c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

28 Juni 2025

10:31 WIB

Musisi Bersatu Lawan Emisi Dan Selamatkan Lingkungan Lewat IKLIM

Selain menggugah kesadaran masyarakat, gerakan IKLIM juga membantu kerja pemerintah untuk mencapai target nol emisi pada 2060.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Musisi Bersatu Lawan Emisi Dan Selamatkan Lingkungan Lewat IKLIM</p>
<p>Musisi Bersatu Lawan Emisi Dan Selamatkan Lingkungan Lewat IKLIM</p>

Belasan musisi nasional dan daerah ikuti lokakarya ketiga IKLIM buat lahirkan karya soal isu sosial lingkungan buat bantu pemerintah capai nol emisi karbon di Denpasar, Jumat 27/6/2025. (ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari).

JAKARTA - Sejumlah musisi Indonesia bersatu dalam gerakan bersama untuk lingkungan, The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab (IKLIM). Kelompok ini menjadikan nararsi tentang kerusakan lingkungan dan asa akan alam lestari sebagai materi dalam menciptakan karya musik.

Gerakan kolekti IKLIM telah bergulir dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok ini setiap tahunnya merilis album kompilasi yang dikerjakan oleh sejumlah musisi, berisi lagu-lagu yang membicarakan alam, hingga mengeksplorasi lanskap alam sebagai materi musiknya.

Gede Robi dari band Navicula, salah satu pendiri IKLIM menyebut bahwa tahun ini ada 15 musisi dan grup yang bergabung untuk memproduksi karya bersama. Mereka telah ikut dalam lokakarya yang mengaitkan isu sosial lingkungan dengan musik.

Para musisi yang bergabung di antaranya Kunto Aji, Reality Club, Teddy Adhitya, Sukatani, Chicco Jerikho, Ave The Artist, Bunyi Waktu Luang, Egi Virgiawan, Majelis Lidah Berduri, Manja, Peach, Scaller, The Brandals, The Melting Minds, dan Usman and The Black Stones.

Gede Robi mengatakan, upaya yang dilakukan para musisi lewat IKLIM sejatinya adalah upaya untuk mengajak lebih banyak orang untuk peduli akan masalah lingkungan dan krisis iklim. Setelah peduli, maka orang-orang bisa tergerak untuk ikut melakukan aksi nyata.

Menurut dia, peran ini juga adalah upaya untuk membantu pemerintah, pihak yang semestinya di garis depan dalam penyelamatan lingkungan.

"Ini termasuk membantu pemerintah mencapai nol emisi karbon, karena suhu bumi meningkat cepat sebelum jadi parah krisis iklim mari kita membantu Indonesia," ungkap Gede Robi di Denpasar, dilansir dari Antara, Sabtu (28/6).

Vokalis grup band asal Bali itu meyakini musik memiliki kekuatan besar dalam menyampaikan keresahan, termasuk menyangkut isu-isu lingkungan. Musik pada akhirnya akan meresap ke pikiran para pendengarnya.

"Sebenarnya kan ini kerja kolektif masyarakat dalam pelestarian lingkungan, ini bentuk kepedulian, partisipasi publik, murni masyarakat yang ingin membantu pemerintah untuk mewujudkan pelestarian lingkungan menciptakan keberlanjutan," ujarnya lagi.

Sebelum melahirkan karya yang mengangkat topik sosial lingkungan, ke-15 musisi ini selama lima hari menjalani lokakarya di Ubud. Di sana mereka dicekoki beragam data dan isu lingkungan yang mendesak.

Gede Robi menyebut beberapa di antaranya seperti ancaman terhadap kawasan Raja Ampat yang memicu gerakan #SaveRajaAmpat. Mereka juga mempelajari seputar ekspansi pertambangan nikel di Morowali, deforestasi, hingga ketergantungan Indonesia terhadap batu bara yang masih tinggi.

Selama sembilan jam setiap harinya para musisi nasional dan daerah yang terpilih di tahun ketiga lokakarya ini berdiskusi hingga akhirnya nanti dapat melahirkan karya musik terkait isu yang diminati.

Gede Robi mengatakan ke-15 musisi ini masuk dalam daftar antrian, sebab tiap tahunnya banyak musisi yang ingin bergabung.

Tahun ini, tim IKLIM memilih mereka yang memiliki ketertarikan dengan isu sosial lingkungan, serta beberapa sudah memiliki penggemar besar. Tujuannya, agar lagu yang mereka ciptakan nanti lebih banyak didengar dan menjadi motivasi dalam pelestarian lingkungan yang berujung tercapainya misi Indonesia nol emisi pada 2060.

"Belum pernah kami mengukur seberapa besar musik, tapi dari dulu yang paling gampang mengumpulkan orang itu kan musik dan sepak bola, musik itu juga seperti soundtrack kehidupan, memberi peran untuk merawat rasa, rasa peduli pada generasi mendatang," kata Gede Robi.

Sementara Solois Kunto Aji bercerita betapa terkejutnya ia mendapat pemaparan materi selama lima hari. Matanya jadi terbuka tentang banyak hal, bahwa masih banyak persoalan lingkungan yang belum ia ketahui sekali pun banyak membaca.

Baca juga: Bagaimana Musisi Membayar Dampak Lingkungan Dari Praktik Industri Musik?

Kunto Aji mengaku masih bingung isu apa yang akan ia pilih dalam karyanya, namun ia memastikan kepeduliannya terhadap lingkungan tidak akan berhenti di lagu.

"Kami bicara isu penting soal keberlanjutan, saya ingin bahas isu ini (dalam karya) tapi harus ada ilmu alasan jelas dan ini kesempatan mahal yang bisa saya dapatkan, tapi mau nulis apa saya bingung karena banyak yang penting perlu disuarakan," kata dia.

Vokalis Reality Club Fathia Izzati mengaku bersemangat untuk mengarahkan rencana berkarya dengan basis kesadaran lingkungan. Namun menurutnya, yang menjadi tantangan justru bagaimana menularkan semangat melestarikan lingkungan kepada penggemar nantinya, mengingat mereka lebih dikenal dengan grup yang menelurkan lagu-lagu tentang kisah cinta.

"Kami juga sering bersuara tapi sebagai band belum pernah, jadi itu tantangannya, membawa fanbase kami menyuarakan isu ini dengan bahasa yang bisa diterima juga oleh mereka," ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar