c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

13 Oktober 2025

16:53 WIB

Tren Gim Indie Buka Peluang Pengembang Lokal Go Internasional

Pengembang gim Indonesia saat ini dianggap mampu bersaing di pasar global. Tren minat global terhadap gim indie membuka peluang bagi para pengembang lokal dengan cerita-cerita unik nan otentik.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Tren Gim <em>Indie</em> Buka Peluang Pengembang Lokal Go Internasional</p>
<p>Tren Gim <em>Indie</em> Buka Peluang Pengembang Lokal Go Internasional</p>

Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein saat ditemui di ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Badung, Bali pada Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Farhan Arda Nugraha

JAKARTA - Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein mengatakan pasar gim saat ini sangat terbuka dengan gim-gim baru yang dikembangkan secara indie. Gim-gim yang umumnya dibuat oleh studio-studio kecil banyak yang sukses di pasaran, bahkan berkembang menjadi waralaba populer.

Shafiq mengatakan, tren tersebut merupakan peluang besar bagi para pengembang lokal di Indonesia untuk menjaring pasar global. Para pengembang lokal, dengan ide cerita mereka yang unik dan otentik, bisa menjadi magnet kuat bagi para peminat gim di penjuru dunia.

"Saat ini kita cuma lihat kualitas gim bagus itu setara dengan (gim) GTA, padahal di global sendiri itu gim indie itu yang sebenarnya paling dicari," kata Shafiq di ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Badung, Bali beberapa waktu lalu, dikutip dari Antara, Senin (13/10).

Shafiq mengatakan, gim-gim indie saat ini tengah diminati oleh konsumen global. Dia mencontohkan keberhasilan Coral Island, salah satu gim karya pengembang lokal Stairway yang mencatat satu juta penjualan di platform Steam.

Dari mancanegara, ada gim-gim seperti Celeste, Hollow Knight hingga Balatro. Satu lagi contoh terbaik adalah Minecaft yang kini jadi waralaba besar di bawah Microsoft. Gim ini dulunya adalah produk indie dari Mojang Studios.

Menurut Shafiq, tren tersebut juga didukung oleh platform gim berbasis langganan yang membutuhkan konten-konten baru. Oleh karena itu, pemain besar seperti PlayStation dan Xbox mendorong pengembang indie untuk mendistribusikan gimnya di platform mereka.

Dilihat dari waktu pengembangannya, proses pengerjaan gim indie terhitung lebih singkat apabila dibandingkan dengan gim kelas atas atau AAA yang butuh waktu hingga bertahun-tahun. Menurut Shafiq, tren tersebut menjadi peluang bagi Indonesia yang memiliki banyak studio pengembang gim indie.

"Ini posisi yang menguntungkan untuk kita karena gudangnya studio gim indie itu ada di Indonesia. Makanya big player seperti Xbox dan Sony mulai melirik ajang pameran pengembang gim IGDX untuk melihat potensi lokal yang bisa diajak kerja sama," katanya.

Shafiq menilai, pengembang gim Indonesia menunjukkan perkembangan pesat baik dari segi talenta maupun kualitas produknya. Menurutnya, kualitas dan inovasi para pengembang dalam negeri bahkan sudah bisa bersaing dengan gim buatan mancanegara, khususnya di pasar Asia Tenggara.

Baca juga: Mengupayakan Dunia Gim Ramah Perempuan

Shafiq mendorong dukungan lebih dari berbagai pemangku kepentingan guna memperkuat posisi industri gim nasional di pasar global.

"Sebenarnya kita udah siap banget secara kualitas dan secara industri. Tinggal didorong sedikit lagi, dibantu oleh para stakeholders juga, supaya ini semakin matang lagi," ujar dia.

Diketahui, industri gim memiliki kontribusi nyata terhadap perekonomian nasional. Kementerian Komunikasi dan Digital Meutya mencarat, sektor tersebut saat ini menyumbang sekitar Rp71 triliun per tahun dan didukung oleh lebih dari 2.000 pengembang dan penerbit aktif di berbagai daerah di Indonesia.

Indonesia kini menempati peringkat keempat dunia dengan lebih dari 154 juta pemain gim, atau sekitar 40 persen dari total pemain di Asia Tenggara.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar