12 Juni 2025
20:22 WIB
Swipe Safe, Upaya Memperkuat Perlindungan Anak di Ranah Daring
Program ini berfokus untuk menciptakan keamanan online bagi anak. Gagasan ini berangkat dari data masih tingginya kasus-kasus kekerasan di ranah digital pada anak di Indonesia.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi Orang Tua Memantau Anak Bermain Sosmed. Shutterstock/NaMong Productions92.
JAKARTA - Eksploitasi seksual dan kekerasan online terhadap anak merupakan masalah kompleks yang menghalangi anak-anak dan kaum muda dalam menggapai potensi mereka. Untuk itu, ChildFund International di Indonesia pun berkolaborasi dengan ChildFund Australia menghadirkan program Swipe Safe agar anak-anak dan remaja dapat mengidentifikasi dan merespon risiko online.
Child Protection & Advocacy Specialist ChildFund International Indonesia, Reny Haning mengatakan, program ini berfokus untuk menciptakan keamanan online bagi anak. Gagasan ini berangkat dari data masih tingginya kasus-kasus kekerasan di ranah digital pada anak di Indonesia,
"Inisiatif Swipe Safe kami kembangkan di Indonesia sejak Januari 2023 di Kupang dan Semarang untuk mencegah kekerasan dan eksploitasi daring bagi anak, sekaligus menumbuhkan ekosistem yang mendukung keamanan online. Itu karena di sana belum banyak LSM yang benar-benar peduli dan berfokus pada isu-isu kekerasan dan risiko di ranah daring," ungkap Reny Haning dalam keterangannya, Kamis (12/6).
Kajian ChildFund International di Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hampir 50% siswa sekolah menengah dan universitas telah melakukan intimidasi terhadap orang lain secara online dan 59% siswa telah menjadi korban perundungan online dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan temuan-temuan inilah, gagasan untuk mengimplementasi Swipe Safe di Indonesia.
Program ini membangun ekosistem perlindungan anak di ranah daring melalui beberapa langkah. Pertama, pelatihan keamanan daring untuk anak dan pemuda. Kedua, sesi pengasuhan daring dan perlindungan anak di dunia online untuk orang tua dan pengasuh.
Pendekatan ketiga adalah peningkatan kapasitas tenaga perlindungan anak profesional, aparat penegak hukum, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan kepolisian. Terakhir, advokasi untuk integrasi sistem modul Swipe Safe ke dalam pendidikan nasional dan kerangka kerja perlindungan anak.
"Dalam 2,5 tahun, kami sudah melengkapi lebih dari 8ribu anak dan pemuda dengan kapasitas untuk mengenali dan merespon risiko online. Untuk memperkuat ini, lebih dari 2ribu orang tua dan pengasuh sudah memiliki keterampilan yang memungkinkan mereka untuk melindungi dan membimbing anak-anak mereka dalam menavigasi dunia digital secara aman," jelas Reny.
Baca juga: Orang Tua Jadi Pemandu Bakat Yang Tak Tergantikan
Sekolah yang menjadi tempat di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya juga menjadi target intervensi Swipe Safe. Sejumlah 51 sekolah telah terlibat aktif dalam mempromosikan keselamatan daring melalui kolaborasi dengan dan integrasi modul dan prinsip-prinsip keamanan daring ke dalam lingkungan sekolah.
Melalui kehadiran program Swipe Safe, kata Reny, lingkungan digital yang aman dan berdaya untuk anak-anak dan kaum muda bisa terwujud. Dengan demikian, ruang digital yang lebih aman dan inklusif dapat tercipta.