29 Juli 2025
13:13 WIB
Peran Besar Mikroba Dalam Pemulihan Laut Akibat Tumpahan Minyak
Bioremediasi atau pemulihan laut berbasis mikroba menjadi harapan baru dalam penanganan pencemaran yang diakibatkan tumpahan minyak di laut lepas.
Editor: Satrio Wicaksono
Sebuah perahu mengarungi perairan yang tercemar tumpahan minyak dari sebuah kapal tanker di perairan Banyuwangi, Jatim, Sabtu (14/2). FOTO ANTARA/Eric Ireng/ss/ama/09
JAKARTA - Mikroorganisme punya peran besar dalam proses bioremediasi atau pemulihan laut akibat tumpahan minyak. Bioremediasi berbasis mikroba ini menjadi harapan baru dalam penanganan pencemaran laut.
Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Lies Indah Sutiknowati, memaparkan hasil studi tentang isolasi dan karakterisasi bakteri pendegradasi hidrokarbon minyak bumi baru. Ia menyoroti kemampuan bakteri laut tropis dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Dalam penelitiannya, Lies menggali potensi bioremediasi menggunakan mikroorganisme laut, sebagai langkah inovatif dalam menangani pencemaran laut akibat minyak tumpah. Dengan menggunakan simulator pantai buatan yang menyerupai akuarium, eksperimen ini berhasil menguji daya degradasi mikroba terhadap minyak mentah jenis Arabian Light.
"Bakteri seperti Thalassospira lucentensis punya potensi besar untuk membantu pulihkan laut yang tercemar, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Dengan mendegradasi atau menghilangkan pencemaran memang paling baik menggunakan mikroba, bukan dengan bahan kimia," ujarnya, dilansir dari laman brin.go.id.
Di dalam penelitian ini, ditemukan dua jenis bakteri utama sebagai 'pemakan minyak', yaitu bakteri cepat tumbuh (7 hari), contohnya Alcanivorax borkumensis yang bisa mengurai hingga 70% minyak. Lalu, bakteri lambat tumbuh (21 hari), seperti Thalassospira lucentensis dan Curtobacterium Citreum, dengan kemampuan kuat dalam mengurai senyawa minyak yang lebih kompleks.
"Salah satu jenis unggulan Thalassospira sp. strain 1-1B, walapun lambat dalam pertumbuhannya namun bisa bertahan di suhu panas hingga 32°C, dan sangat cocok untuk kondisi laut tropis. Bakteri ini mampu mengurai berbagai komponen dalam tumpahan minyak, dari yang ringan sampai yang berat," jelasnya.
Baca juga: KKP Sebut Perdagangan Karbon Padang Lamun Bisa Mulai Tahun Ini
Ia juga menguji efek pemberian pupuk yaitu nitrogen-N dan fosfor-P pada pertumbuhan mikroba. Hasilnya cukup menarik, pupuk ternyata bisa membantu meningkatkan keragaman mikroba, yang berperan penting dalam proses pembersihan laut.
"Di mana pupuk dapat merangsang pertumbuhan komunitas bakteri tertentu, khususnya setelah hari ke-90. Ini memperlihatkan peluang manipulasi lingkungan mikro untuk mengoptimalkan proses bioremediasi," tambahnya.
Laut bersih menjadi harapan baru melalui riset yang dibangun dan dikembangkannya. "Ini menunjukkan bahwa solusi atas pencemaran laut bisa datang dari alam itu sendiri. Dengan dukungan teknologi dan riset berkelanjutan, bakteri laut bisa menjadi pahlawan tak terlihat dalam menjaga laut Indonesia tetap bersih dan sehat," ungkapnya.
Penelitian ini menunjukkan kontribusi BRIN untuk solusi lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan peran riset mikrobiologi kelautan dalam menjawab tantangan lingkungan global.
"Dengan mendayagunakan potensi mikroorganisme lokal, BRIN berupaya menghadirkan solusi berbasis alam yang berkelanjutan. Tentunya untuk menjaga kesehatan laut Indonesia dan dunia," terangnya.