26 Agustus 2025
16:44 WIB
Studi: Akses Gadget Di Usia Dini Sebabkan Masalah Kesehatan Mental
Anak-anak yang memiliki gadget sebelum usia 13 tahun lebih berpotensi tumbuh dengan masalah kesehatan mental, seperti perasaan terisolasi, penurunan rasa percaya diri sampai dorongan bunuh diri.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi anak bermain gadget. Shutterstock/junpinzon.
JAKARTA - Ponsel pintar kini semakin menjadi dilema dalam pengasuhan anak. Orang tua ingin membatasi screen time, tapi kepalang dibenturkan dengan fakta betapa tak terpisahkannya anak dengan dunia digital di era sekarang.
Gadget di satu sisi bisa menyita perhatian anak secara berlebihan. Namun di sisi lainnya, perangkat digital juga menjadi sumber informasi, rekreasi hingga medium komunikasi bagi anak, termasuk mempermudah orang tua memantau keseharian sang anak di luar rumah.
Pada titik ini, orang tua perlu memikirkan kembali sejauh mana urgensi penggunaan gadget pada anak, sehingga bisa mengabaikan potensi dampak negatif?
Sebuah studi terbaru mempertegas lagi dampak gadget bagi tumbuh kembang anak. Studi global bertajuk "Protecting the Developing Mind in a Digital Age: A Global Policy Imperative" yang diterbitkan Journal of Human Development and Capabilities, mengungkapkan kaitan aktivitas anak dengan gadget dengan masalah kesehatan mental serius.
Para ahli menyimpulkan bahwa penggunaan gadget pada anak di bawah usia 13 tahun bisa menimbulkan dampak mental, sampai yang paling ekstrim bisa mendorong keinginan bunuh diri. Bagaimana bisa?
Studi ini melibatkan lebih dari 100 ribu peserta di seluruh dunia, dengan klasifikasi usia 18 hingga 24 tahun. Para peneliti mencoba mengungkap gagasan dan kondisi emosional para responden dewasa yang saat kecil memang mendapatkan akses ke ponsel pintar.
Para peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki gadget di usia 12 tahun atau lebih dini lagi, bisa mengalami pikiran untuk bunuh diri, perasaan terpisah dari kenyataan, kesulitan dalam pengendalian emosi hingga penurunan rasa percaya diri.
Temuan tersebut didapatkan oleh para peneliti melalui pembacaan data serta metode penilaian Mind Health Quotient (MHQ) yang mengukur tingkat kesejahteraan sosial, emosional, kognitif, dan fisik untuk menghitung "kesehatan pikiran" responden secara keseluruhan.
Diuraikan, remaja dewasa yang pertama kali menerima ponsel pintar sebelum usia 13 tahun secara konsisten menunjukkan skor MHQ yang lebih rendah, dengan skor yang semakin menurun seiring bertambahnya usia kepemilikan awal. Misalnya, mereka yang mendapatkan ponsel pada usia 13 tahun rata-rata mendapatkan skor 30, sementara mereka yang memilikinya pada usia lima tahun rata-rata hanya mendapatkan skor 1.
Temuan ini mengafirmasi secara tak langsung fenomena tekanan mental pada generasi muda secara global yang diyakini menguat di seluruh wilayah, budaya, dan bahasa.
Baca juga: Panduan Bagi Orang Tua Mengatur Akses Anak Ke Gadget
Kepemilikan dini atas gadget juga dikaitkan dengan berkurangnya citra diri, kepercayaan diri, dan ketahanan emosional pada wanita. Sementara pada pria, ditemukan stabilitas, ketenangan, harga diri, dan empati yang lebih rendah.
Analisis para ahli menjelaskan bahwa dampak buruk penggunaan gadget bukanlah faktor tunggal, namun bisa menjadi pemicu bagi berbagai faktor. Gejala depresi bisa bermula dari riwayat hubungan keluarga yang buruk, di mana kondisi itu bisa pula berakar dari penggunaan gadget yang tak terkontrol pada anak.
Penggunaan gadget juga meningkatkan risiko perundungan siber, sehingga ia secara tak langsung menjadi penyebab masalah kesehatan mental bagi seorang anak di saat itu, atau saat kelak dewasa. Selain itu, penggunaan gadget yang tak sehat juga membuat anak rentan mengalami gangguan tidur, yang pada akhirnya juga membentuk kondisi mentalnya.
Baca juga: Menakar Kemampuan Chatbot AI Kesehatan Mental, Apa Bahayanya?
Karena besarnya potensi masalah akses gadget pada usia dini, para ahli pun menyerukan perlunya respon serius, baik oleh keluarga maupun para pembuat kebijakan. Para ahli merekomndasikan agar anak mulai diperkenalkan program pendidikan wajib yang berfokus pada literasi digital dan kesehatan mental, meningkatkan pengawasan media sosial, hingga membatasi akses anak terhadap media sosial.
"Secara keseluruhan, rekomendasi kebijakan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan mental selama masa-masa perkembangan kritis," ujar salah satu peneliti dalam kajian ini, Dr. Thiagarajan, dilansir dari Scitech Daily.
Para peneliti mengingatkan pentingnya masyarakat hingga pemerintah merespon persoalan ini. Penelitian mereka pada akhirnya mempertegas isu bahaya gadget terhadap anak yang telah banyak dibicarakan selama ini.
"Bukti kami menunjukkan bahwa kepemilikan ponsel pintar di masa kanak-kanak, yang merupakan gerbang awal menuju lingkungan digital bertenaga AI, secara signifikan mengurangi kesehatan mental dan kesejahteraan di masa dewasa. Semua itu bisa berdampak besar pada agensi individu dan perkembangan masyarakat," tekan para peneliti.