25 September 2025
18:37 WIB
Wakil Rektor Diharap Jadi Pendorong Kolaborasi Riset
Mendiktisaintek menilai, wakil rektor bidang kerja sama adalah lokomotif yang menggerakkan berbagai kolaborasi. Perguruan tinggi harus dekat dengan industri dan masyarakat
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi riset. Mahasiswa melakukan uji teknis teknologi robot basket saat Kontes Robot ABU (KRAI) 2025 di Kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (8/7/2025). ANTARA FOTO/Novrian Arbi.
SURABAYA- Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mendorong perguruan tinggi di Indonesia memperluas kolaborasi dengan industri, pemerintah daerah, dan masyarakat, termasuk dengan pelaku UMKM sekaligus memperkuat riset. Wakil rektor diminta jadi yang terdepan dalam kolaborasi itu.
"Para wakil rektor bidang kerja sama adalah garda terdepan dari perguruan tinggi untuk menjalin kerja sama, baik penelitian maupun pengabdian masyarakat. Harapannya, sumber daya kampus bisa dimanfaatkan industri maupun masyarakat," ujar Brian Yuliarto usai membuka Forum Wakil Rektor Bidang Kerja Sama di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (25/9).
Ia menegaskan kerja sama tersebut menjadi amanah besar bagi perguruan tinggi agar lebih berkontribusi nyata. "Wakil rektor bidang kerja sama ini lokomotif yang menggerakkan berbagai kolaborasi. Saya percaya mereka optimistis, saling berbagi pengalaman, dan menghadirkan terobosan," katanya.
Sebaliknya, Rektor ITS Prof Bambang Pramujati menyambut baik arahan tersebut. Menurut dia, ITS merupakan salah satu kampus paling produktif dalam publikasi ilmiah dan terus meningkatkan ekosistem penelitian. ITS selalu mengedukasi dosen agar tidak terjebak dalam jurnal predator.
"Setiap tahun ITS menghasilkan lebih dari 2.000 publikasi terindeks global. Kami juga mendorong kolaborasi antarlaboratorium, antarfakultas, antarperguruan tinggi dalam maupun luar negeri, bahkan dengan industri," katanya, dikutip dari Antara .
Bambang menambahkan pendanaan penelitian yang dikelola ITS telah mencapai lebih dari Rp200 miliar per tahun, bersumber dari internal kampus, kementerian, maupun mitra industri. "Jumlah kerja sama industri kami juga sangat besar, lebih dari Rp100 miliar, yang menunjukkan kiprah ITS diakui dunia industri," ujarnya.

Manfaatkan AI
Di kesempatan berbeda, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengemukakan potensi pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam penyelenggaraan pendidikan maupun riset di perguruan tinggi.
"Perguruan tinggi punya posisi yang sangat strategis. AI bisa menjadi mitra penting dalam riset dan inovasi sekaligus membantu memecahkan persoalan akademik," katanya sebagaimana dikutip dalam keterangan pers pemerintah pada Kamis.
Baca juga: Peneliti Undip Kembangkan AI Deteksi Kesalahan Desain Aplikasi
Venir Gigi Sebagai Estetika Tubuh Dan Komodifikasi Senyum Masyarakat Urban
Hal sama diutarakannya pada acara Galeri PJTT UT & UIGM National Meeting 2025 di kampus Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Rabu (24/9). Wamen Nezar mengemukakan bahwa perguruan tinggi berperan sebagai pusat riset, inovasi, dan penciptaan talenta digital untuk mendukung pelaksanaan transformasi digital nasional.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi, Nezar mengatakan, teknologi AI dapat dimanfaatkan dalam personalisasi pembelajaran melalui Intelligent Tutoring System. Dukungan AI dapat meningkatkan efektivitas asesmen dan pemantauan dengan umpan balik berbasis data serta meningkatkan kualitas institusi lewat profiling dan prediksi mahasiswa.
Namun, dia mengingatkan bahwa penggunaan AI juga menghadirkan tantangan seperti bias algoritma, halusinasi data, dan penyalahgunaan dalam karya ilmiah.
Yang juga menjadi hal penting adalah ketersediaan infrastruktur, akses internet, serta kompetensi sumber daya manusia yang harus dituntaskan untuk mendukung pemanfaatan teknologi AI.
Nezar mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan setidaknya sembilan juta talenta digital sampai tahun 2030 dan perguruan tinggi berperan besar dalam upaya untuk menghadirkannya. "Kampus punya peran besar untuk melahirkan tenaga ahli AI yang berkualitas dan beretika," katanya.
Kini, sedang menuntaskan penyusunan Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional, yang akan menjadi dasar kebijakan dan regulasi untuk memastikan pemanfaatan AI sesuai dengan prinsip kemanusiaan, etika, dan keberlanjutan.