c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

21 Juli 2025

11:12 WIB

Pameran "Nyala", Membaca Ulang Diponegoro Lewat Seni Kontemporer

Pengunjung akan menemukan narasi-narasi segar tentang sang pahlawan lewat karya lukisan, patung, instalasi, sketsa, dan seni media baru.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Pameran &quot;Nyala&quot;, Membaca Ulang Diponegoro Lewat Seni Kontemporer</p>
<p id="isPasted">Pameran &quot;Nyala&quot;, Membaca Ulang Diponegoro Lewat Seni Kontemporer</p>

Pameran "Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro" di Galeri Nasional Indonesia. Dok: GNI.

JAKARTA - Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional Indonesia (MCB GNI) meluncurkan pameran "NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro", sebagai bagian dari peringatan 200 tahun Perang Diponegoro (1825–1830). Pameran ini dibuka untuk publik mulai hari ini, Senin (21/7).

Pameran ini mengeksplorasi beragam tema seputar Diponegoro melalui perspektif visual, dengan karya-karya berbasis praktik interdisipliner. Pameran ini mengundang publik untuk menelisik kembali warisan Diponegoro serta relevansinya dengan kehidupan masa kini.

"Pameran ‘Nyala’ menjadi bentuk komitmen dari Museum dan Cagar Budaya untuk merawat warisan sejarah bangsa dan menghidupkannya kembali agar dapat diakses, dimaknai, dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi hari ini," ungkap Kepala Museum dan Cagar Budaya, Abi Kusno dalam keterangan resmi.

Perang Diponegoro yang terjadi dua abad lalu merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah perlawanan di Nusantara terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Perang ini berlangsung selama lima tahun dan menewaskan hingga ratusan ribu nyawa.

Dari peristiwa perang dan sosok Pangeran Diponegoro, Pameran "Nyala" berusaha menawarkan ragam perspektif tentang memori, narasi, dan tafsir yang diterjemahkan para seniman lintas generasi ke dalam karya-karyanya.

Pameran ini dikuratori oleh Citra Smara Dewi, Dio Pamola Chandra dan Putra Hidayatullah. Sebanyak 33 karya dari 26 perupa dari berbagai daerah di Indonesia tampil dengan muatan narasi masing-masing tentang Diponegoro.

Pada pameran ini, pengunjung akan menemukan narasi-narasi segar tentang sang pahlawan lewat karya lukisan, patung, instalasi, sketsa, dan seni media baru. Selain itu ditampilkan pula artefak berupa arsip, naskah, koin, dan buku-buku terkait Perang Diponegoro.

Baca juga: Kemenbud Rencanakan Produksi Film Pangeran Diponegoro

Direktur Eksekutif Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Esti Nurjadin menambahkan, pameran ini menampilkan sosok Pangeran Diponegoro tidak hanya secara literal, namun juga menelusuri narasi tersembunyi. Karya-karya para seniman menyoroti tokoh-tokoh non-sentral, pengalaman rakyat, suara perempuan, hingga narasi sosiokultural yang terbentuk di sekitar peristiwa Perang Diponegoro dan sosok sang pahlawan.

Dia berharap pameran ini dapat menginspirasi, menegaskan bahwa nilai-nilai perlawanan, keberanian, dan keteguhan sikap adalah milik kolektif bangsa dan tetap relevan dalam perjalanan kebudayaan masa kini.

"Dua abad setelah perlawanan Diponegoro, warisan Diponegoro tidak berhenti pada perlawanan terhadap kolonialisme. Ia adalah tokoh sejarah yang tak pernah selesai ditafsirkan. Dalam Pameran ‘NYALA’ ini, sosok Diponegoro dihadirkan bukan hanya sebagai subjek visual, tetapi sebagai medan wacana yang terus memicu tafsir, pemikiran, dan ekspresi kreatif," kata Esti.

"Museum dan Cagar Budaya melihat pentingnya ruang semacam ini untuk memperkaya dialog antara warisan budaya, seni rupa dan identitas bangsa. Harapannya masyarakat dapat melihat relevansi narasi sejarah Nusantara dengan situasi kita saat ini," pungkasnya.

Pameran "NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro" digelar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia dan akan berlangsung hingga 15 September 2025. Pengunjung dapat menikmati pameran ini dan pameran lainnya yang tengah berlangsung di Galeri Nasional Indonesia dengan tiket seharga Rp50 ribu (bagi dewasa) atau Rp25 ribu (bagi kalangan anak-anak).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar