24 Juli 2025
14:37 WIB
Ozzy Osbourne Si Penggingit Kelelawar Yang Membela Hak Kucing
Di balik panggung kegilaan dan kekacauan seorang Ozzy Osbourne, ada sisi lembut dan rasa kemanusiaan yang mendalam.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ozzy Osbourne. Sumber foto: Instagram/ Ozzy Osbourne.
JAKARTA - Ozzy Osbourne (3 Desember 1948 - 22 Juli 2025) adalah roker penuh kontroversi, bintang yang kerap mengundang kemarahan namun entah bagaimana tetap dicintai. Gelar 'Prince of Darkness' yang dilekatkan padanya menunjukkan betapa "gelap" dan kacaunya vokalis Black Sabbath tersebut.
Kegilaan pada Ozzy muncul dalam berbagai bentuk, dari aksi panggung hingga perilakunya di ruang publik. Mulai dari aksinya mengigit kelelawar hidup dalam konser Diary of a Madman tahun 1982, hingga mengencingi patung pahlawan di San Antonio Texas di tahun yang sama. Sebagian besar aksi hebohnya itu terjadi ketika Ozzy dalam keadaan mabuk.
Citra berandal, kacau dan nyentrik melekat pada Ozzy hampir di sepanjang karier bermusiknya. Kecuali di dekade terakhir kehidupannya, dia muncul di hadapan publik dengan perilaku yang lebih terkendali, meski terkadang juga tetap meledak-ledak dan membikin heboh.
Namun tak banyak yang tahu kalau Ozzy Osbourne yang dijuluki "Prince of Darkness" dan "Godfather of Haavy Metal" juga adalah seorang manusia yang emosional, lembut dan penuh kasih sayang.
Ada banyak sisi lain Ozzy Osbourne yang tak diketahui secara luas. Misalnya terkait kepedulian terhadap hewan, yang dimanifestasikan lewat dukungannya bagi kampanye dan advokasi hak-hak hewan.
Ozzy pada 2020 lalu bergabung dalam salah satu kampanye dari organisasi untuk advokasi hewan, PETA (People for the Ethical Treatment of Animals), di mana ia menyuarakan hak kucing. Kampanye ini mengecam praktik pemotongan kuku kucing yang dianggap sebagai tindakan "mutilasi".
Terlepas perdebatan tentang benar atau salahnya tindakan memotong kuku kucing, Ozzy telah menunjukkan kepekaannya soal hak-hak hewan serta menganut pandangan yang menentang konsep superioritas mutlak manusia atas makhluk hidup lainnya di bumi.
Maka itu, ketika Ozzy Osbourne dikabarkan meninggal dunia dua hari lalu, ada banyak pejuang pembebasan hewan yang turut merasakan kehilangan besar. Organisasi PETA mengeluarkan pernyataan remsi untuk menghormati peran Ozzy bagi gerakan mereka.
"Ozzy Osbourne adalah seorang legenda dan provokator, namun PETA akan mengingat 'Pangeran Kegelapan” tersebut dengan penuh kasih sayang atas sisi lembut yang ia tunjukkan kepada hewan—yang paling baru adalah kucing," tulis PETA
Keterlibatan dalam kampanye pembebasan hewan hanya salah satu dari aksi hidup Ozzy Osbourne. Sosok ini sendiri tak banyak bercerita tentang gerakan-gerakan filantropinya, namun ada sederet gerakan yang bisa dibicarakan di sini.
Ozzy diketahui juga rutin memberikan dukungannya bagi komunitas di kampung halamannya, Birmingham di Inggris. Aksi sosial Ozzy, bersama-sama dengan istrinya Sharon, terutama tertuju kepada anak-anak, di mana keluarga mereka selama bertahun-tahun mendukung sejumlah rumah sakit anak.
Sejumlah rumah sakit pun tutut menyatakan duka cita atas kematian Ozzy baru-baru ini. Roker tersebut dikenang sebagai manusia yang penuh kepedulian dan kasih sayang bagi sesama.
"Kami sangat sedih mendengar berita meninggalnya Ozzy Osbourne. Ozzy memiliki karier dan kehidupan yang luar biasa, tetapi ia tidak pernah melupakan asal-usulnya di Brummie. Rumah sakit kami sangat beruntung mendapatkan dukungannya selama bertahun-tahun, dan yang terbaru, penampilan terakhirnya yang ikonik, yang akan meninggalkan warisan abadi bagi anak-anak kami yang sakit," ungkap seorang juru bicara Rumah Sakit Anak Birmingham kepada Daily Mail.
Baca juga: Vokalis Black Sabbath Ozzy Osbourne Meninggal Dunia Di Usia 76 Tahun
Konser Amal
Pada 5 Juli lalu, Ozzy tampil kembali di panggung bersama personil lengkap Black Sabbath, dalam konser di Villa Park, Birmingham. Konser berbertajuk "Back To Begining" itu menjadi konser pertama Black Sabbath setelah hiatus cukup lama, serta menandai pertama kalinya sejak dua dekade band tersebut tampil dengan formasi personil awal, yaitu Geezer Butler, Tony Iommi, dan Bill Ward.
Konser tersebut juga menandai akhir perjalanan panggung Black Sabbath, dan band tersebut akan beristirahat setelah kiprah panjang selama lebih dari setengah abad.
Konser tersebut membawa misi amal, di mana hasil penjualan tiket diumumkan akan disumbangkan secara merata kepada yayasan The Cure Parkinson's Trust, Rumah Sakit Anak Birmingham, dan Acorn Children's Hospice.
Konser itu dilaporkan berhasil mengumpulkan dana sebesar 140 juta poundsterling (sekitar Rp3 triliun). Itu merupakan pencapaian dana tertinggi sepanjang sejarah untuk sebuah konser amal, jauh melampaui rekor Live Aid Sir Bob Geldof pada tahun 1985 yang diperkirakan menghasilkan hingga £114 juta, merujuk pemberitaan Daily Mail.
Baca juga: Pasang Surut Perjalanan Ozzy Osbourne Bersama Black Sabbath
Yayasan The Cure Parkinson's Trust masuk dalam daftar penerima donasi dari konser perpisahan Black Sabbath mengingatkan publik bahwa Ozzy Osbourne juga adalah penderita Parkinson. Sebelum meninggal dunia pada Selasa (22/7), Ozzy sedang dalam masa berjuang melawan Parkinson, penyakit yang diumumkannya secara publik sejak 2020 silam.