadi imam shalat jenazah Presiden Soekarno, padahal hubungan mereka berdua cukup keras dalam soal politik," imbuh Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu.
Untuk itu, sebagai tokoh yang sama-sama nasionalis, Prabowo dan Megawati tentu tersambung secara batin, terutama atas panggilan sejarah dan kebutuhan masa depan Indonesia.
"Hal-hal seperti ini hanya bisa dimaknai dan dipahami oleh mereka yang memang sudah zuhud dalam berbangsa dan bernegara sehingga cara pandang kita tidak semata politik lahiriah yang cenderung naik turun dan dinamis," jelas Said.
Baca juga: Prabowo: Pancasila Konsensus Menyatukan Indonesia Dalam Keberagaman
Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri turut hadir dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta, Senin (2/6) pagi, yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto.
Megawati berbaris diapit Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran sebelum Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila dimulai.
Sebelumnya, terdapat pula momen keakraban Prabowo dan Megawati yang tertangkap di ruang tunggu Gedung Pancasila.
Salah satunya saat keduanya duduk di meja oval ruangan. Kala itu, Presiden Prabowo berkelakar kepada Megawati yang duduk berhadapan dengannya, untuk mencairkan suasana.
"Ibu agak kurus, Bu. Waduh, luar biasa. Ibu kurus. Diet Ibu berhasil," kata Prabowo.
Mendengar hal itu, Megawati pun seakan mengiyakan. "Oh iya, diet kurus itu," katanya.