09 Juli 2025
14:08 WIB
Temuan Arkeologi Kawasan Mallawa Perkaya Pengetahuan Masa Prasejarah
Penelitian yang dilakukan di Kawasan Mallawa menemukan kerangka manusia berusia 7.400 tahun. Temuan arkeologi ini memperkaya pengetahuan masa prasejarah.
Kerangka manusia purba modern berusia 7.200 tahun dinamai "Besse" ditemukan di kawasan Karst Maros-Pangkep, Wallace, Leang Panninge, Desa Wanuawaru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. ANTARA/HO-Dokumentasi Nature.
JAKARTA - Temuan arkeologi pada Gua Karst di Kawasan Mallawa, Maros memberikan makna besar bagi pengetahuan masa prasejarah. Terdapat sekitar 28 gua atau ceruk di Kawasan Mallawa, Maros, yang telah diteliti dan terindikasi sebagai gua hunian.
Adapun gua tertua diperkirakan dihuni sejak 10.000 tahun yang lalu. "Pada penelitian tahun 2021 ditemukan kerangka manusia berusia sekitar 7.400 tahun, para ahli menyebut kelompok ini sebagai Toalean," ungkap Peneliti Pusat Riset Arkeologi Sejarah dan Prasejarah (PR APS) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hasanuddin
Hal itu diungkapkan pada rangkaian Konferensi Internasional “Gau Maraja Leang-Leang Maros 2025” di Maros, Sabtu (5/7).
Menurutnya, temuan ini menginspirasi dan memperkaya pengetahuan tentang masa prasejarah. "Terjadi interaksi di Mallawa antara kelompok manusia Toalean dan Austronesia melalui proses adaptasi bertahap," tukasnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, kawasan Mallawa potensial untuk membahas dinamika kehidupan manusia prasejarah di kawasan Indonesia timur maupun wilayah Wallacea secara umum.
Baca juga: Perubahan Iklim Berimplikasi Pada Degradasi Situs Warisan Budaya
Kawasan Mallawa, katanya lagi, menunjukkan kesinambungan hunian sejak akhir zaman Pleistosen hingga periode Neolitik Akhir dan Paleometalik.
"Ini dibuktikan melalui temuan stratigrafi, analisis DNA, dan artefak pada rentang waktu sekitar 7.400 hingga 3.600 tahun sebelum tahun 1950," sebutnya
Hasanuddin menjelaskan interaksi tercermin dari artefak dalam satu konteks stratigrafis, seperti Maros Point, mikrolit, gerabah berlapis slip merah, dan beliung. "Fleksibilitas ekologis yang berkelanjutan terlihat dari pola pemanfaatan ruang hunian di dalam gua maupun di situs terbuka, pola konsumsi serta praktek penguburan," jelas Hasanuddin.
Ia menyatakan transformasi budaya yang berlangsung dinamis terlihat dari keseluruhan temuan di Mallawa, Maros. "Temuan-temuan tersebut menjadikan wilayah ini sangat penting dalam memahami sejarah prasejarah di Sulawesi Selatan dan kawasan Wallacea,” pungkasnya.