c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

10 Juli 2025

10:56 WIB

Viral Pacu Jalur, Kemenbud Bicara Pengajuan Ke UNESCO

Mendunianya tradisi pacu jalur merupakan bukti bahwa kearifan lokal Indonesia memiliki daya saing dan daya tarik yang tinggi di mata dunia.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Viral Pacu Jalur, Kemenbud Bicara Pengajuan Ke UNESCO</p>
<p id="isPasted">Viral Pacu Jalur, Kemenbud Bicara Pengajuan Ke UNESCO</p>

Menteri Kebudayaan bertemu dengan pemerintah Kabupaten Kuantan Sengini dan penari jalur yang viral bernama Dikha di kompleks gedung Kementerian Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Kamis (9/7). Dok: Kemenbud.

JAKARTA - Olahraga pacu jalur yang menjadi bagian dari ekspresi budaya masyarakat Riau, belakangan viral sedunia. Berkat media sosial, terutama berkat atraksi penari pacu atau “anak coki” bernama Dikha, seluruh dunia kini mengenal olahraga tradisional masyarakat Kuantan Singini (Kuansing) yang telah berkembang lebih dari seabad itu.

Seperti "menghilir biduk", Kementerian Kebudayaan kini bicara soal pengajuan pacu jalur ke UNESCO, agar dicatat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dunia. Saat ini, pacu jalur tercatat sebagai WBtb nasional berdasarkan SK penetapan tahun 2015.

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkapkan, mendunianya tradisi pacu jalur merupakan bukti bahwa kearifan lokal Indonesia memiliki daya saing dan daya tarik yang tinggi di mata dunia. Ia menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan yang akan berupaya untuk memperjuangkan Pacu Jalur sebagai WBTb dunia.

“Memang antrian cukup banyak, namun ini merupakan bagian dari tradisi budaya yang panjang ratusan tahun. Kita harapkan bisa kita perjuangkan, kita buatkan kajian, naskah akademik, serta dossier. (berkas pengajuan-red). Dengan informasi yang ada akan lebih mudah untuk kita daftarkan," ungkap Fadli dilansir dari siaran resmi Kemenbud, Kamis (10/7).

Sejalan, Fadli pun mendorong diskusi kebudayaan dapat terus berkembang di masyarakat tak hanya di dalam negeri tetapi di panggung global. Pacu jalur, lomba perahu tradisional khas masyarakat Kuansing itu, telah sah dilindungi secara hukum sebagai warisan budaya takbenda nasional.

Lebih dari sekadar olahraga air dan festival lokal yang menarik wisatawan, pacu jalur menurut Fadli merupakan ekspresi budaya yang sarat nilai-nilai spiritual, sosial, dan historis. Proses pembuatan jalur atau perahu saja, lazimnya melibatkan ritual adat dan semangat gotong royong, mencerminkan nilai budaya yang hidup dan mengakar kuat pada masyarakat Kuantan Singingi.

"Ini adalah satu ekspresi budaya yang memang diharapkan bisa menginternasionalisasikan ekspresi budaya kita," ungkap tegas Menbud di hadapan puluhan rekan media yang memadati area  taklimat media.

Baca juga: Viral Pacu Jalur Diprediksi Hadirkan Rp75 miliar Buat Pariwisata Riau

Komitmen untuk mempromosikan tradisi pacu jalur disampaikan Kemenbud saat bertemu langsung dengan sosok penari pacu yang viral, Rayyan Arkan Dikha di Gedung Kemenbud, Senayan, Jakarta. Anak laki-laki kelas 5 SD tersebut datang dari Riau ke Jakarta ditemani Pemerintah Kabupaten Kuansing.

Menurut Bupati Kuansing, Suhardiman Amby, pihaknya bertemu dengan Kementerian Kebudayaan untuk "mengabarkan" langsung tentang pacu jalur yang tak lepas dari nilai sosial dan ekspresi masyarakat Kuansing. Ia menyebutkan, pacu jalur adalah tradisi yang sudah cukup tua dan berharga bagi daerah.

"Tahun ini Pacu Jalur mencapai usia 120 tahun dan pertama kali diperkenalkan pada masa penjajahan Belanda tahun 1905," ungkap Suhardiman Amby.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Menteri yang sudah memberikan ruang kepada kami untuk menyampaikan langsung sebuah budaya yang sudah mentradisi di Provinsi Riau dan ini menjadi milik Indonesia," imbuhnya.

Baca juga: Mengenal Pacu Jalur, Tradisi Masyarakat Kuansing Berusia Ratusan Tahun

Lebih lanjut, Fadli Zon menyampaikan apresiasi bagi pemerintah Kuansing. Ia berharap tradisi ini dapat terus berlangsung, abadi dari generasi ke generasi. Sejalan dengan upaya pemajuan kebudayaan yang tak hanya menyasar seni, tetapi juga permainan tradisional, olahraga rakyat, pangan lokal, ritus, manuskrip, sastra, tradisi lisan, dan lain-lain.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar