10 Mei 2025
13:05 WIB
Edukasi Bahaya TBC Tekan Stigma Negatif Penderita
Edukasi bahaya TBC untuk semua warga membatu tenaga kesehatan menemukan orang yang terjangkit untuk menjalani pengobatan.
Editor: Leo Wisnu Susapto
TOSS TBC itu sendiri merupakan singkatan dari Temukan dan Obati Sampai Sembuh TBC. ayosehat.kemkes.go.id.
JAKARTA - Edukasi masyarakat terkait bahaya tuberkolosis atau TBC, dapat menghilangkan stigma negatif dan rasa malu dan takut seseorang yang positif terjangkit untuk berobat.
“Meski hal itu berdampak pada peningkatan kasus TBC. Tetapi, orang yang terjangkit tidak malu untuk. Itu yang penting,” sebut Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur Jakarta Timur, Herwin Meifendy seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Sabtu (10/5).
“Jangan sampai petugas kesehatan tidak tahu ada penderita TBC di satu rumah itu, lalu tidak diobati, kan bisa jadi tertular semua keluarga dan lingkungannya," jelas Herwin.
Sudinkes Jakarta Timur mengedukasi warga untuk mencari penderita Tuberkulosis (TBC) melalui sistem TOS (Temukan, Obati, dan Sembuhkan) untuk menekan penyebaran penyakit yang menyerang organ paru-paru ini.
"Kita harap semua elemen masyarakat untuk melakukan TOS TB. Kita temukan, obati, sampai sembuh. Itu terus kita edukasi dan canangkan," sambung Herwin.
Baca juga: Indonesia Sumbang 10% TBC Dunia
Dia menyebut, jika nantinya upaya pendeteksian TBC di setiap wilayah digencarkan, tentunya ada peningkatan angka kasus di setiap tahunnya.
Namun, hal ini menjadi stigma positif terkait upaya Pemkot Jakarta Timur untuk mengobati penderita TBC hingga sembuh, dan mencegah penyebaran kasus.
Herwin mencontohkan saat pandemi covid-19 yang awalnya banyak tidak bersedia jika diikutkan tes swab antigen. Namun, ketika pemeriksaan digiatkan praktis penderita juga ikut meningkat, tentunya hal itu dibarengi dengan pengobatan untuk mendorong angka kesembuhan, hingga akhirnya periode covid-19 lewat.
"Kita harapkan juga, dengan adanya peningkatan penemuan kasus TBC di Jakarta Timur, itu akan ada peningkatan pengobatan sampai sembuh. Baik yang mungkin sudah resisten obat, maupun yang masih sensitif dengan obat," ucap Herwin.
Sudinkes Jakarta Timur mencatat sebanyak 2.645 warga positif mengidap penyakit tuberkulosis (TBC) selama periode Januari hingga Maret 2025.
Dari jumlah 2.645 kasus itu, 324 kasus di antaranya dari anak-anak karena kontak erat dengan orang terdekat. Wilayah terbanyak ditemukan kasus TBC di Jakarta Timur yakni Pulogadung, Ciracas, Cakung, dan Pasar Rebo.
"Jakarta Timur yang paling banyak itu di Pulogadung dan Cakung. Karena Cakung kan luas dan penduduknya banyak. Artinya, itu pasti ada perbandingan lurus. Tapi dengan penemuan kasus ini, jangan dianggap suatu masalah, tetapi kita ada upaya dan masyarakat mau berobat," ujar Herwin.
Berdasarkan catatan Sudin Kesehatan Jakarta Timur selama tahun 2024, keberhasilan pengobatan pasien TBC mencapai 65% atau sebanyak 2.285 warga sudah sembuh.