c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

11 Juli 2025

19:20 WIB

Perhatikan Pemeriksaan Penting Sesuai Fase Kehamilan

Salah satu gangguan yang paling umum ditemukan pada masa awal kehamilan adalah anemia yang umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, folat, dan vitamin B12.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Perhatikan Pemeriksaan Penting Sesuai Fase Kehamilan</p>
<p id="isPasted">Perhatikan Pemeriksaan Penting Sesuai Fase Kehamilan</p>

Ilustrasi ibu hamil. Shutterstock/dok

JAKARTA - Kehamilan adalah kondisi fisiologis alami yang membawa perubahan besar pada tubuh perempuan. Seiring bertambahnya usia kehamilan, perubahan ini semakin terlihat jelas, mulai dari perubahan hormon dan metabolisme, hingga peningkatan volume darah dan fungsi ginjal.

Sejak awal kehamilan, hormon-hormon seperti hCG, estrogen, progesteron, dan prolaktin mulai meningkat. Awalnya diproduksi oleh ovarium, kemudian peran ini diambil alih oleh plasenta.

Hormon-hormon tersebut berperan penting dalam menjaga kehamilan dan mendukung tumbuh kembang janin. Selain itu, kehamilan juga menyebabkan resistensi insulin, peningkatan volume plasma hingga 50%, serta perubahan sistem pembekuan darah yang membuat tubuh lebih mudah menggumpal.

Selama kehamilan, fungsi ginjal meningkat secara signifikan, dengan laju filtrasi glomerulus (GFR) yang bisa naik hingga 50% dibandingkan sebelum hamil. Perubahan fisiologis seperti ini membuat hasil pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil tidak bisa dibandingkan langsung dengan orang yang tidak hamil.

Karena itu, dokter perlu menggunakan batas nilai normal (reference interval) khusus kehamilan agar hasil pemeriksaan tidak disalahartikan sebagai kondisi yang abnormal.

Melansir laman National Library of Medicine, pada awal kehamilan biasanya dilakukan serangkaian pemeriksaan darah untuk mendeteksi kondisi yang bisa memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Pemeriksaan ini mencakup hitung darah lengkap untuk melihat ada tidaknya anemia dan mengecek jumlah trombosit, pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi, serta status antibodi terhadap rubella.

Selain itu, tes serologi untuk sifilis dan hepatitis B, serta pemeriksaan HIV juga menjadi bagian penting dari skrining awal kehamilan. Salah satu gangguan yang paling umum ditemukan adalah anemia yang umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, folat, dan vitamin B12.

Karena itu, ibu hamil memerlukan asupan zat gizi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum hamil untuk mendukung kebutuhan tubuhnya sendiri dan tumbuh kembang janin.

Selain pemeriksaan dasar, jika seorang ibu hamil belum pernah terkena cacar air atau tidak yakin pernah mendapat vaksin, kadar antibodi terhadap varisela juga akan diperiksa. Tes untuk mendeteksi infeksi menular seksual seperti klamidia dan gonore dapat dilakukan pada ibu hamil yang berisiko tinggi, berdasarkan usia atau riwayat seksual.

Sementara itu, pemeriksaan kadar vitamin D penting bagi mereka yang berisiko mengalami kekurangan seperti perempuan berkulit gelap atau mengenakan pakaian tertutup seperti hijab, karena minimnya paparan sinar matahari.

Pemeriksaan di Trimester Kedua

Memasuki usia kehamilan 26 hingga 28 minggu, ibu hamil akan menjalani rangkaian pemeriksaan ulang untuk memastikan kondisi kehamilan tetap sehat. Salah satu pemeriksaan utama pada fase ini adalah tes toleransi glukosa yang berfungsi mendeteksi diabetes gestasional, sebuah kondisi yang bisa terjadi pada sekitar 5–8% ibu hamil.

Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan darah ulang untuk memantau kadar hemoglobin dan trombosit, serta skrining antibodi guna mendeteksi kemungkinan reaksi imun yang berisiko bagi janin. Pemeriksaan protein dalam urin juga menjadi bagian penting.

Hal ini dilakukan karena kehadiran protein yang berlebih dapat menjadi tanda preeklamsia, sehingga kondisi serius yang ditandai dengan tekanan darah tinggi bisa membahayakan ibu maupun janin bila tidak segera ditangani.

Baca juga: Pentingnya Peran Keluarga Bagi Ibu Usai Melahirkan

Pemeriksaan Lanjutan dan Skrining Genetik

Selain pemeriksaan rutin, beberapa tes lanjutan juga direkomendasikan untuk mendeteksi risiko yang mungkin tidak terlihat secara kasat mata. Kultur urin dilakukan untuk mengecek infeksi saluran kemih tanpa gejala yang dapat memicu komplikasi jika dibiarkan.

Di usia kehamilan 35 hingga 37 minggu, swab GBS (Group B Streptococcus) juga disarankan untuk mengetahui apakah ibu membawa bakteri ini, karena dapat menyebabkan infeksi serius pada bayi baru lahir. Sementara itu, skrining genetik menjadi penting terutama bagi ibu hamil berusia di atas 35 tahun.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan Down syndrome, kelainan kromosom lainnya, serta cacat pada tabung saraf janin. Skrining genetik bisa dilakukan sejak trimester pertama dengan menggabungkan tes darah seperti pemeriksaan hormon kehamilan dan protein tertentu, serta pemeriksaan ultrasonografi untuk mengukur ketebalan leher belakang janin atau dikenal sebagai NT scan.

Jika ibu baru memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua, skrining lanjutan melalui tes darah tetap dapat dilakukan sesuai usia kehamilan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar