c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

22 Juni 2023

16:53 WIB

Jumlah Sirene Tsunami Di Bali Jauh Dari Ideal

Hingga saat ini, sirene baru terpasang di sembilan titik.

Editor: Rikando Somba

Jumlah Sirene Tsunami Di Bali Jauh Dari Ideal
Jumlah Sirene Tsunami Di Bali Jauh Dari Ideal
Pemandangan Gunung Agung dari Kintamani, Bali. Shutterstock/Arsa Ingin Moksa

DENPASAR- Bali masih memerlukan tambahan sirene tsunami dan sistem peringatan dini jika ada erupsi Gunung Api Agung. Idealnya, provinsi berpredikat Pulau Dewata ini punya 41 titik sirene. Kini, hanya ada sembilan titik yang ada sirene bencana.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin, Kamis (22/7) mengungkapkannya. Hingga saat ini, sirene baru terpasang di sembilan titik yakni daerah Sanur, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kuta, pesisir Tabanan dan Seririt. 

"Kita masih perlu optimalkan sistem peringatan dini yang sudah kita miliki. Dengan luas Pulau Bali yang 0,26 persen dari seluruh Indonesia, idealnya terpasang 41 titik sirene tsunami," kata Rentin di Denpasar, Kamis.  

Made Rentin menjabarkan, BPBD Bali bersama dengan BPBD kabupaten/kota di Bali sudah memfinalkan sistem informasi kebencanaan yang berbasis digital. Termasuk di dalamnya sistem peringatan dini terhadap tsunami dan erupsi Gunung Api Agung. 

Baca juga: Awal Munculnya Istilah Tsunami

"Kita sekarang baru punya sembilan sehingga sedang bergerak melakukan untuk memenuhi yang sesuai standar," ujar Rentin.

Kemudian mengenai peringatan dini erupsi Gunung Agung, kata Rentin, yang sudah terpasang baru di delapan titik. Sementara itu, di lingkar Gunung Api Agung ada 28 desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana. 

"Kita baru memiliki delapan titik peringatan dini erupsi Gunung Api Agung, tentu masih kurang sangat jauh dari kecukupan," katanya.

Di Bali, berdasarkan kajian risiko bencana yang dikeluarkan secara resmi oleh BNPB ada 15 jenis ancaman bencana. Oleh karena itu, tambah Rentin, ada empat strategi untuk dapat memenuhi sistem peringatan dini itu yakni pertama dengan berusaha meminta bantuan pemerintah pusat, bisa dari BNPB, BMKG maupun dari Kementerian PUPR RI.

Kedua, mencoba mengalokasikan dan melalui APBD Provinsi Bali. Ketiga, tetap berupaya berkoordinasi dengan teman-teman di kabupaten/kota agar dapat mengalokasikan melalui APBD kabupaten/kota. 

Baca juga: Mengolah Sampah Menghindari Musibah

"Terakhir perlu peran serta corporate social responsibility (CSR)  dari dunia usaha yang saat ini sedang kami galang," kata Rentin dikutip dari Antara.

Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali mempercepat pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Penanggulangan Bencana, yang merupakan inisiatif dewan agar bisa selesai akhir Juni 2023.
 
Raperda tersebut bertujuan untuk menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. Hal sama ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana sekaligus menghargai budaya lokal. Selain itu membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

"Ranperda  tentang Penanggulangan Bencana ini difokuskan untuk tiga hal, yakni bagaimana penanganan pra bencana, saat tanggap darurat bencana, dan pascabencana," ucap Koordinator Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Perda Penanggulangan Bencana DPRD Bali Diah Werdhi Srikandi.

Baca juga: BMKG Bunyikan Sirine Tsunami Tiap Tanggal 26

Ombak Tinggi

Terkait potensi bencana, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar meminta nelayan dan pelaku wisata bahari mewaspadai potensi ketinggian gelombang laut di perairan selatan Bali mencapai hingga empat meter diperkirakan pada 22-23 Juni 2023.

Sementara itu, perairan lain di Bali diperkirakan memiliki ketinggian gelombang laut hingga 2,5 meter yakni di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung dan Selat Lombok bagian selatan.

“Nelayan dan pelaku wisata bahari agar mewaspadai potensi kecepatan angin dan tinggi gelombang laut,” kata Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Kamis.
 
Adapun kecepatan angin di perairan itu diperkirakan hingga 20 knot atau 37 kilometer per jam yang bergerak dari timur-tenggara. Perairan selatan Bali berbatasan dengan Samudera Hindia yang menjadi salah satu lokasi wisata bahari serta jalur nelayan melaut. Sedang kecepatan angin di wilayah itu diperkirakan hingga 15 knot atau sekitar 27 kilometer per jam yang bergerak dari timur-tenggara.

Selat Bali adalah jalur penyeberangan kapal feri Bali-Jawa dan Selat Lombok adalah jalur penyeberangan Bali-Lombok dan jalur nelayan melaut serta jalur perlintasan kapal menuju Indonesia timur yang berlayar dari Pelabuhan Benoa Denpasar.

Sedangkan Selat Badung adalah jalur penyeberangan Sanur Denpasar menuju Pulau Nusa Penida di Kabupaten Klungkung, kawasan wisata bahari utamanya di kawasan Nusa Dua, Tanjung Benoa, dan jalur nelayan melaut. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar