c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

KULTURA

04 Juli 2025

20:51 WIB

Mengenal Pacu Jalur, Tradisi Masyarakat Kuansing Berusia Ratusan Tahun

Dalam sejarahnya, masyarakat Kuansing mengenal perahu dengan sebutan jalur. Di masa lalu, perahu digunakan sebagai salat transportasi utama masyarakat di sekitar wilayah Sungai Kuantan.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Mengenal Pacu Jalur, Tradisi Masyarakat Kuansing Berusia Ratusan Tahun</p>
<p>Mengenal Pacu Jalur, Tradisi Masyarakat Kuansing Berusia Ratusan Tahun</p>

Festival Pacu Jalur. Shutterstock/Fadli Suandi.

JAKARTA - Pacu jalur belakangan viral di media sosial. Tak hanya di Indonesia, olahraga air yang telah menjadi tradisi masyarakat Kuantan Singini (Kuansing), Provinsi Riau tersebut menarik perhatian netizen dari penjuru dunia.

Fokus perhatian yakni pada atraksi seorang anak di haluan perahu pacu yang menari dengan begitu atraktif dan penuh percaya diri, dalam sebuah video di TikTok. Tariannya, juga gerakan-gerakan para pendayung perahu di belakangnya, kemudian diparodikan oleh pengguna TikTok dari penjuru dunia, bahkan turut diramaikan oleh akun TikTok resmi klub AC Milan hingga Paris Saint Germain.

Netizen melekatkan label "aura farming" pada atraksi penari pacu jalur tersebut. Istilah itu pun menjadi tren TikTok, merujuk pada aksi atau penampilan yang dianggap memancarkan aura keren dan menginspirasi setiap orang yang melihatnya.

Sejalan, pacu jalur pun viral di seluruh dunia. Kegiatan olahraga tradisional anak Melayu ini menarik perhatian dunia, di mana banyak netizen dari seluruh dunia membicarakan pacu jalur berikut tarian yang ditampilkan di video viral tersebut.

Pacu jalur sendiri merupakan acara tahunan yang rutin diadakan di wilayah Kuansing, bahkan sudah masuk dalam kalender even nasional. Dalam perlombaan ini, perahu kecil namun panjang berpacu di jalur Sungai Kuansing yang lebar. Festival tahun ini akan kembali di gelar di bulan Agustus, biasanya diikuti oleh tim pacu yang mewakili desa masing-masing.

Asal tahun saja, pacu jalur bukan permainan kemarin sore. Ini merupakan tradisi yang sudah ada di masyarakat Kuansing sejak berabad-abad lalu. Mengutip laman resmi Pemerintah Kabupaten Kuansing, tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17.

Dalam sejarahnya, masyarakat Kuansing mengenal perahu dengan sebutan jalur. Di masa lalu, perahu digunakan sebagai salat transportasi utama masyarakat di sekitar wilayah Sungai Kuantan. Jalur sungai digunakan sebagai jalur penting, layaknya jalan protokol untuk lalu lintas manusia dan barang.

Dalam perkembangannya, perahu berkembang menjadi bagian dari hobi. Masyarakat mulai memiliki kebiasaan mengukir perahu atau jalur dengan corak-corak yang indah, mengikuti bentuk binatang ataupun tumbuhan. Jalur berhias ini umumnya menandai status sosial, di mana biasanya hanya orang besar atau bangsawan yang bisa menaiki perahu tersebut.

Dari perahu berhias itulah, muncul kegiatan-kegiatan perayaan, yang melibatkan adu kecepatan atau pacu antar perahu. Masyarakat mulai mengenali aktitas pacu jalur sebagai bagian dari perayaan hari besar, terutama hari besar Islam.

Pada masa penjajahan Belanda, pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-3 hari, tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu.

Seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus. Hari ini, pacu jalur pun telah menjadi salah satu daya tarik utama di pariwisata Riau.

Tim yang berlomba umumnya menggunakan perahu panjang seukuran 20-45 meter. Perahu ini mampu menampunh 50-60 pendayung atau yang dikenal dengan sebutan anak pacu. Tim yang ada di atas perahu biasanya terbagi ke dalam beberapa fungsi, misal komandan, juru mudi, tukang tari hingga tukang onjai.

Baca juga: "Aura Farming", Ketika Aura Bocah Pacu Jalur Riau Memesona Seluruh Dunia

Tukang onjai merujuk pada anggota tim cilik yang berada di bagian paling belakang perahu, yang berfungsi memberi irama agar gerakan tim dayung bisa presisi. Sementara tukang tari berarti sosok yang berada di haluan perahu, berfungsi sebagai pemberi tanda terkait posisi tim sekaligus menyulut energi para pendayung.

Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100 tim. Perlombaan yang konon sudah ada sejak tahun 1903 ini menjadi agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar