c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

05 Juni 2025

12:23 WIB

Keluarga Miskin Sumbang Jumlah Bayi Stunting Terbanyak di Indonesia

Bayi stunting dari keluarga miskin kuantil 1 dan 2 menurut survei Kemenkes masing-masng sebanyak 49% dan 26%. 

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Keluarga Miskin Sumbang Jumlah Bayi Stunting Terbanyak di Indonesia</p>
<p>Keluarga Miskin Sumbang Jumlah Bayi Stunting Terbanyak di Indonesia</p>

Petugas pos pelayanan terpadu (posyandu) Harapan Ibu mengukur berat badan dan tinggi badan balita di Desa Peuniti, Banda Aceh, Aceh, Jumat (2/8/2024). Antara Foto/Irwansyah Putra.


JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sebanyak 49% balita stunting berasal dari keluarga paling miskin dan miskin. Hal ini berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang menemukan 26% balita stunting masuk kategori kuintil 1 dan 23% balita stunting masuk kategori kuintil 2.

Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes, Asnawi Abdullah mengatakan, angka tersebut terpaut jauh dengan angka balita stunting di kuintil 5 atau kelompok terkaya, yaitu 13%.

"Ini mengindikasikan, anak-anak yang lahir dari keluarga yang sosial-ekonomi kuintil 1 memiliki risiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dari kuintil 5," ujar Asnawi dalam temu media daring, Kamis (5/6).

Dia merinci, dari segi jumlah absolut balita stunting pada kuintil 1 mencapai 1.155.547 (26%) balita, pada kuintil 2 mencapai 1.034.972 (23%) balita, pada kuintil 3 mencapai 930.982 (21%) balita, pada kuintil 4 mencapai 759.308 (17%) balita, dan pada kuintil 5 mencapai 601.531 (13%) balita.

Asnawi mengatakan, temuan ini membuat penanganan stunting perlu lebih fokus pada masyarakat kuintil 1 dan 2. Penanganan stunting pada kelompok itu perlu lebih sensitif, termasuk dengan memberikan bantuan sosial.

Baca juga: Prevalensi Stunting Indonesia 19,8% Pada 2024 

Selain itu, penanganan stunting pada masyarakat kuintil 3 hingga 5 memerlukan intervensi yang lebih spesifik. Lengkap dengan penguatan edukasi gizi dan kesehatan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi menambahkan, masyarakat kuintil 1 dan 2 membutuhkan bantuan sumber daya untuk mencegah stunting. Oleh karena itu, dia meminta Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) untuk memastikan balita stunting di kuintil 1 dan 2 terhubung dengan program bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH).

Di sisi lain, keluarga menengah ke atas yang memiliki balita stunting dia nilai belum mengetahui cara mencegah stunting. Untuk itu, dia mengimbau seluruh masyarakat membaca buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai pedoman menjaga kesehatan anak.

"Bukan hanya ibu-ibunya yang harus membaca, bapak-bapaknya juga membaca, kakek-neneknya juga membaca, bahkan para calon pengantin. Supaya lebih siap pada saat nanti memiliki anak," pesan Endang.




KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar