c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

12 September 2025

18:30 WIB

Merawat Kucing Liar Terdampak Demonstrasi Ricuh

Gelombang demonstrasi akhir Agustus lalu berdampak pada kondisi kucing. Ini bukan merujuk pada peliharaan milik politisi cum entertainer Uya Kuya. Kucing liar yang hidup di jalan, jelas merasakannya.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Rikando Somba

<p>Merawat Kucing Liar Terdampak Demonstrasi Ricuh</p>
<p>Merawat Kucing Liar Terdampak Demonstrasi Ricuh</p>

Ilustrasi kucing liar. Shutterstock/Stock Photos 2000

JAKARTA - Gelombang demonstrasi yang melanda sejumlah wilayah Indonesia pada akhir Agustus lalu berdampak luas. Korban luka dan korban jiwa berjatuhan di beberapa kota. Sejumlah fasilitas umum turut dirusak di berbagai kota.

Dampak demonstrasi bahkan tak hanya dirasakan manusia saja. Kucing-kucing liar yang berada di sekitar lokasi demonstrasi juga menjadi korban.

Titin menyaksikan langsung hal itu. Beberapa hari setelah gelombang demonstrasi usai, ia menyambangi wilayah sekitar Polsek Jatinegara, Jakarta Timur. Ini merupakan salah satu titik demonstrasi yang berakhir dengan kericuhan. 

Di sana, ia melihat kucing-kucing liar tampak takut dengan kehadiran manusia. Ketika ia mendekat untuk memberi makan, kucing-kucing itu justru mundur. Mereka baru mendekat setelah Titin meletakkan makanan kucing.

Situasi ini tidak biasa. Pasalnya, sepenghetahuannya, kucing liar di area Jatinegara umumnya ramah kepada manusia karena kerap diberi makan. Titin menduga, kucing-kucing itu trauma akibat keramaian manusia saat demonstrasi.

"Ada juga beberapa (kucing) yang bahkan nunggu kami pergi dulu baru mereka makan. Biasanya enggak kayak gitu," cerita Titin kepada Validnews, Kamis (11/9).

Tak hanya ketakutan, tubuh kucing-kucing yang ditemui Titin juga cemong oleh abu bekas kebakaran. Salah satu kucing bahkan memiliki sedikit luka bakar. 

Untungnya, kucing itu sebelumnya sudah ditemukan oleh orang lain yang memberinya pertolongan pertama. Luka bakar itu tampak mulai mengering dan Titin hanya perlu memberinya sedikit salep untuk membantu pemulihan luka.

Bukan tanpa alasan Titin memberi makan dan mengobati kucing liar. Ia menilai populasi kucing saat ini sudah semakin banyak yang membuat kucing-kucing berebut sumber makanan. Tanpa diberi makan oleh manusia, mereka bisa jadi kekurangan makanan. 

Di samping itu, kucing liar juga membutuhkan perhatian lebih karena turut terdampak gelombang demonstrasi beberapa waktu lalu.

Sejumlah orang nampaknya memiliki kepedulian yang serupa dengan Titin. Pasalnya, sekitar delapan orang lainnya turut memberi makan kucing liar di Jatinegara. Bersama-sama, mereka menyisir daerah sekitar Polsek Jatinegara hingga Pasar Ikan Jatinegara untuk memastikan kucing-kucing liar di sana tak kelaparan.

Kegiatan memberi makan kucing liar (street feeding) di area terdampak demonstrasi merupakan inisiasi Let's Adopt Indonesia. Pada 31 Agustus, ketika gelombang demonstrasi mulai memasuki tahap akhir, Let's Adopt Indonesia mengumumkan sedang mencari relawan untuk street feeding. Informasi ini disampaikan melalui akun instagram mereka dan akhirnya diketahui Titin.

Kehilangan Pemberi Makan
Let's Adopt Indonesia memang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan kucing jalanan. Organisasi ini melihat, gelombang demonstrasi membuat kucing jalanan menghadapi keseharian yang berbeda dari biasanya. 

Umumnya, kucing jalanan diberi makan oleh para pekerja yang berangkat atau pulang dari kantor. Street feeding ini biasanya dilakukan di sekitar jembatan penyeberangan orang, stasiun, halte, atau tempat lain yang kerap disinggahi kucing jalanan.

Saat demonstrasi terjadi, para pekerja tak lagi bisa memberi makan kucing jalanan. Sebab, banyak kantor memberlakukan work from home (WFH). Kucing-kucing itu pun dikhawatirkan kehilangan sumber makanan. 

Memang, mereka bisa mencari makan sendiri. Namun, jumlah kucing jalanan yang banyak berpotensi membuat sebagian kucing sulit mendapatkan makanan dan air bersih.

"Di sini kami fungsinya step in menggantikan sementara orang-orang yang memang sudah biasa kasih makan di wilayah-wilayah yang kemarin terdampak demo," terang Head of Operations Let's Adopt Indonesia, Carolina Fajar, kepada Validnews, Selasa (9/9).

Carol, sapaan akrabnya, juga memantau kondisi demonstrasi yang sempat berujung kericuhan. Sejumlah halte Transjakarta terbakar dan gas air mata berkali-kali ditembakkan. 

Hal ini besar kemungkinan berdampak pada kucing-kucing jalanan. Oleh karena itu, Let's Adopt Indonesia bersama para relawan juga memantau kondisi kesehatan para kucing.

Mulanya, ia sempat ragu memulai kegiatan street feeding ini. Situasi demonstrasi yang penuh tantangan bisa jadi tidak aman untuk para relawan. 

Namun, ketika kegiatan ini diumumkan melalui Instagram, rupanya puluhan orang tertarik menjadi relawan. Mulai 1 September, street feeding ini pun dijalankan dengan tetap memerhatikan keamanan dan keselamatan para relawan. 

Relawan yang terdiri dari berbagai latar belakang itu menyebar ke puluhan daerah terdampak demo. Di Jakarta, beberapa daerah yang menjadi lokasi street feeding adalah Jatinegara, Senayan, Senen, Kwitang, Gondangdia, Petamburan, Rawamangun, Kampung Melayu, Palmerah, Semanggi, hingga Cakung. Mayoritas lokasi yang didatangi adalah kantor polisi, kantor pemerintahan, stasiun KRL atau MRT, halte transjakarta, dan tempat publik lainnya.

Mengingat kondisi saat itu masih tidak aman, Carol meminta para relawan untuk pergi dalam kelompok berisi dua hingga tiga orang saja. Jika ada hal buruk terjadi, kelompok kecil lebih mudah untuk segera melarikan diri dan pulang. Lokasi street feeding pun dekat dari tempat tinggal relawan untuk alasan keamanan.

Bermula di Jakarta, gerakan street feeding kucing jalanan terdampak demonstrasi lantas menyebar ke Semarang dan Bandung. Donasi untuk makanan kucing pun berdatangan. Meski begitu, seiring dengan waktu gelombang demonstrasi meredup. Carol mengamati masyarakat juga mulai beraktivitas seperti biasa. Ini menjadi tanda gerakan street feeding berakhir.

Namun, Carol mengaku mungkin akan kembali mengadakan kegiatan serupa jika demonstrasi terulang lagi. Sebab, kini ia sudah memiliki pasukan relawan yang siap memastikan kucing-kucing jalanan terawat kondisinya.

"Kita siap jalan lagi, tapi ya mudah-mudahan enggak ada demo lagi," ujar Carol.

Menangani Kucing Sakit
Sepanjang empat hari mengadakan street feeding, Let's Adopt Indonesia bersama relawan memberi makan 521 kucing dewasa, 82 kucing hamil, dan 85 kucing usia di bawah tujuh bulan. Mereka juga menemukan 65 kucing dalam kondisi sakit, baik karena luka pada kulit, flu, malnutrisi, bulu rontok parah, skabies, hingga mata berair. Setiap kucing yang ditangani, mereka catat.

Untungnya, kucing yang mereka temukan hanya sakit ringan. Mereka masih dapat ditangani oleh para relawan yang mengunjungi mereka. Contohnya, kucing yang matanya merah atau berair ditangani dengan diberi obat mata. Relawan juga meneteskan obat kutu untuk kucing yang terserang kutu.

Untuk penanganan kucing yang flu, relawan membutuhkan lebih banyak upaya. Relawan harus memberikan obat secara rutin selama beberapa hari hingga kucing itu sembuh. Carol menilai hal ini cukup umum dilakukan pecinta kucing dan tidak begitu memberatkan.

"Biasanya teman-teman yang sering lewat daerah situ kan memang pasti ketemu (kucing). Jadi, mereka mantau, sambil lewat sambil dikasih obat," terang Carol.

Ia mengaku tak paham apakah kucing-kucing yang ditemukan Let's Adopt Indonesia sakit karena terdampak demonstrasi. Pasalnya, tidak ada kucing yang dibawa ke klinik karena tingkat kesakitannya masih ringan.

Namun, ia mendapat kabar dari beberapa teman yang menemukan kucing dengan kondisi kulit melepuh. Kucing-kucing ini ditemukan tak jauh dari area demonstrasi yang mengalami kebakaran. Beberapa kucing juga mengalami mata berair terus-menerus yang diduga karena terkena gas air mata.

"Waktu street feeding tidak terlihat kucing yang parah sekali sehingga harus kami bawa ke klinik. Tapi, aku tahu ada beberapa teman yang kebetulan menemukan kucing dalam kondisi kulitnya agak melepuh," tutur Carol.

Bagi Carol, memberi makan dan minum untuk kucing jalanan merupakan salah satu contoh sederhana memerhatikan kesehatan kucing. Kesehatan kucing ini penting karena pada ujungnya akan berdampak pada kesehatan manusia pula. Terlebih, saat ini kucing jalanan dan manusia hidup berdampingan.

Kegiatan street feeding kucing di wilayah terdampak demonstrasi juga bisa menjadi jalan mengenal isu kesejahteraan hewan secara lebih luas. Ini tidak terbatas pada memastikan kucing jalanan tetap terawat. Namun, juga memastikan kucing jalanan tidak mengalami overpopulasi, penyiksaan, hingga penelantaran.

Efek Gas Air Mata
Demonstrasi nyatanya tak hanya berdampak pada manusia. Dokter hewan, Radhiyan Fadiar Sahistya menjelaskan, demonstrasi yang berujung ricuh berdampak serius terhadap kesehatan kucing-kucing liar yang ada di sekitar lokasi.

Dari sisi kesehatan, adanya asap pembakaran dan gas air mata dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, serta gangguan pada kulit kucing. Kucing yang menghirup gas air mata dalam jumlah banyak juga bisa mengalami sesak napas, batuk, hingga kerusakan jaringan paru-paru.

Di samping itu, adanya keramaian yang tidak terkendali dapat memicu stres akut pada kucing. Kondisi ini memicu penurunan daya tahan tubuh, sehingga kucing lebih mudah terserang infeksi. Belum lagi, ada potensi kucing terinjak, tertabrak kendaraan, atau terkena lemparan benda.

"Demonstrasi yang rusuh dan adanya penggunaan gas air mata bukan hanya berdampak buruk pada manusia, tapi juga sangat memengaruhi kesejahteraan dan kelangsungan hidup kucing liar," ujar Radhiyan kepada Validnews, Kamis (11/9).

Ia juga mengingatkan, kesehatan masyarakat tergantung dari kebersihan lingkungan dan kesehatan hewan di lingkungan sekitarnya. Adanya gerakan masyarakat yang menangani kucing liar yang sakit pun secara tidak langsung membantu mencegah penularan penyakit zoonotik, misalnya toksoplasmosis dan rabies. Terlebih, jika gerakan ini membawa kucing yang sakit ke dokter hewan dan melakukan sterilisasi serta vaksinasi pada kucing.

Meski begitu, dalam jangka panjang menjaga kesehatan kucing liar tidak bisa mengandalkan masyarakat saja. Namun, juga membutuhkan kolaborasi dari dokter hewan dan pemerintah.

Contohnya, masyarakat dapat ambil peran memberi pakan yang layak, sumber air bersih, menjaga lingkungan, dan tidak melakukan kekerasan pada hewan. Selanjutnya, dokter hewan berperan mengobati kucing yang sakit, melakukan sterilisasi dan vaksinasi, serta memberikan edukasi.

Sementara itu, pemerintah berperan mendukung program kesehatan hewan yang berkelanjutan. Misalnya, menyediakan layanan vaksinasi rabies, sterilisasi untuk kontrol overpopulasi, hingga edukasi. Hal ini akan membuat kesehatan kucing lebih baik dan lingkungan lebih nyaman untuk manusia.

"Merawat kucing liar agar tetap sehat bukan hanya aksi kemanusiaan untuk menolong hewan, tapi secara tidak langsung turut berperan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk masyarakat," tutup Radhiyan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar