c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

05 September 2024

17:58 WIB

6,7 Juta Orang Indonesia Idap Hepatitis B

Hepatitis B dapat menimbulkan kanker hati dan menyebabkan kematian

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>6,7 Juta Orang Indonesia Idap Hepatitis B</p>
<p>6,7 Juta Orang Indonesia Idap Hepatitis B</p>

Foto ilustrasi hepatitis B. Shutterstock

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sekitar 6,7 juta orang Indonesia mengidap hepatitis B. Angka estimasi ini berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang menunjukkan prevalensi hepatitis B pada populasi umum mencapai 2,4%.

Sementara itu, jumlah orang yang terinfeksi hepatitis C diperkirakan sekitar 1,4 juta orang. Angka ini berdasarkan prevalensi hepatitis C pada populasi umum yang mencapai 0,5%.

"Yang menjadi masalah dari hepatitis kronis B dan C ini karena dalam perjalanannya secara alamiah kalau tidak diberikan pengobatan akan berkembang menjadi sirosis kemudian kanker hati dan menimbulkan kematian," ujar perwakilan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Bunga Mayung Datu Linggi, dalam gelar wicara daring yang diadakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kamis (5/9).

Berdasarkan data, hepatitis B kata dia menyebabkan rata-rata 60.218 kematian per tahun atau sekitar 168 kematian per hari. Sementara itu, hepatitis C menyebabkan 6.286 kematian per tahun atau sekitar 17 kematian per hari.

Oleh karena itu, ujar Bunga, pemerintah menerapkan beberapa strategi untuk menanggulangi hepatitis. Hal ini untuk mengejar target eliminasi hepatitis B dan hepatitis C pada tahun 2030 sesuai target global.

Beberapa strategi yang dilakukan di antaranya, vaksinasi hepatitis B bagi bayi dan tenaga kesehatan, skrining pada populasi berisiko tinggi, hingga penanganan kasus hepatitis B dan hepatitis C sesuai standar.

Meski begitu, Bunga mengakui berbagai strategi itu masih menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, program penanggulangan hepatitis belum menjadi prioritas karena masih banyak penyakit lain yang diprioritaskan.

Kedua, pencegahan hepatitis belum optimal karena rendahnya cakupan skrining dan imunisasi. Ketiga, cakupan tes dan pengobatan masih rendah karena belum semua fasilitas kesehatan dapat mendiagnosis dan mengobati hepatitis. Keempat, kolaborasi lintas sektor dan komunitas belum terlalu optimal.

"Kita tetap mengupayakan bagaimana supaya program hepatitis ini dapat didukung oleh seluruh pihak terkait juga dari daerah untuk dapat bersama-sama melaksanakan strategi yang telah ditetapkan," tutup Bunga.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar