28 Juli 2025
14:39 WIB
Gibran Inginkan Penegakan Hukum Untuk Kasus Karhutla
Penegakan hukum disebut Wapres Gibran sebagai satu dari tiga hal penting untuk penanganan karhutla yang berulang.
Editor: Leo Wisnu Susapto
PEKANBARU - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menyatakan, penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memadukan penegakan hukum, monitoring, dan deteksi awal.
“Penegakan hukum, monitoring, dan deteksi awal penting sekali untuk mengatasi persoalan karhutla yang kerap berulang,” tegas Gibran di Posko Karhutla Riau di Pekanbaru, Riau, Senin (28/7).
Saat mengunjugi posko tersebut, Wapres mendapat laporan laporan terkait peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla), termasuk 51 tersangka yang telah diamankan sepanjang Januari-Juli 2025.
Setelah mendarat di Lapangan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Wapres Gibran langsung menuju Posko Karhutla untuk mendapat laporan terkait penanganan karhutla di Provinsi Riau
Gibran mengaku telah berkoordinasi dengan Gubernur Riau untuk penegakan hukum terhadap pelaku karhutla.
Baca juga: BMKG: Riau Sedang Rawan Alami Karhutla
Pada kesempatan yang sama, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan menjelaskan, kejadian karhutla di Riau ini murni kesalahan manusia yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis.
"Jadi 51 (tersangka) , ini merata. Dan kejadian pembakaran ini serentak mulai tanggal 18 (Juli 2025). Jadi ada upaya struktur dan sistematis," kata Kapolda.
Kapolda menilai pembakaran hutan dan lahan menjadi modus agar perusahaan bisa menanam kelapa sawit kembali di lahan yang sudah dibakar.
"Ini sebenarnya modus saja. Karena sebaran yang terbakar dari kelapa sawit milik perusahaan itu, itu bersebaran semua. Modusnya itu tipu-tipu," kata Kapolda.
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta satuan tugas desk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap siaga hingga Agustus 2025, seiring dengan masih berlangsungnya puncak musim kemarau di sejumlah wilayah.
Secara khusus untuk Provinsi Riau, curah hujan pada 10 hari pertama Agustus diperkirakan sangat rendah, yakni 20–50 milimeter terutama di wilayah utara dan barat. Pada dasarian kedua dan ketiga, curah hujan diperkirakan meningkat hingga 150 milimeter per 10 hari.
Meski terjadi peningkatan curah hujan, indeks FFMC/Fine Fuel Moisture Code menunjukkan tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah masih tergolong sangat tinggi dan akan mulai signifikan pada 30 Juli 2025, lalu menurun setelah 3 Agustus.