17 Oktober 2025
21:00 WIB
BRIN Ingatkan IKN Tak Hanya Dibangun Dengan Beton
IKN menurut BRIN harus dibangun dengan perencanaan agar dukungan lingkungan hidup tetap tersedia bagi generasi mendatang.
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Leo Wisnu Susapto
Sejumlah pekerja berjalan di kawasan rumah susun (rusun) Aparatur Sipil Negara (ASN) di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (14/2/2025). ANTARA FOTO/Aditya Nugroho.
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan, Ibu Kota Nusantara (IKN) harus dibangun bukan cuma dengan beton, tapi juga ekologi cerdas.
“Riset BRIN sudah kasih warning, tinggal langkah nyata yang dibutuhkan,” urai Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) BRIN, Laras Tursilowati, mengutip Instagram BRIN, Jumat (17/10).
Laras mendorong untuk dibuat kebijakan yang berkelanjutan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar pembangunan di IKN tetap tersedia untuk generasi mendatang.
Seperti ketersediaan air bersih di IKN. Menurut riset BRIN, ketersedian air bersih secara langsung di permukaan di IKN baru 0,5%.
Sementara, 20% ketersedian air bersih di IKN tersimpan dalam vegetasi, dan sisanya 79% merupakan kawasan nonair berupa lahan terbangun.
Kajian BRIN berbasis data satelit dengan metode Artificial Neural Network (ANN) yang akurasinya mencapai 97,7%.
Kondisi geografis Kalimantan sebenarnya memiliki curah hujan yang cukup. Namun, air hujan banyak yang langsung hilang sebagai limpasan, karena minimnya vegetasi penyerap dan keterbatasan infrastruktur penampung air.
Selain itu, karakteristik tanah, keberadaan rawa dan gambut, serta tingginya tingkat pembangunan lahan nonhijau memperbesar risiko kelangkaan air. Air gambut misalnya, sulit dimanfaatkan langsung sebagai air bersih tanpa proses pengolahan khusus.
Karena itu, jika curah hujan di Kalimantan tidak dikelola, maka akan berisiko kekeringan, banjir sesaat, hingga krisis air bersih.
Dalam laman BRIN, sebagai solusi, menurut Laras, pemerintah perlu mengadopsi konsep tata kelola kota yang ramah lingkungan. Salah satu langkah yang ia usulkan adalah pembangunan hutan kota di kawasan IKN.
Baca juga: Bupati PPU Minta Hak Warga Terkena Proyek IKN Cepat Beres
Hutan kota berfungsi sebagai penyangga ekologi, penyerap air hujan, dan sekaligus meningkatkan kenyamanan termal. Saat ini kawasan masih terasa sangat gersang dan panas.
Selain hutan kota, konsep sponge city juga dinilai relevan. Model ini bertujuan menjadikan kota mampu menyerap dan menyimpan air hujan secara alami melalui infrastruktur hijau, taman, area resapan, serta pengelolaan lahan yang tidak seluruhnya tertutup aspal dan beton.
Selain itu, pembangunan embung di berbagai titik juga mendesak. Embung berfungsi menampung air hujan sekaligus menjaga cadangan pada musim kemarau. Dalam jangka panjang, diperlukan pula sistem digitalisasi distribusi air agar penggunaannya lebih teratur dan efisien.