c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

20 Juni 2025

18:07 WIB

Mengenal Solstis Utara, Fenomena Penanda Awal Musim Kemarau Indonesia

Solstis utara menjadi penanda awal musim panas di wilayah-wilayah bagian utara bumi, sementara wilayah selatan mengalami awal musim dingin.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Mengenal Solstis Utara, Fenomena Penanda Awal Musim Kemarau Indonesia</p>
<p id="isPasted">Mengenal Solstis Utara, Fenomena Penanda Awal Musim Kemarau Indonesia</p>

Pemandangan matahari terbit dari Bukit Sikunir, Dieng, Jawa Tengah. Shutterstock/Bakhtiar Rakhman

JAKARTA - Indonesia akan memasuki musim kemarau secara menyeluruh, setelah fase "kemarau basah" belakangan ini. Siang hari akan menjadi lebih panas dan hari-hari cenderung akan cerah.

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, musim kemarau tahun ini akan ditandai dengan fenomena solstis utara. Ini merupakan fenomena astronomi penting yang yang dikenal juga dengan nama summer solstice, yang terjadi setiap tahun pada tanggal 21 Juni.

Menurut Thomas, fenomena ini merupakan titik balik penting dalam pergerakan semu tahunan matahari dan berdampak signifikan terhadap pola musim global, termasuk di Indonesia.

Solstis utara adalah momen ketika matahari mencapai posisi paling utara di langit Bumi. Peristiwa ini merupakan akibat dari kemiringan sumbu rotasi bumi saat mengelilingi matahari.  Thomas menyebut bahwa sejak 22 Desember hingga 21 Juni, titik terbit dan terbenam matahari secara perlahan bergeser ke arah utara. Pada 21 Juni, matahari tampak “berhenti” di titik paling utara sebelum kemudian kembali bergeser ke selatan.

"Fenomena solstis merupakan hasil dari kemiringan 23,5 derajat sumbu rotasi bumi. Karena itu, saat bumi mengorbit matahari, kita melihat pergeseran posisi terbit dan terbenam matahari. Pada solstis utara, matahari mencapai titik paling utara di langit dan menjadi penanda penting dalam siklus musim," ungkap Thomas dalam keterangannya, Jumat (20/6).

Baca juga: Menilik Peran Lebah Dalam Pertanian Dan Menjaga Keanekaragaman Hayati

Dampak dari fenomena ini cukup signifikan bagi kehidupan di bumi. Di belahan bumi utara seperti Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara, solstis utara menandai awal musim panas. Sementara di belahan bumi selatan, itu penanda awal musim dingin.

Sedangkan di Indonesia, menurut Thomas, fenomena tersebut menjadi penanda awal musim kemarau. Perubahan posisi matahari menyebabkan pergeseran pemanasan bumi yang memengaruhi arah angin dan pergerakan awan.

"Setelah solstis utara, angin secara umum mulai bertiup dari selatan ke utara. Angin ini mendorong pembentukan awan ke arah utara, sehingga Indonesia secara umum mulai memasuki musim kemarau," ujarnya.

"Fenomena-fenomena astronomi ini penting bagi sektor pertanian, mitigasi bencana, dan prakiraan musim di di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan memahami pola astronomi seperti solstis, kita dapat mengantisipasi peralihan musim secara lebih baik," imbuhnya.

Baca juga: Spesies Baru Katak Pohon Endemik Sulawesi, Rhacophorus Boeadii

Solstis utara juga menjadi perhatian dalam bidang edukasi sains karena merupakan contoh nyata dari keterkaitan antara astronomi dan kehidupan sehari-hari. Thomas menekankan perlunya edukasi publik tentang fenomena-fenomena langit untuk meningkatkan literasi sains masyarakat, termasuk sejarah sains di konteks budaya lokal.

Di Inggris ada Stonehenge yang digunakan masyarakat dahulu untuk memantau posisi matahari terkait dengan musim. Di Indonesia, bayangan stupa Borobudur juga digunakan masyarakat dahulu untuk memantau posisi matahari terkait peralihan musim.

"Melalui pemahaman sains berbasis fenomena alam, kita bisa merancang kebijakan dan langkah adaptif yang lebih tepat sasaran bagi edukasi masyarakat,” tutup Thomas.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar